Rabu, 29 November 2006

Kelezatan Iman


 Dari 'Abdullah bin 'Amr bin 'Ash r.a., katanya seorang laki laki bertanya kepada Rasulullah saw  "Orang islam yang bagaimanakah yang paling baik?" Jawab Rasulullah saw., "Ialah orang orang yang menjaga orang orang islam lainnya dari bencana lidah dan perbuatannya."

 Dari Anas r.a, dari Nabi saw., sabdanya: "Ada tiga perkara, bila terdapat dalam diri seseorang maka dia akan merasakan bagaimana manisnya Iman: Mencintai Allah dan Rasul-Nya, melebihi daripada yang lain lain. Mencintai orang lain karena Allah semata mata. Benci menjadi kafir kembali setelah Allah melepaskannya dari kekafiran itu, sebagaimana bencinya akan dilemparkan ke neraka"

Saudariku seiman, apabila tiga sifat tersebut telah mengakar di dalam hati, jiwa dan fikiranmu, maka engkau -dengan ijin ALLAH- keimananmu akan menghasilkan sesuatu yg baru, yaitu ketenangan, kesigapan dan ketentraman

Saudariku seiman, inilah tiga hal yang sangat penting. Karenanya peliharalah dan berikan seluruh perhatianmu kepadanya, sehingga engkau benar benar merasakan suatu kelezatan di dalam jiwamu, yaitu 'kelezatan iman'.

maraji:
1. shohih muslim
2. membentuk muslimah militan, Najib Khalid Al-'Amir

Senin, 13 November 2006

[Cluster-5] Tamanuang

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Ah kemana juz 27 ku? Kemana ketenangan yang dulu merayap-rayap setiap kali bimbang meradang. Kemana dendangan-dendangan kalimatNya yang selalu menjadi melodi terindah mendendang Qalbu? Setiap saat setiap detik, dimanapun kapanpun. Kemana petuah-petuah bijak yang selalu jadi senjata andalan ketika satu dua jiwa mendekat ingin bersahabat. “Simpan ayatNya dalam dadamu maka segala pahit akan berubah menjadi semanis gula”, begitu selalu kata diri pada semesta. Maka diripun menjadi rindu pada jiwa lama yang selalu berdendang riang memandang matahari senja Singapura kala warna-warni melukis raga. Maka diripun mejadi rindu pada jiwa lama yang selalu cerah ceria mensketsa sungai Singapura ditemani ayat-ayatNya.

Seribu tanya menari disela sesal yang kemudian tumpah menjadi airmata. Bersalah. Bersalah dalam kekalahan, kalah terhadap diri sendiri. Episode siang ini membingkai jendela. Menjingga, memerah lalu menghitam. Ah diri, kenapa sampai sejauh ini, pantas saja hilang semua koleksi kalimat-kalimatNya. Lalu mencobaku menyelusup mencari jiwa lama itu ke dalam aliran darah, seluruh denyut nadi, lapisan kelabu di kepala. Tak ada. Tiada. Engkau dimana wahai jiwa? Wahai keindahan yang selalu memenuhi semestaku, wahai ketenangan yang selalu menawarkan singgah untuk melepas lelah. Engkau dimana. Tak tahukah aku rindu.

Angin menggenggam jiwa, yang tak tahu lagi bentuk rupanya. Siapakah ini? Senja Singapura tentunya tak ada di sini. Pinggiran sungai Singapura tempat meluahkan asa pun tak ada di sini. Lalu kemana? Kemana harus menumpahkan tegukan pahit di ujung tenggorokan. Kemana harus mengakui kesalahan, meminta teguran, arahan atau luapan marah. Karena kesalahan ini memang begitu mencekam.

Engkau dimana wahai jiwa yang lama? Wahai keindahan yang selalu memenuhi semestaku, wahai ketenangan yang selalu menawarkan singgah untuk melepas lelah. Engkau dimana. Tak tahukah aku rindu.
//akhir 2006
*haruskah menunggu pelangi menari mengitari inti bumi? seperempat abad lewat sudah, berapa lama lagi kutunggu kamu wahai semestaku…



Senin, 04 September 2006

[Cluster-4] Catatan 2 Tahun yang lalu

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//


Mengapa air mata ini keluar tanpa sebab
Mengapa hatiku berdebar dalam gelap
Perenunganku berakhir, matahari bergulir
Aku menanti-nanti, menunggu detik-detik akhir
Berapa? Berapa lagi usiaku yang Tuhanku?

Tulisan-tulisan di bawah adalah yang aku tulis dan aku terima di Singapura, saat maghrib menjelang dan usia berkurang satu, di dua tahun yang lalu, 4 September 2004…

1. Dua monitor

suatu siang
saat jarak yang membentang bukan halangan
saat Singapura Jakarta hanya terpisahkan oleh
dua layar monitor
saat ukhuwah menjadi taman taman yang indah
dan tausiyah menjadi kuntum kuntum yang merekah
walau tiada pernah saling menatap wajah
inikah hati hati yang terikat karena Allah?


mbak…
tolong ajari aku
tentang ikhlas, syukur dan sabar
kenapa kaki ini tiba2 berat melangkah


sayang,
bila ingat keikhlasan…ingatlah bunda dirumah…..
ingat kenakalan kita dan juga semua jerih payah yang telah diberikan hingga membuat kita menjadi orang yang berguna, tapi beliau tetap ikhlas…
kadang marah, kadang cinta…tapi tidak pernah meminta sesuatu sebagai balasannya…


sayang,
jika ingat keikhlasan..ingatlah bahwa seorang sahabat rela dipatuk kakinya oleh ular tapi tidak bergeming, karena takut gerakannya akan membangunkan lelap kekasih hatinya…..dia tidak berharap apapun atas cintanya…
jika ingat keikhlasan ingatlah…bahwa hidup kita hanya mengharap cinta Alloh SWT, maka semua pemberian atau balasan dari makhluk akan terasa kecil karenanya..


