Minggu, 27 November 2005

Art of Good bye [part 1, team mate]




First and foremost, tentunya wajah-wajah di atas yang kena efek awal hijrah :D. Siapakah mereka? :D 

Yang jelas mereka-mereka ini macam-macam tipenya
1. Ada yang hobinya *memburu serangga* sejati di dalam code code :D
2. Juga ada yg suka jadi tempat *konsultasi* dalam masalah perburuan serangga ini
3.Ada juga yang kerjanya meng"analisa", nyatet2, mengkerutkan kening dan mondar mandir :D

Satu yang menyatukan, semua *pencinta serangga* ini bersatu padu dalam satu team kecil, untuk kemudian bergabung dengan team-team lainnya mengupgrade suatu system *sesuatu* di sebuah BUMN di negeri temasek :-), yang akan dipakai oleh seluruh penduduk negeri pulau ini =)

Well, I love you RABs...
Menikmati hari-hari tersisa bersama wajah-wajah ramah dan kocak yang selalunya punya senyum bahkan di saat-saat lembur merajalela.
Paling suka cara mereka yang *humble* dan *tawadhu* ketika mengemukakan pendapat...


Ini potongan kue yang dibeli oleh miss Boss, waktu ia baru aja lulus test driving license, trs mentraktir dirinya sendiri dan 'memaksa' kita semua mengucapkan selamat di pantry :D.
RAB : Revenue accounting Branch



Jumat, 11 November 2005

Photo: Rumah Gadang bagonjong 5

Temans, berikut adalah foto-foto yang kebetulan sempat terekam oleh kamera handphonenya uniang Alni waktu pulang ke Batusangkar. Batusangkar adalah salah satu kabupaten di Sumatera Barat. Batusangkar adalah salah satu daerah 'asal' kebudayaan minang. CMIIW. Di Batusangkar juga berdiri kerajaan "Pagaruyuang" yang dulunya pusat kerajaan ranah minang.


[Atas]Pemandangan dilihat dari belakang rumah. Rumah-rumah tradisional dengan atap atap bagonjong limo (bergonjong 5) dan latar belakang bukit Sibunbun

[Atas]Pemandangan dilihat dari depan rumah. Duh masih banyak rumah bagonjongnya. Senang liatnyaaa... Cinta banget deh ama ranah minang (doooow...)

[Atas]Masih pemandangan dari depan rumah uniang di Batusangkar. Coba liat rumah gadang di depan itu. Begitulah bentuk rumah gadang umumnya di perkampungan. Dulu rumah nenek saya (di Padang) sebelum dirombak jadi rumah batu juga seperti itu bentuknya.

Dindingnya sama persis. Kita menyebutnya "dindiang tadia". Rumah kami dirombak tahun 1992 Masih inget ketika kecil suka ngintip ke luar lewat dindiang tadia yang udah banyak bolong-bolongnya. Rumah gadang di kampuang biasanya ga ada lotengnya dan sumurnya berada di halaman di belakang rumah. Waktu kecil kalau tengah malam pengen ke kamar mandi suka merasa serem, soalnya musti melintasi halaman belakang yang banyak pohonnya sebelum mencapai kamar mandinya.

[Atas]. Ini pemandangan dari sampiang kanan rumah.


[Atas].Yang ini kata uniang diambil dari teras rumah lantai 2. Dari rumah uniang kita bisa melihat dikejauhan bukit sibunbun dari arah depan, gunung merapi di arah belakang dan gunung bungsu di sebelah kiri.
Keren.. Padang jadi kebanting berat keindahannya dibanding daerah2 lain di sumatera barat..


[Atas].Ini halaman rumah uniang di pagi hari. Tadinya ga ingin masukin foto ini kerana ada ayah nya uniang dan adiknya. Takut beken hehehe... Tapi moga2 ga terlalu jelas ya. Waaah pagi yang cerah, nampaknya adeem banget...


