Rabu, 29 September 2004

Dua monitor

suatu siang 
saat jarak yang membentang bukan halangan
saat Singapura Jakarta hanya terpisahkan oleh
dua layar monitor
saat ukhuwah menjadi taman taman yang indah
dan tausiyah menjadi kuntum kuntum yang merekah
walau tiada pernah saling menatap wajah
inikah hati hati yang terikat karena Allah?

mbak...
tolong ajari aku
tentang ikhlas, syukur dan sabar
kenapa kaki ini tiba2 berat melangkah

sayang,
bila ingat keikhlasan...ingatlah bunda dirumah.....
ingat kenakalan kita dan juga semua jerih payah yang telah diberikan hingga membuat kita menjadi orang yang berguna, tapi beliau tetap ikhlas...
kadang marah, kadang cinta...tapi tidak pernah meminta sesuatu sebagai balasannya...

sayang,
jika ingat keikhlasan..ingatlah bahwa seorang sahabat rela dipatuk kakinya oleh ular tapi tidak bergeming, karena takut gerakannya akan membangunkan lelap kekasih hatinya.....dia tidak berharap apapun atas cintanya...
jika ingat keikhlasan ingatlah...bahwa hidup kita hanya mengharap cinta Alloh SWT, maka semua pemberian atau balasan dari makhluk akan terasa kecil karenanya..

sayang,
jika ingat kesabaran, ingatlah nabi ayub...kehilangan atas tanah, anak dan istrinya serta terakhir diberi penyakit yang tidak pernah hilang derita..tapi yang terucap dari mulutnya hanya kalimat thayyibah...
ingat kesabaran..ingatlah baginda rasulullah dipukuli dan di lempari baru di thaif..tapi yang keluar dari mulut mulia beliau adalah doa untuk mohon keberkahan atas kaum itu
ingat kesabaran ..ingatlah para mujahid dakwah yang dipenjara atau terbunuh dalam perang, yang tidak pernah keluar keluh kesah derita walaupun berhadapan dengan tirani...
ingat kesabaran..ingatlah bahwa sabar tidak memiliki awal dan juga akhir.....karena dia adalah proses yang tiada berhujung, dengan balasan surga bgi siapapun yang bisa melaksanakannya...

sayang,
antara keikhlasan dan kesabaran akan berbuah satu yakni keimanan....yang menghasilkan surga hakiki

//Syukran bwt mbak rr di indosat sana. afwan yak, diabadikan disini tausiyahnya. tanpa diedit.. 

Kamis, 23 September 2004

re-charging

wahai... 
ke-istiqomah-an
ke-qana'ah-an
dan
'ala istihyaa'
jgn pernah jadi kepingan berceceran
dan tingalkan aku dalam kehinaan di depan Rabbku..

takut...
jika sampai
lupa bersyukur 

Senin, 20 September 2004

untukmu.. wanita shalehah pendamba surga

Aku ke kampus lagi, setelah beberapa lama bertapa di jurong west :D. 
"Mana? mana dia?", tanyaku ke ibu mungil yang lagi final year di NTU.
"Itu tuh.. lagi duduk di halte, nungguin mobilnya mak cik yang nganterin makanan yang kita pesan", jawabnya kalem. Baru pake kacamata euy si ibu. Hasil bermukim 4 thn di NTU :P. Yah.. sore itu memang bakal ada Seminar Nikah: Keluarga Bahagia (Part 2), Membentuk keluarga bahagia islami. Laporannya ada di sini nih <-- klik ajah . Part 1 nya sih udah dulu... dua tahun yang lalu. Waktu kita semua masih sama2 imut2 hehehe *Kebanyakan teori deh kite yak :D

Dari jauh aku sudah mengenali sosoknya dari belakang. Duduk menghadap jalan. Jilbab putihnya yang di bawah siku (kenapa sih, suka bgt pake warna putih :P) memperindah kerapihan busananya. ciyee ada yg terbang :P. Aku berlari lari kecil.
Rindu.. kangen... campur baur. Kalau ga salah udah sebulan ga ketemu yak kita. Dia menoleh... Sayangnya mak cik yang ditunggu dateng. Terpaksalah beliau ikut mobilnya ke tempat acara. Whuiih.. tega banget ninggalin aku, salaman aja belum sempat :P.