sayang,
jika ingat kesabaran, ingatlah nabi ayub…kehilangan atas tanah, anak dan istrinya serta terakhir diberi penyakit yang tidak pernah hilang derita..tapi yang terucap dari mulutnya hanya kalimat thayyibah…
ingat kesabaran..ingatlah baginda rasulullah dipukuli dan di lempari baru di thaif..tapi yang keluar dari mulut mulia beliau adalah doa untuk mohon keberkahan atas kaum itu
ingat kesabaran ..ingatlah para mujahid dakwah yang dipenjara atau terbunuh dalam perang, yang tidak pernah keluar keluh kesah derita walaupun berhadapan dengan tirani…
ingat kesabaran..ingatlah bahwa sabar tidak memiliki awal dan juga akhir…..karena dia adalah proses yang tiada berhujung, dengan balasan surga bgi siapapun yang bisa melaksanakannya…


sayang,
antara keikhlasan dan kesabaran akan berbuah satu yakni keimanan….yang menghasilkan surga hakiki

———-

2. puisi cinta dari sahabat

Hari-hari melangkahi usia
memburu imanku
mengejar hari esokku
Di mana kini aku berada?

berlari-lari usia mengejar massa
hingga saatnya tiba
aku perlu kado istimewa
bukan, bukan sekedar harta
mungkin hanya sebait doa
mungkin juga sebuah taushiyah
sungguh aku tak ingin waktuku tersia-tersia

Detik-detik menggiring rasa
Meninggalkanku sebuah jeda
bermuara sebuah perenungan
Akhirnya tertinggal di dada
Teriakan-teriakan kesakitan membahana
Memecah dunia dari ufuk timur dan ufuk barat
Manusia-manusia yang dibangkitkan
Dari tidurnya yang panjang nan lelap
berakhir sudah .

keluarlah sejarah lama
menyiksa, memaksa
mengantarkan keletihan pada puncak ketakutan
malaikat maut dengan sapa peringatan
“Man robbuka?” [Siapa Tuhanmu?]
“Man dimuka?” [Apa agamamu?]
“Man qiblatuka?” [Ke mana kiblatmu?]
maka gemetar ruh
“Siapa Tuhanku? Allah,Allah Tuhanku!”
“Agamaku? Islam, agamaku!”
“Kiblatku? Celakah aku? ke mana kiblatku, ya Tuhanku?”

Jawab, jawab, aku perlu jawab
Mengapa air mata ini keluar tanpa sebab
Mengapa hatiku berdebar dalam gelap
perenunganku berakhir, matahari bergulir
aku menanti-nanti, menunggu detik-detik akhir *sesuai status ym nya:P*
berapa? Berapa lagi usiaku yang Tuhanku?
Tetapkah berdiri aku di sini saja
di bibir ketakutan
sungguh ya Tuhanku
bilakah tulus pengharapanku
seandainya merangkakpun kutuju diriMu
Meski berat berlari aku padaMu
sisa-sisa tenagaku makin melemah
deraan-deraan ujian membuatku goyah
apakah kesabaranku lambat laun terkikis?
hingga sedikit demi sedikit semakin menipis?

Aku butuh pijakan
Aku butuh pegangan
Aku butuh tangan-tangan
yang mengajakku bangkit kembali
dan mengingatkanku tanpa bosan setiap hari

aku perlu orang-orang yang menuntun
Yang saling menjaga agar ruhiyah tidak turun
Hingga berjumpa do.a-do.a robithoh yang terlantun
Aku perlu sapa-sapa santun
Hingga merembes seluruh taujih dalam qolbun
Maka, kubiarkan waktuku berlalu setahun
Bersama doa pagi dan selang petang kami yang beruntun

Berkaca kami pada manusia-manusia langit
Yang menggunakan waktu sebagai selendang menuju syahid
Ketika di atasnya tertoreh darah dan tadhkiyah
Yang sengaja selalu dicipta dalam dada
demi perngharapan berjumpa dengan RabbNya

ketika napak tilas hari sebelumnya
Memeras luka dari jiwa
Merobek-robek luka lama
sayatan-sayatan pedih seolah luka abadi
sejarah hati yang tak kuasa dipendam sendiri
Meronta-ronta jiwa
Namun akhirnya terpaksa jua mengakui

Di sini
Jauh di dasar sanubari
terukir nama-nama dalam hati
mengajakku lagi, lagi dan lagi
bangkit kembali
Menyongsong esok hari
Maha suci Illah
Ahabbakalldzi ahabbatanillah
Bilakah kami bersua di pelataran ArsyNya?

//ukhty, syukran atas cintanya…


Selasa, 29 Agustus 2006

[Cluster-3] Jelang seperempat abad…

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

29 Agustus 2006

Bunda Sayang…
Berarti tepat 6 hari lagi, usia ini seperempat abad. Nanda mungkin bukan penganut perayaan hari ulang tahun dan mengucapkan selamat atas semakin menipisnya jarak antara jasad ini dengan liang kubur. Hanya berusaha menitipkan salam lewat senyuman rembulan di langit sana buat bunda sayang.