Gunung merapi yang menyimpan kenangan tersendiri. Waktu jaman buandel (kelas 2 SMU) pernah berangkat diam2 dari Padang ke Bukittingi bersama 6 orang teman lainnya (total 4 laki2 dan 3 pr) mendaki gunung ini. Ga minta ijin ibu!!! Gubraks... Alhamdulillah selamat pulang pergi. Kenangan bareng trefi, Ary, hendri, yoyo, nurul dan mainar... wherever they are, kuangeeeen!!!. Ada foto kita ber7 di depan api unggun di pesanggrahan gunung merapi, cuma kurang jelas. Ada foto2 di dalam tenda, juga foto hamparan edelweis yang mempesona. 


Gunung Singgalang kalau dikunjungi dari bukittinggi letaknya persis di depan gunung Merapi. Dulu sepulangnya dari Merapi kita juga ingin kesini, namun team yang laki2 menolak. Katanya kalau mau ke Singgalang ga mau bersama kelompok wanita. Lagian bertahun2 sebelum itu ada 2 orang senior kita dari SMU 1 Padang juga yang hilang di gunung ini, jadinya rada2 gentar...


[Atas].Lihat tanda merah di langit sebelah kiri!!! Aku dan uniang cukup bingung ketika menemukan fenomena ini. Lihat juga dua gambar berikut. Awalnya kita pikir ada kerusakan di kamera. Tapi ternyata tanda merah itu selalu muncul. Ada yang tahu itu apa?
Venus? Ufo? :D



Tanda merah 2



Tanda merah-3. Another siluet rumah bagonjong!. Cintaaaa sama ranah minang. Moga2 jika suatu saat berkesempatan pulang kampung lagi pengen motretin sawah-sawah dan sungai-sungainya. Semoga yaaaa......

Senin, 07 November 2005

[Cluster 8]: Obsesi akhirat tiada lekang

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

nb: buat pengunjung yg ga berkenan dgn tulisan saya bergaya *curhat*, mending ga usah dibaca ^_^. Ini hanyalah sebuah ungkapan cinta semata..


Suatu hari di akhir bulan July, takdir membawa saya bertemu dengan sekelompok akhwat yang berasal dari seantero ibukota. Tak banyak memang, cuma 20 orang. Selasar mesjid al Azhar kebayoran baru menjadi tempat pertemuan yang dipilih. Mereka datang dari jakarta beneran, bekasi, tanggerang, bahkan karawang. Panas menyengat siang itu terobati tak hanya dengan payung warna warni terkembang tapi juga wajah-wajah yang tersenyum riang bertemu saudara seiman. Tak banyak yang mereka punya selain segumpal semangat yang menyala-nyala untuk bisa berbuat menghasilkan sesuatu bagi kemaslahatan ummat. Sosok-sosok yang dipertalikan oleh ukhuwah ini mulai berbagi cerita dari perkenalan pribadi, aktivitas saat ini, sampai obsesi masa depan.

Maka sayapun berkesempatan menjadi penonton yang berbahagia. Sangat berbahagia. Walau banyak aktivitas mereka yang tak saya pahami karena kelamaan meninggalkan negeri sendiri. Ceritanya macam-macam. Tentang dakwah di keluarga, di lingkungan tempat tinggal,tentang pergulatan mereka untuk melegalkan rohis di kantornya. Kisah-kisah pengajian dengan murabi. cerita-cerita lucu tentang binaan. Kegiatan2 partai. Memburu2 berita dakwah, bagi yang freelance sebagai wartawan sukarela. Proses dirintisnya kafemuslimah dot com (proses berdirinya hingga jumlah pengunjungnya yang kini juga luar biasa). Sampai sepak terjang mereka di dalam dakwah kampus, tema yang paling membuat iri. Ketika yang satu bercerita yang lain mendengarkan dengan seksama, mencatat dengan serius, merenungkan dengan sungguh-sungguh. Saat itu juga muncul bakat yang tidak dibuat-buat. Kemampuan mereka bertutur, mengemukakan ide2, gagasan2. Kesantunan menyanggah pendapat temannya. Kecerdasan intelektual tentang perkembangan jaman. Ketajaman analisa dan Kematangan emosional. Sungguh!!! tak saya bayangkan ketika melihat sosok-sosok berjilbab rapi itu untuk pertama kalinya. Bahkan keberadaan mereka lebih keren daripada yang ada di cerita-cerita fiksi.