Di atas akhirnya kite ketemu juga. Langsung deh tak samperin tanpa basa basi :D.
"Dah lama ya, gak ketemu.. kangen nih" samperku, setelah sun kanan kiri ^_^. Biasaaa..
"Eh iya nih, btw.. gaya amat hari ini.. cie cie.. ada apa nih", serunya setelah kusapa, tentunya dengan senyuman yang khas itu. Ledek2an udah jadi tradisi. Tapi aku menyebutnya cinta :P
"Kamu juga bagus gamisnya, baru yah?. Gak isbal lagi!!!! pas di atas mata kaki. whuiih mantap deh. Udah deh... kalau kamu juga menjaga sholat berjama'ah mu.. udah tak masukin list dari kemaren" Balasku sambil cengar cengir. Sobat yang satu ini memang tinggi semampai. So, rata2 gamis2nya kalau yang gak bikin sendiri, musti berjama'ah sama kulot atau rok. Tapi bukan dia namanya kalau ga bisa lagi ngebalas. Cuma.. udah ah.. kepanjangan kalau kutulis semua di sini :P

Dua tahun sekamar dgn liku2 yang telah dilewati bersama, menempa banyak hal dalam hati hati kita. Kayanya menyebutnya 'saudara' saja masih kurang. Apalagi setelah banyak sekali yang terjadi akhir akhir ini. Memang tiada yang lebih indah dari pada hati hati yang dipersatukan karena kecintaan kepada Sang Pemilik Hati. Memang tiada yang lebih indah daripada kerinduan kerinduan yang dirasakan karena ikatan yang terasa semakin kuat karena hembusan hembusan nafas da'wah yang tetap terhirup dan selalu ingin hidup karenanya. Memang tiada yang lebih indah dari letupan letupan semangat yang disadari tidak akan pernah pudar, karena ia adalah jalan yang panjang, dan kita tidak akan pernah berhenti berjalan, pun ketika kita sama sama sudah melihat ujungnya yang terang benderang.

Dia pernah menemaniku termenung di lorong asrama, saat aku menghadapi masa2 paling sulit dalam hidup. Lalu kita menangis bersama. Aku juga pernah menemaninya dengan perasaan2 yg sukar dilukiskan, saat ia dihadapkan pada persoalan, yang sampai saat ini masih tak kupercayai bahwa tnyata ia bisa menghadapinya dengan ketegaran luar biasa. Kala itu kita juga menangis bersama.

Malam2 yang panjang penuh dengan diskusi2 hangat juga telah kita lalui berbulan2 lamanya. Keistiqomahannya dalam aspek2 peribadatan juga seharusnya memicuku untuk selalu dan selalu menjadi lebih baik. Tanpa perdebatan, dukungan, dan cinta darinya, mungkin terlalu sulit rasanya apa2 yang telah kujalani selama ini.

Bahkan iapun tak segan segan membahasakannya. Suatu malam di bulan desember, dia pernah memandangku dengan tatapan sedih, berbulir2 bening di sana. Jatuh luruh. Saat dia mengetahui ada beban berat yg tak ingin kuceritakan. Katanya:
**Apakah, sahabat seperti ini?. Apakah saudari seperti ini?.Kenapa tidak membaginya denganku. Kenapa menyimpannya sendiri?. kenapa?**

Lalu pertahananku bobol sudah. Dan sejak saat itu. Sampai sekarang. Kita selalu bergandengan tangan. Bahkan saat dimensi waktu merasa ingin ambil bagian menguji keistiqomahan itu. Lalu? kenapa tiba2 aku ingin menuliskannya disini?. Karena dari cerita2nya sore tadi. Aku terpaku. Dan aku ingin sekali mengatakan bahwa dukungan moril selalu ada disini. Untuk segala yang telah dansedang dilalui. Bahwa, tangan ini selalu ada, insyaAllah, untuk saling mengenggam erat.

Kamu tahu bukunya salim A Fillah?. **Agar bidadari cemburu padamu**
ah, tiba2 aku ingin bersyair...

untukmu wanita sholehah pendamba surga
yang menjadikan keistiqomahan sebagai mahkota
yg senantiasa takut panah panah setan bersarang di dada
saat lupa menunduk...

untukmu wanita sholehah pendamba surga
yang senantiasa menjaga hatinya dari kerancuan dan hawa nafsu
jangan pernah berhenti menoleh
bukankah kau ingin...
bidadari cemburu padamu?