Bunda sayang, bukankah kita menatap langit yang sama. Bukankah kita membagi jiwa yang sama.  Jika demikian, pasti buncahan rindu yang nanda rasakan saat ini adalah hal yang sama yang engkau rasakan juga di sana. Bunda sayang, apakah engkau juga menangis malam ini? Selalu bergetar diri setiap mencoba mengingat-ingat bakti apa yang sudah kuusahakan untuk seorang yang begitu tulus melahirkan, mencintai, membesarkan fisikku, membesarkan hatiku, menempa jiwaku, walau single fighter. Berarti sudah seperempat abad juga sosok tercinta itu berjuang begitu hebat sendirian, demi aku. Jatuh bangun dalam kekurangan harta untuk hidup hari ke hari, demi membiayai aku. Memupuk bintang harapnya setinggi langit, pada aku. Melabuhkan seluruh cinta buatku tanpa keinginan membaginya lagi dengan yang lain walau seperempat abad yang lalu itu usianya masih sangat muda. Ya bunda, 11 bulan tidak melihat wajahmu. Apakah telah bertambah kerut di sana. Cerahkah senyum di sana. Bagaimana hari-harimu. Bunda, aku rindu…

Berarti 6 hari lagi, usia ini seperempat abad. Ketegaranmu dalam hidup bu, bagiku adalah cerminan yang membuat kaki ini selalu mampu melangkah walau kita nyaris sebatang kara. Mendengar cerita-ceritamu akhir-akhir ini membuatku makin tak ingin pulang.  Ah bunda, ternyata kita tak tahu lagi bagaimana memaknai ketulusan. Benda itu sudah langka dan mahal harganya ya. Selalu gerimis hati ini setiap kali kabar-kabar terbaru diterbangkan angin sampai ke pulau ini. Mendung di hatiku setiap kali mengingat bahwa masih banyak terpaan angin kencang yang engkau hadapi. Sabar ya bunda, kaki ini masih belum mampu membawamu terbang ke sini. Tangan ini masih terlalu lemah untuk menghadirkanmu di sini walau setiap malam begitu tinggi harap tak terkatakan. Sabar ya bunda, tak sabarpun rasa di hati mencurahkan sepenuh bakti pada engkau seorang diri. ”Biarlah makan dengan garam Nak, asal ibu dekat denganmu”, begitu katamu selalu. Kalimat itu pula yang mampu menerbangkan aku dari segala kemewahan di Singapura sana. 

Ketidaknyamananmu dengan negeri kecil itu pula yang membuatku mampu menjalani proses adaptasi yang tidak mudah di ibukota tanah air kita ini. Meninggalkan teman-teman tersayang dengan segala keindahan ukhuwah yang telah demikian lama terbina, yang sebagian bahkan telah menjadi lebih dari saudara. Tak terpungkiri bahwa malam terakhir di Singapura adalah salah satu saat paling berat, salah satu keputusan paling susah, karena belantara beton ini sungguh asing bagiku, baik negerinya maupun penduduknya. Merajut persaudaraan yang baru tidaklah mudah, bu, karena rupanya batinku masih nun jauh di pulau itu. Demi engkau bunda, akan kusulap Jakarta menjadi senyaman Singapura.  Demi engkau bunda, tak ada artinya semua harta di dunia. Demi engkau bunda, andai bisa ingin kubuatkan sebuah istana di Surga. Demi senyum di wajahmu bunda, rela kutukar segala kemewahan dunia. Tak ada tempat yang lebih nyaman di dunia ini selain pangkuan ibu, demikian kata seorang penulis berkebangsaan Jepang. Ah bunda, engkau yang terbaik di dunia. Bahkan tak sekalipun kata-kata kasar kudengar dari mulutmu. Senyum selalu di sana, setidaknya yang terlihat di mataku walau perjalanan hidup megajarkan bahwa tak jarang senyummu mengandung tangis di hati. Bunda, aku rindu…

Bunda sayang…
Bagaimana kabar kota kelahiranku? Sudah 20 purnama tidak melihatnya. Tanah melayu yang dulu santun dan akrab dengan nilai-nilai islam. Nanda rindu bu, walau kadang rindu itu tersapu oleh bayang-bayang insan yang membuat kita tidak lagi sanggup menemukan arti ketulusan. Dada ini masih cukup lapang untuk mendengar cerita-ceritamu Bunda, walau tangan ini belum cukup kuat untuk membawamu terbang ke sini.

Titip rindu lewat bintang yang menari  bersama inti bumi. Sujud takzim buat bunda, yang telah membuat perjalanan seperempat abad ini terasa begitu mempesona.

Rabu, 16 Agustus 2006

On Writing

Malam merayap menjemput hari. Tak ada sinar bulan keperakan memantul mantul di Singapore river seperti di cerita2 fiksi. Yang ada hanyalah lampu lampu kota menyala benderang dengan angkuh. Terkesan bangga akan cantiknya yang semu. Seakan lupa bahwa sinar bulan tetap tak terkalahkan. Cantiknya alami. Walau tak terlihat namun semua tahu bahwa ia ada. Walau tak mencolok namun semua tahu bahwa indahnya abadi. Menawan. Carilah sinarnya di desa bukan di kota ini. Lalu kesederhaan yang memukau itu akan memenjarakan hatimu untuk betah berlama lama membersamainya. ... to be cont..

Jumat, 11 Agustus 2006

Dancing

I love dancing,
but today I dance with tears

Arsip: Resep Taucho yang OK punya

Oleh: Kak Khadijah
mahasiswi program phD NTU Singapore (tahun 2000an)

Medan, bekenaan dengan makanan, diluar dari keragaman suku yang ada, ada tiga jenis makanan yang terkenal dari Medan yaitu: Lapis Legit, Bika Ambon dan Taucho. Terdapat tiga jenis masakan taucho yaitu Taucho ikan, Taucho sayur dan Taucho kacang putih. Ikan yang paling baik untuk digunakan adalah ikan gembung. Ini karena Ikan gembung memiliki tekstur daging yang tidak padat, daging ikan relatif memiliki rasa yang tidak kuat sehingga rencahan taucho dapat benar-benar "meramu" rasa pada daging ikan dan ukuran ikan yang relatif kecil sehingga keseluruhan bahagian ikan dapat digunakan meskipun ikan mungkin harus dipotong menjadai dua atau tiga bagian.