Bertemu mereka membuat diri merasa begitu kerdil, terasa belum menghasilkan apa-apa. Namun di sisi lain merasa terpompakan semangat yang luar biasa. Wajah-wajah yang baru pertama kalinya saling bertatap muka hari itu juga bertekad mengawali suatu komunitas muslimah yang memfokuskan dirinya di suatu bidang yang kebetulan sebagian besar yang hadir di sana saat itu berkecimpung, berprofesi atau setidaknya tertarik dengannya. Suatu ide yang dulunya hanya menjadi lintasan fikiran akhwat2 yang kebetulan bertemu satu sama lainnya di berbagai milis bidang agama dan keilmuan. Tidak bermaksud mengadakan pemisahan antara muslim/muslimah dalam menuntut ilmu. Cuma berusaha menghadirkan sarana untuk mentrigger potensi2 muslimah yang tersembunyi di bidang ini dan malu untuk muncul karena berbagai alasan. Serta sebagai sarana untuk berbagi ilmu dan meluaskan persaudaraan. Kekurangluwesan di depan lawan jenis membuat kadang2 ide2 yang mereka punya mandek dan tidak keluar. Suatu kelemahan yang harus dicatat dan dijadikan PR bersama!

Maka kembali saya berkesempatan menjadi penonton yang berbahagia. Sangat berbahagia. Walau tidak lagi menjadi penonton seratus persen. Saat itu saya tak punya banyak cita-cita muluk-muluk. Berkesempatan berkumpul dengan akhwat-akhwat luar biasa seperti mereka rasanya sudah tak terkira. Jika tak banyak aktivitas nyata yang kelak bisa dijalani bersama, diskusi2 di dunia mayapun rasanya cukuplah jadi pelipur lara. Pikir saya kala itu, ah paling nanti setelah berpisah semangatnya hilang lagi. Tapi tak apa, bukankah dengan sapaan, dan pompaan semangat dari kata-kata dan tulisan2nya saja telah membuat tekad jadi bertambah2.

Namun kekuatiran saya itu tak berasalan. Ketika beberapa minggu kemudian akhwat-akhwat itu dipercayakan menjadi pengurus suatu kegiatan di dunia nyata. Ruang diskusi dipenuhi dengan kegembiraan, keriangan dan semangat mereka. Dan lagi-lagi saya menjadi penonton dari jarak sejauh ini. Menonton laporan2 akhwat2 keren tsb, mengurus ini itu kesana kemari, keberhasilan, kegagalan, kekecewaan , kecemasan, semuanya terasa sampai ke sini. Untuk sesuatu yang tak dibayar sepeserpun. Persis seperti cerita2 yang sering saya dengar (Mungkin pernah baca “Bukan di Negeri dongeng”nya HTR). Namun terasa berbeda ketika melihatnya dengan mata kepala sendiri. Menyaksikannya langsung. Itu semua dilakukan dengan senang hati, di sela2 kesibukan yg tak sedikit. "Bayarannya di akhirat saja", "Bayarannya, dengan melihat keberhasilan acara itu saja" jawab mereka ikhlas ketika iseng2 saya tanyakan tentang itu. Padahal tak sedikit biaya waktu, tenaga dan materi yang harus dikorbankan. Maka kembali hati merasa malu ketika membanding2kan diri dengan mereka.