//bwt yg sedang tersipu2. Ingat pembicaraan kita kemaren sore?. Andai bisa kuhapus parameter2 dunia itu. Betapa ingin aku mengatakan.
Iya.. aku bersedia... Tapi ternyata, aku tidak sehebat itu.


Jumat, 17 September 2004

Raniyah

menangislah ukhti...jika kau merasa punya alasan untuk menangis. Karena menangis boleh jadi akan membuat kita tetap kuat dan tegar untuk kemudian menatap lagi hidup yang masih akan terbentang terus dihadapan kita. So...menangis lah jika kau punya alasan...itu bukan aib... 

//coretan2 dari seseorang yg tak kutahu namanya... siapapun anda, thx anyway... 

Selasa, 14 September 2004

puisi cinta dari sahabat

Hari-hari melangkahi usia 
memburu imanku
mengejar hari esokku
Di mana kini aku berada?

berlari-lari usia mengejar massa
hingga saatnya tiba
aku perlu kado istimewa
bukan, bukan sekedar harta
mungkin hanya sebait doa
mungkin juga sebuah taushiyah
sungguh aku tak ingin waktuku tersia-tersia

Detik-detik menggiring rasa
Meninggalkanku sebuah jeda
bermuara sebuah perenungan
Akhirnya tertinggal di dada
Teriakan-teriakan kesakitan membahana
Memecah dunia dari ufuk timur dan ufuk barat
Manusia-manusia yang dibangkitkan
Dari tidurnya yang panjang nan lelap
berakhir sudah .

keluarlah sejarah lama
menyiksa, memaksa
mengantarkan keletihan pada puncak ketakutan
malaikat maut dengan sapa peringatan
"Man robbuka?" [Siapa Tuhanmu?]
"Man dimuka?" [Apa agamamu?]
"Man qiblatuka?" [Ke mana kiblatmu?]
maka gemetar ruh
"Siapa Tuhanku? Allah,Allah Tuhanku!"
"Agamaku? Islam, agamaku!"
"Kiblatku? Celakah aku? ke mana kiblatku, ya Tuhanku?"

Jawab, jawab, aku perlu jawab
Mengapa air mata ini keluar tanpa sebab
Mengapa hatiku berdebar dalam gelap
perenunganku berakhir, matahari bergulir
aku menanti-nanti, menunggu detik-detik akhir *sesuai status ym nya:P*
berapa? Berapa lagi usiaku yang Tuhanku?
Tetapkah berdiri aku di sini saja
di bibir ketakutan
sungguh ya Tuhanku
bilakah tulus pengharapanku
seandainya merangkakpun kutuju diriMu
Meski berat berlari aku padaMu
sisa-sisa tenagaku makin melemah
deraan-deraan ujian membuatku goyah
apakah kesabaranku lambat laun terkikis?
hingga sedikit demi sedikit semakin menipis?

Aku butuh pijakan
Aku butuh pegangan
Aku butuh tangan-tangan
yang mengajakku bangkit kembali
dan mengingatkanku tanpa bosan setiap hari

aku perlu orang-orang yang menuntun
Yang saling menjaga agar ruhiyah tidak turun
Hingga berjumpa do.a-do.a robithoh yang terlantun
Aku perlu sapa-sapa santun
Hingga merembes seluruh taujih dalam qolbun
Maka, kubiarkan waktuku berlalu setahun
Bersama doa pagi dan selang petang kami yang beruntun

Berkaca kami pada manusia-manusia langit
Yang menggunakan waktu sebagai selendang menuju syahid
Ketika di atasnya tertoreh darah dan tadhkiyah
Yang sengaja selalu dicipta dalam dada
demi perngharapan berjumpa dengan RabbNya

ketika napak tilas hari sebelumnya
Memeras luka dari jiwa
Merobek-robek luka lama
sayatan-sayatan pedih seolah luka abadi
sejarah hati yang tak kuasa dipendam sendiri
Meronta-ronta jiwa
Namun akhirnya terpaksa jua mengakui

Di sini
Jauh di dasar sanubari
terukir nama-nama dalam hati
mengajakku lagi, lagi dan lagi
bangkit kembali
Menyongsong esok hari
Maha suci Illah
Ahabbakalldzi ahabbatanillah
Bilakah kami bersua di pelataran ArsyNya?