Tidak seperti taucho ikan, uniknya, bahan dasar udang atau sotong saja tidak biasa digunakan untuk mendapatkan masakan taucho seperti taucho "seafood". Kedua bahan ini juga tidak digunakan dicampurkan bersama ikan untuk membuat "Taucho Seafood" Dengan kata lain taucho seafood tidak ada. Taucho kacang puting biasanya dipadukan dengan udang. Ikan haruslah digoreng terlebih dahulu. Kacang putih perlu direndam lebih 5 jam , buang air rendamannya kemudian dikukus atau direbus.

Gunakan sayuran yang tidak berdaun untuk membuat taucho sayur. Meskipun namanya taucho sayur, bahan yang mengandung protein juga digunakan seperti tahu, tempe, udang dan sotong. Sayur yang biasa digunakan dalam membuat taucho sayur adalah: kancang panjang, terong telunjuk (boleh juga terong ungu (bulat/ lonjong) yang dipotong dadu), belinjau muda dan jamur. Gunakan jamur yang memiliki tekstur yang lembut seperti jamur merang dan sebagainya. Jamur yang tekstur pejal tidak digunakan untuk keperluan ini. Hal ini disebabkan untuk mendapatkan gabungan rasa yang baik antar bahan yang memungkinkan rencahan taucho "mewarnai "rasa masakan. Jamur pejal tidak menimbulkan rasa dan sekaligus tidak memungkinkan bumbu taucho untuk meresap.

Penggunaan bahan yang menimbulkan rasa seperti cabai, bawang merah, bawang putih, jahe dan sebagainya adalah sama untuk taucho ikan, sayur dan kacang putih tapi ianya memiliki fungsi yang berbeda. Pada taucho ikan, bahan perasa ini berfungsi seperti sambal dimana kita dapat menikmati sambal tanpa merasai ikannya atau menikmati ikan tampa memakan sambalnya. Manakala pada taucho sayur dan kacang putih, bahan perasa ini berfungsi sebagai menambah keragaman sayur bukan sebagai kuah dari masakan.

Untuk keperluan keindahan dan rasa, penggunaan cabai merah dan cabai hijau adalah dianjurkan. Jika taucho menggunakan udang, buang kulit udang, tinggalkan kulit pada bagian ekor dan toreh memanjang bagian punggung hingga mencecah kulit ekor. Ini akan menimbulkan rekahan yang menarik. Jika taucho menggunakan sotong atau cumi, pisahkan kepala dari badan, potong 4 X 4 cm bagian badan, potong (tidak terputus) kepada 3-5 bagian. Potongan ini (3-5 bagian) akan melengkung keluar menimbulkan bentuk yang sangat kontras berbanding potongan sayuran ataupun bahan perasa. Jika sotong atau cumi yang digunakan memiliki ukuran yang kecil, pisahkan bahagian kepala, (bergantung kepada ukuran) potong badan sotong atau cumi menjadi dua bagian tubular, pada permukaan atas , belah kepada 4-6 bagian memanjang kearah ekor, disebabkan oleh panas (setelah dimasak), belahan ini akan melengkung keluar membentuk kelopak bunga.

Rimbang pada dasarnya bukan merupakan bahan perasa utama, oleh sebab itu ianya tidak mesti ada. Jika rimbang digunakan pada masakan ini maka terdapat tamabahan aroma dan rasa pada masakan yang menurut kak Ijah lebih enak. Rimbang yang dipotong haruslah direndam pada air. Jika tidak, permukaan potongan pada rimbang akan menghitan disebabkan oleh oksidasi dan ini akan menimbulkan warna hitam pada masakan juga mempengaruhi rasa. Meskipun air rendaman dari potongan rimbang menghitan dam permukaan potongan juga menghitam, potongan rimbang ini tidak perlu dicuci, ambil potongan rimbang dam tumis bersama bahan perasa lainnya. Kak Ijah pernah diberitahu teman untuk menggunakan kerupuk jangek/kerupuk kulit (banyak terdapat dipadang) kedalam masakan taucho sayur. Caranya mudah, masukkan kerupuk jangek kedalam masakan bersamaan dengan udang, sotong, tomat dan jamur. Hasilnya, kak Yahya menghabiskan keseluruhan masakan taucho.

Pada daerah-daerah dimana mudah untuk mendapatkan kikil, taucho kikil benar-benar menajubkan. Kikil adalah kulit lembu yang telah diproses. Bahagian luar dari kulit dibakar untuk menghanguskan bulu, dikikis bersih dan kemudiannya direbus. Proses yang sama juga dilakukan kepada kulit kambing, kemudian dipotong kecil, dijemur hingga kering dan terakhir digoreng untuk mendapatkan kerupuk jangek. Pada taucho kikil, biasanya kulit tahu dan udang adalah gabungan yang paling cocok. Untuk informasi tambahan, kerupuk jangek adalah bahgan makanan yang paling baik untuk menyembuhkan sakit maag.

Khususnya untuk taucho sayur, tekstur dari bahan serta tingkah laku kimianya perlu diketahui untuk menentukan bahan apa yang dimasukkan terlebih dahulu guna menjaga rasa yang optimum serta juga berkaitan dengan penampilan masakan. Pada taucho ikan, taucho dimasukkan bersamaan dengan tomat setelah bahan perasa lainnya masak.

Pada taucho kacang putih dan sayur, taucho dimasukkan setelah bahan perasa meresap kedalam kacang putih atau sayuran, udang (udang, sotong dan jamur pada taucho sayur) dimasukkan bersamaan dengan tomat. Jika taucho dimasukkan bersamaan dengan bahan perasa (cabai, bawang jahe dan sebagainya) rasa dan aroma taucho akan berubah ini karena pada dasarnya taucho adalah telah masak. Taucho didapatkan dari proses fermentasi. Taucho mengandungi garam yang cukup tinggi. Oleh sebab itu berhati-hati dalam menggunakan garam saat memasak.

