Rabu, 14 September 2005

unsent letter [dear mb Muya...]

Dear mba muyasa yang katanya lagi *kangen berat* 


Kaget sekali melihat mbak online lagi siang ini walau cuma beberapa saat. Moga-moga sehat sehat di sana ya. Ah sama, disinipun rindu tiada terkira =). Bungkusan cintanya sudah kuterima langsung dari pak Habib suatu siang di Jakarta. Kala panas terik ibukota tidak melunturkan puluhan atau mungkin ratusan sosok yang berbondong-bondong memenuhi stand-stand yang sulit untuk dilupakan. Jazakumullah khairan katsiran atas hadiah yang indah perekat ukhuwah. Bahkan bungkusnya pun enggan rasanya membuangnya. Terima kasih mbak, padahal kita tidak pernah saling menatap wajah.

Sayang ya kita tidak bisa lagi setiap hari bertukar cerita seperti biasa. Rasa ada yang hilang di sini. Tidak ada lagi window mungil yang setiap pagi menyapaku dengan "apa kabar cinta" dan tausiyah-tausiyah yang menyejukkan jiwa.

Apa kabar iman, semoga selalu menapak maju
Apa kabar cinta, semoga selalu berpeluh rinduNya
Apa kabar hati, semoga bersih dari kelabu
Begitu bukan? ungkapan yang sering kita dengar =)

Andai mbak tahu daftar kesalahanku bertambah-tambah setiap hari. Salah satu hal yang paling kutunggu-tunggu setiap hari adalah window mungilmu yang tiba-tiba menyapaku kembali. Lalu menjelma menjadi kakak, ibu, sahabat, teman sekaligus obat penenang dan tempat aku belajar banyak hal. Aku yang melulu khilaf dan lupa. Aku selalu tersenyum lebar mengingat kalimat mba di saat2 ketika kita tidak akan bisa sering-sering lagi chatting. "Jangan pernah sedih, jangan pernah risau, selain DIA, ada seseorang yang sangat peduli padamu di sini. Seseorang yang menjadikan websitemu sebagai halaman yang pertama kali ia buka". Tersipu-sipu kala itu. Merasa sangat di....

Ayo mbak, semoga lancar urusan di sana dan bisa bekerja lagi sehingga ada lagi window istimewa yang menyapaku setiap pagi ^_^

Demikian sajalah surat kali ini.
Langit Singapura hari ini biru bersih mbak, seperti baru kembali dari tukang cuci. Hawanya pun sejuk. Moga-moga hatipun begitu walau tidak selalunya mampu. Berharap sekali bisa terus menerus mengalami pembelajaran. Dan terus menerus beroleh ketenangan.
Bukan ketenangan yang keliru. Semoga.




Minggu, 11 September 2005

Kangen

wahai akhwat cakep yang lagi berdiam di depok sana...
Ayo balik...
AKu paham mesjid UI jauh lebih mempesonakan daripada di sini...
Tapi, Singapura terasa begitu sepinya tanpa senyum dan candamu...
moga-moga lancar urusan di sana...
dan cepat kembali...
kangen
banget!!!


//buat rumieku, neng Ratih