"Yuk ah, kita bikin kerja yang kongkrit. Hayya na'mal!". Begitu selalu kata salah seorang dari mereka untuk memompakan semangat. "Karena mungkin memang pagi ini kita masih dibangunkan dalam kondisi sehat wal 'afiat dalam kenikmatan Islam dan Iman yang terjaga. Tapi esok hari atau mungkin sebentar lagi bisa saja Allah menahan ruh kita dan tidak mengembalikannya ke dalam jasad ini. Alangkah merugi jika tidak banyak yang telah diperbuat kala itu". Maka kembali saya terbakar cemburu dan berharap suatu ketika bisa seperti mereka, tak lagi menjadi penonton. ...

Minggu pertama syawal baru saja menyapa. Masih banyak yang terlena dengan dengung-dengung "hari kemenangan". Namun semangat itu kembali berpijar. Kembali mereka bermunculan satu persatu dengan ide ini itu, program ini dan itu. Ada juga yang tahu-tahu ternyata sudah berbuat banyak tanpa banyak cuap-cuap (salut berat buat adik manis dkk di pancoran, moga teteup lancar). Subhanallah, di saat masih banyak yang sibuk (setidaknya saya) menata diri kembali bergelut dengan aktifitas dunia dihiasi keluhan-keluhan ini dan itu, semangat yang mereka punya membuat hati malu.

Bagi sebagian orang kehadiran mereka mungkin tak begitu istimewa,namun bagi saya bernilai tak terkira. Riang hati kala disela-sela kesibukan kadang-kadang mereka masih menyempatkan menyapa jiwa dengan sekedar "Apa kabar cinta" atau mengajak berdiskusi bersama demi suatu langkah konkrit.Tanpa mereka sadari juga kadang air mata menitik iri dan timbul suatu tanya.
Kapan ana bisa bergabung dengan ukhty semua?. Duh, cinta...

**fur akhwat muslimah-IT

[Puisi] Untuk Hari Fitrah

oleh: Ustadz Adi JM 

Ramadan menghilang perlahan
ketika sang hilal Syawal menampak sekejap petang tadi
siang ini masih pekat lara menyelimuti hati
wahai usia, adakah jiwa masih sempat menyapa Ramadan nanti?
sore tadi suara cicit nyanyian burung seperti rintihan tangis
tiupan angin menyenandungkan nada-nada perpisahan
dunia berhenti dari gaduh
sepi membalut lara hati
mengiringi lantunan tilawah
mengiringi baris demi baris terakhir juz 'amma
sore tadi hampir tak menyisakan ceria

Adzan magrib adalah pembuka Syawal
lantunan ayat-ayatNya menyeret jiwa ke keabadian
Ramadan pergi menghilang
tapi tidak sapa lewat kalamNya
Ramadan menggenapkan dirinya
melepaskan pelukannya dari ikatan masa
tapi tidak munajat panjang dalam doa dan sholat
di saat lembayung senja mulai meredup
di saat gelap malam mulai menyembunyikan terang
adzan Isya kali ini diiringi gema takbir
Allahu akbar, Allah akbar, Allahu akbar
wa lilLaahil-hamdu
lara hati masih di dalam sana
tapi keagunganNya meliputi segala masa
dan pujianNya memenuhi seluruh lapis langit
hari fitrah
datanglah
hadirkan bahagia
sejukkan dan basuh jiwa dengan kasihNya
dan magfirahNya
walaupun hati masih menyimpan lara di dalam sana
tapi keagunganNya meliputi segala masa
dan pujianNya memenuhi seluruh lapis langit

Malam ini dihangatkan agungNya
Allahu akbar, Allah akbar, Allahu akbar
wa lilLaahil-hamdu
dan janji pertolongan
dan janji penghambaan yang semakin tulus
[tangan ini masih bergetar
menggenggam hadiah yang dititipkan Ramadan,
sekuat apakah genggaman ini?]

Chiba, 29 Ramadan 1426