Tomat menimbulkan rasa asam, menaikkan rasa gurih dari masakan dan sekaligus mempengaruhi kepekatan dan warna. Jika tomat ditumis bersama bahan perasa, panas menyebabkan rasa asam dan kemampuan kepekannya hilang serta kecerahan warna tomat berkurang. Udang dan sotong/cumi haruslah dimasukkan terakhir. Jika dimasak kelamaan, daging udang, sotong dan cumi akan menjadi keras, penampilan rekahan pada punggung udang hilang dan lengkungan pada sotong/cumi hilang kelenturannya.

Disamping itu rasa dari udang, sotong dan cumi akan menjadi hambar, demikian juga jamur. Kerena masakan ini terdiri dari berbagai warna, bentuk dan potongan, pada saat menyajikannya, masakan taucho tidak perlu dihias.

Taucho sayur atau kacang putih dijadikan bahan pelengkan pada lontong dan biasa disajikan saat hari raya baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Lontong yang sedemikian disebut lontong sayur. Pelengkap lainnya dari lontong sayur adalah serendeng, sayur lodeh atau juga dapat diganti dengan gulai nangka dan kerupuk. Untuk makan sehari hari, taucho ikan cocok dipadukan dengan lalap timun atau rebusan. Menurut keperluan nutrisinya, taucho sayur sudah cukup mengandungi serat dan protein yang diperlukan. Menurut rasa kak Ijah, taucho sayur cocok dipadukan dengan ikan asin atau sambal, baik sambal ikan asin dan lainnya. Selamat mencoba.
1. Taucho Ikan
Bahan:
1 Kg ikan gembung, goreng.
15-17 buah campuran cabai merah dan cabai hijau, hiris.
7 siung bawang merah, hiris kasar.
5 siung bawang putih, hiris halus.
1 batang serai, hiris halus.
4cm jahe/halia, hiris halus.
4cm lengkuas, hiris halus.
1 genggam rimbang yang telah dibuang tangkainya, belah dua.
1 helai daun salam
1 helai daun limau purut
2-3 sendok makan taucho
2 buah tomat masak ukuran sedang
5 sendok makan minyak goreng untuk menumis
Garam secukupnya

Cara memasak:
Panaskan minyak goreng, tumis bahan perasa kecuali taucho dan tomat. Aduk rata beberapa hingga layu, tutup 3-5 menit. Masukkan taucho dan hirisan tomat, aduk rata, tutup selama 2-3 menit. Masukkan 1/2 gelas air (kira-kira 125cc) aduk rata. Masukkan ikan, aduk rata, tutup 2 - 3 menit. Aduk rata kembali, angkat dan sajikan pada piring leper atau mangkok rendah untuk sambal.
2. Taucho kikil
Bahan:
1 Kg kikil, potong 1.5 X 3 cm.
50 gr kulit tahu / tahu kering, rendam pada air biasa, potong menurut selera.
300 gr udang
15-17 buah campuran cabai merah dan cabai hijau, hiris.
7 siung bawang merah, hiris kasar.
7 siung bawang putih, hiris halus.
1 batang serai, hiris halus.
4cm jahe/halia, hiris halus.
4cm lengkuas, hiris halus.
1 genggam rimbang yang telah dibuang tangkainya, belah dua.
1 helai daun salam
1 helai daun limau purut
2-3 sendok makan taucho
2 buah tomat masak ukuran sedang
5 sendok makan minyak goreng untuk menumis
Garam secukupnya

Cara memasak:
Panaskan minyak goreng, tumis bahan perasa kecuali taucho dan tomat. Aduk rata beberapa hingga layu, tutup 3-5 menit. Masukkan kikil, adauk rata bubuh sedikit air, aduk rata kembali, tutuk 2-3 menit. Masukkan taucho, aduk rata, tutup selama 2-3 menit. Masukkan tahu kering, udang dan tomat, aduk rata, bubuh 1/2 gelas air atau secukupnya, tutup 2 - 3 menit, aduk rata kembali, angkat dan sajikan pada piring leper atau mangkok rendah untuk sambal.

3. Taucho kacang putih
Bahan:
0.5 Kg kacang putih, rendam 5 jam atau lebih, kukus atau rebus.
50 gr kulit tahu / tahu kering, rendam pada air biasa, potong menurut selera.
300 gr udang
15-17 buah campuran cabai merah dan cabai hijau, hiris.
7 siung bawang merah, hiris kasar.
5 siung bawang putih, hiris halus.
1 batang serai, hiris halus.
4cm jahe/halia, hiris halus.
4cm lengkuas, hiris halus.
1 genggam rimbang yang telah dibuang tangkainya, belah dua.
1 helai daun salam
1 helai daun limau purut
2-3 sendok makan taucho
2 buah tomat masak ukuran sedang
5 sendok makan minyak goreng untuk menumis
Garam secukupnya

Cara memasak:
Panaskan minyak goreng, tumis bahan perasa kecuali taucho dan tomat. Aduk rata beberapa hingga layu, tutup 3-5 menit. Masukkan kacang putih, adauk rata, bubuh 1/2 gelas air (125 cc atau secukupnya), aduk rata kembali, tutup 2-3 menit. Masukkan taucho, aduk rata, tutup selama 2-3 menit. Masukkan tahu kering, udang dan tomat, aduk rata, tutup 2 - 3 menit, aduk rata kembali, angkat dan sajikan pada piring leper atau mangkok rendah untuk sambal.

4. Taucho Sayur
Bahan:
200 gr kacang panjang, potong 3 cm
300 gr belinjau muda, potong dua, rendam dalam air untuk mengelakkan oksidasi
200gr terung telunjuk, potong 2-3cm atau terung ungu bulang / lonjong, potong dadu.
200 - 300 gr tempe, potong dadu, goreng
8 kotak kecil tahu, potong dadu, goreng. Satu potongan tahu yang dijual dipasar terdiri dari 4 kotak kecil.
200 gr udang
200 gr sotong/ cumi
200 - 300 gr jamur segar
15-20 kerupuk jangek (jika ada)
15-17 buah campuran cabai merah dan cabai hijau, hiris.
9 siung bawang merah, hiris kasar.
7 siung bawang putih, hiris halus.
1 batang serai, hiris halus.
5cm jahe/halia, hiris halus.
4cm lengkuas, hiris halus.
1-2 genggam rimbang yang telah dibuang tangkainya, belah dua.
1 helai daun salam
1 helai daun limau purut
2-3 sendok makan taucho
2-3 buah tomat masak ukuran sedang
5 sendok makan minyak goreng untuk menumis
Garam secukupnya

Cara memasak:
Panaskan minyak goreng, tumis bahan perasa kecuali taucho dan tomat. Aduk rata beberapa hingga layu, tutup 3-5 menit. Masukkan belinjau, adauk rata, bubuh sedikit, aduk rata kembali, tutup 2-3 menit. Masukkan kacang panjang, terung, tahu dan tempe, aduk rata, masukkan air secukupnya, adauk rata tutup 3-5 menit. Masukkan taucho, aduk rata, tutup selama 2-3 menit (bubuh air jika perlu). Masukkan udang, sotonbg / cumi, jamur, kerupuk jangek dan hirisdan tomat, aduk rata, tutup 3-5 menit, aduk rata kembali, angkat dan sajikan didalam mangkok rendah untuk sambal.

Catatan.
Jumlah campuran cabai merah dan cabai hijau adalah relatif, bergatung kepada selera pedas seseorang. Seperti yang diungkapkan diatas, penggunaan rimbang dan kerupuk jangek adalah hanya jika ada (optional). Kak Ijah beranggapan bahwa jika ataucho sayur diwsajikan pada anak-anak yang sukar makan sayur akan membantu menambah perbendaharaan sayuran pada anak-anak. Disebabkan oleh keragaman bahan, kita dapat mendidik anak akan keragaman cita rasa dari berbagai jenis sayuran. Anak-anak kebanyakannya kurang menyukai warna hijau dan bentuk daun pada sayur. Mungkin ini dapat membantu sianak mengilangkan rasa bosan mereka akan warna hijau sayuran.

Kamis, 27 Juli 2006

Isti'ab

nyulik dari mba YOKKA,
yokka.multiply.com

Meningkatkan Kapasitas Rekruitmen Dakwah

ISTI'AB DALAM DAKWAH DAN DA'I

1. Makna Isti'ab

Isti'ab (daya tampung) adalah kemampuan da'I utk menarik objek dakwah (mad'u) dan merekrut mereka dengan segala perbedaan intelektual, kejiwaan, status sosial dsb.

Da'i yg sukses adalah da'I yg mampu masuk & dapat mempengaruhi setiap manusia, dengan pemikiran dan dakwahnya, sekalipun kecenderungan, karakter, dan tingkatan mereka beragam. Disamping mampu menarik sejumlah besar manusia dan mampu menampung mereka baik dalam tataran pemikiran ataupun pergerakan.

Jadi Isti'ab merupakan kemampuan individu, kelayakan akhlak, sifat keimanan, dan karunia Ilahiyah, yg membantu para da'i dan mjdkan mereka poros bagi masyarakat, shg mereka senantiasa berputar dan berkerumun di sekitarnya.

2. Tingkat Kemampuan dalam Isti'ab

Tingkatan isti'ab seorang da'I berbeda-beda, namun seorang daâۉ„¢I dituntut utk memiliki batas minimal kemampuan istiâۉ„¢ab, agar bisa produktif dan mendatangkan manfaat bagi masyarakat, bukan mendatangkan kemudhoratan dan tdk mendatangkan manfaat sama sekali, bahkan menjadikan orang-orang disekelilingnya lari.

Tingkatan-tingkatan kemampuan dalam isti'b disyaratkan oleh sebuah hadits:
"Perumpamaan petunjuk dan ilmu yg dengannya Allah mengutusku adalah bagaian hujan yg turun ke bumi. Maka ada bagian bumi yg baik, ia menerima air hujan itu dgn baik lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yg banyak. Ada jg bagian bumi yg menahan air, lalu Allah memberikan manfaat kpd manusia dgn air yg disimpannya, shg mereka bisa minum dan menyirami tanaman dari air tersebut. Bagian lainnya adalah padang tandus, ia sama sekali tidak bisa menyimpan air dan juga tdk menumbuhkan apa pun. Demikian itu adalah perumpamaan orang yg diberi kepahaman dalam agama, lalu ia dapat memanfaatkan apa yg aku bawa itu, hingga ia senantiasa belajar dan mengajarkan apa yg ia pahami. Dan perumpamaan orang yg sama sekali tidak ambil peduli dan tidak mau menerima petunjuk Allah yg aku sampaikan" (HR Bukhari Muslim)

3. Isti'ab dan Keberhasilan Dakwah

Tidak akan ada keberhasilan dakwah tanpa kemampuan isti'ab krn keberhasilan ditandai dengan kemampuan da'i utk menarik sebanyak-banyaknya masyarakat kpd Islam & pergerakan yg ada, shg mampu merealisasikan sasaran-sasarannya. Jika dai tidak mempunyai isti'ab maka dakwah akan mandul dan pergerakannya akan terbatas, hingga Allah mendatangkan para da'I dan kader yg sangat berpengaruh dan mampu menarik masyarakat. Atau Allah akan menggantikannya dengan daklwah yg lain yg tidak sama dengannya. Inilah sunnatullah yg akan terus berlaku:

.. dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah (QS Al-Ahzab : 62)

.. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemuui penyimpangan bagi sunnah Allah itu (QS Fathir : 43)</em>

4. Isti'ab Eksternal & Internal

Isti'ab Eksternal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di luar dakwah, di luar pergerakan dan diluar organisasi. Atau orang-orang yg belum bergabung.

Isti'ab internal adalah penguasaan terhadap orang-orang yg berada di dalam organisasi, yakni mereka yg telah bergabung ke dalam Jama'ah dan pergerakan. Keberhasilan seorang da'i sangat terkait dengan kemampuan utk menguasai keduanya, krn tdk ada gunanya pengguasaan terhadap masyarakat di luar tanzhim (jamaah) tanpa dibarengi dengan penguasaan terhadap masyarakat yang ada dalam tanzhim.

ISTI'AB EKSTERNAL

Sesuai Al-Qur'an & Sunnah tuntutan yg harus dipenuhi para da'i dalam proses isti'ab dan recruitment diantaranya:

1. Kepahaman tentang agama

Katakanlah: adakah sama orang-orang yg mengethaui dengan orang-irang yg tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yg berakalah yg dapat menerima pelajaran (Az-Zumar : 9)

Dan orang-orang yg diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yg diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itulah yg benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Rabb Yang Maha perkasa lagi Maha Terpuji (Saba': 6)

Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan agama itu, maka ikutilah syari'at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orangg yg tidak mengetahhui (Al-Jatsiyah : 28)

Wahai manusia sesungguhnya ilmu hanya didapat dengan belajar, sedang pemahaman hanya akan didapat melalui pendalaman (tafaquh), dan barang siapa yg dikehendaki Allah baik maka akan diberi kepamahan dalam agama, sesungguhnya yg takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah ulama (HR Bukhori)

Apabila Allah menghendaki kebaikkan bagi seorang hamba maka Allah memberinya kepahaman tentang agama dan memberinya ilham kelurusan (HR Thabrani)

Sesungguhnya perumpamaan para ulama di muka bumi adalah bagaikan bintang-bintang yg dijadikan petunjuk dalam kegelapan daratan dan lautan. Jika bintang-bintang itu padam, maka para penunjuk jalan akan tersesat (HR Ahmad).

2. Teladan yg baik
Seorang da'i hrs menjadi teladan yang baik bagi masyarakat, agar ia memiliki pengaruh dalam masyarakat, shg mereka bisa direkrut. Krn pengaruh ucapan tidak seefektif pengaruh yg ditimbulkan oleh perbuatan, perbutan zhahir harus sesuai dgn apa yg ada di dalam hatinya.

Hai orang-orang yg beriman, mengapa kamu mengatakan apa yg tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yg tiada kamu kerjakan (Ash-Shaf: 2-3)

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, pdhal kamu membaca al-Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (Al-Baqarah :44)

Perumpamaan orang yg mengajarkan kebaikan kpd org lain & melupakan dirinya, bagaikan lilin yg menerangi manusia dan membakar dirinya sendiri (HR Thabrani)

3. Sabar
Kesabaran dibutuhkan krn manusia memiliki kondisi kejiwaan yg bermacam-macam, memiliki kelebihan & kekurangan yg beragam, memiliki tabiat yg berbeda-beda, & memiliki kepentingan yg berlainan.

Dan mintalah pertolongan kpd Allah dengan sabar & sholat. Dan sesungguhnya yg demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yg khusyu (Al-Baqarah:45)

QS. Thaha:130
QS. Al-Hajj:34-35
QS. Ali-'Imran:200
QS. Al-Baqarah:153, 155
QS. Az-Zumar:10
QS. As-Sajadah:24

Tidak ada rezeki Allah yg lebih baik & lebih luas bagi seorang hamba selain dari kesabaran. (HR Hakim)

Siapa yg berusaha utk bersabar maka Allah akan mengaruniai kesabaran, dan tidak ada karunia yg lebih baik & lebih luas bagi seseorang selain dari kesabaran (HR. Bukhori - Muslim)

4. Lemah lembut
Dibutuhkan krn masyarakat membenci kekerasan & menjauhi pelakunya.
QS. Ali-Imron : 134,159
QS. Fushshilat:34
QS. Al-Furqon:63

Rasulullah saw, bersabda "sesungguhnya Allah mencintai kelembutan dalam segala hal" (HR Bukhori-Muslim)

Sesungguhnya Allah Maha Lembut & menyukai kelembutan, memberi kpd orang yg lemah lembut apa yg tidak diberikan kpd orang yg kasar dan juga apa yg tidak diberikan kpd yg lain (HR Muslim)

5. Memudahkan tidak mempersulit
Manusia memiliki karakter, kemampuan & daya tahan yg berbeda-beda. Apa yg bisa dilakukan seseorang belum tentu bisa dilakukan oleh orang yg lain, krn itu Rasulullah saw bersabda:

Mudahkanlah & jangan mempersulit, senangkanlah mereka & jangan membuat mereka lari (HR. Bukhori-Muslim)

Berjalanlah dengan menenggang perjalanan yg paling lemah diantara kalian

6. Tawadhu' & merendahkan sayap
Dai yg tawadhu bisa hidup & bergaul dengan siapa saja, bisa menerima siapa saja, bisa berbicara kpd stp orang, menziarahi bahkan mencintai semua manusia. Dialah yg melayani masyarakat bukan masyarakat yg melayaninya.

Tidak akan masuk surga seseorang yg dalam hatinya terdapat sedikit kesombongan (HR Muslim)

Sesungguhnya orang yg paling aku cintai adalah orang yg paling baik akhlaknya, yg merendahkan sayap, yg mau menghimpun & mau dihimpun. (HR Thabrani)

Fenomena kesombongan ini tampak dalam berbagai hal:
- Lebih senang bergaul dengan orang-orang kaya & berpangkat drpd dengan org miskin/orang awam
- Lebih memperhatikan pakaian & penampilam, dan suka meremehkan orang yg terlihat kumal.
- Memilih-milih audien.
- Lebih mementingkan ungkapan yg dibuat-buat
- Merasa takjub dgn ilmu yg dimiliki

7. Murah senyum dan perkataan yg baik
Wajah merupakan cermin yg merefleksikan kejiwaan. Jika wajah seseorang seram maka hal itu merupakan cerminan dari kekasarannya & jika wajah seseorang berseri-seri & murah senyum, maka ini adalah pertanda kebaikannya.
Mengenai ucapan yg baik ini banyak terdapat dlm nash-nash Al-Qur'an:
QS. Al-Isra: 53
QS. Al-Baqarah:83, 263
QS. Al-Ahzab:70
QS. Al-Hajj:24
QS. An-Nahl:125
QS.Thaha:44

Janganlah kalian memandang remeh kebaikkan sedikit pun, meski kebaikan itu hanya berupa wajah yg berseri ketika bertemu dengan saudara kalian. (HR Muslim)

8. Dermawan & berinfaq kpd orang lain
Kedermawanan dengan materi menunjukkan kelapangan jiwa, sebaliknya orang yg kikir menunjukkan kekerdilan jiwanya.
Seorang dai harus menggunakan hartanya sbg sarana agar masyarat yg didakwahi mendapat hidayah, misalnya dengan:
- Islam mewajibkan memuliakan tamu
- Memberi hadiah kpd orang lain termasuk akhlaq Islam yg dianjurkan Nabi saw.
- Berbagai perbuatan mulia yg diperintahkan Allah spt, berinfak kpd fakir miskin, menanggung anak yatim, memeperhatikan hak tetangga dsb yg bertentangan dengan kebakhilan.

Dalam Al-Qur'an & hadits byk nash yg mengecam kebakhilan:
QS. Ali-'Imran:180,17
QS. Al-Hasyr:9
QS. Al-Isra:29,100
QS. Adz-Dzariyat:19
QS. An-Nisa:113

Tidak ada sesuatu yg dapat menghapus keislaman seperti halnya kekikiran (HR. Thabrani)

9. Melayani orang lain & membantu keperluan mereka
Seorang dai wajib menerjemahkan pemikiran & konsepnya dalam bentuk tindakan konkret, yaitu dengan turut merasakan problematika umat, & berusaha semaksimal mungkin utk ikut menyelesaikannya.

Barang siapa yang tidur tanpa peduli terhadap masalah kaum muslimin maka ia tidak termasuk golongan mereka

Amalan yg paling utama adalah menyenangkan seorang mukmin, dengan cara memberi pakaian, makanan, minuman & memenuhi kebutuhannya (HR Thabrani)

Jumat, 07 Juli 2006

Sup Jahe Ayam

Tulisan ini ditulis oleh: Kak Khadijah
mahasiswi program phD NTU Singapore, sobat waktu saya sekolah di Singapura

Jahe bukanlah rempah yang asing buat kita dan juga berbagai kelompok masyarakat lainnya dan jahe dikenali sejak zaman yang tak tertulis tanggalnya. Tidak hanya sebagai rempah, jahe juga dikenali sebagai salah satu bahan yang paling umum didapati dalam ramu-ramuan obat tradisional.

Bersamaan dengan berkembangnya tenhonologi dan ilmu pengetahuan, jahe diteliti untuk mengetahui bahan kimia aktif yang terdapat didalamnya sehingga memungkinakan jahe dapat membantu dalam penyembuhan dan pencegahan berbagai penyakit serta juga dalam perawatan kesehatan. Dengan begini jahe tidak hanya dilihat sebagai bahan obat tetapi juga berfungsi sebagai bahan tambahan bagi perawatan kesehatan.

Ekstrak jahe yang diteliti mendapati bahwa jahe memiliki property sebagai antioksidan iaiti bahan aktif yang dapat digunakan sebagai obat penyembuhan penyakit kanker dan juga bahan yang dapat digunakan sebagai pencegah kanker.

Berdasarkan kepada taksonominya, jahe dikelompokkan kedalan famili Zingeberaceae. Famili Zingeberaceae adalah suatu kelompok tanaman yang memiliki batang yang terdapat dapat didalam tanah. Ini berarti yang kita konsumsi dari jahe adalah batangnya. Zingeberaceae adalah salah satu famili Yang besar didalam pengelompokan tanaman. Kunyit, temulawak, temi ireng, bungle dam lain sebagainya adalah termasuk didalam kelompok ini. Pada Zingeberaceae, jahe digunakan sebagai maskot untuk mempermudah mengenali â€Ëœsiapaâ€Â Zingeberaceae.<!--more-->

Jahe mudah untuk dibudidayakan. Jahe baik tumbuh pada dataran rendah hingga ke dataran tinggi. Secara umum, jahe tumbuh lebih baik pada dataran tinggi. Ianya baik ditaman pada bedengan dan untuk memungkinkan produksi yang lebih baik dari jahe, penggemburan tanah baik dilakukan sebelum penanaman. Jahe adalah tanaman muda. Maksudnya, jahe dapat dipanen dalam masa yang singkat iaitu 1 tahun. Untuk mendapatkan hasil yang optimum, jahe sebaiknya dipanen satu kali dalam satu masa penanaman dan dipanen tidak melebihi waktu 1 tahun. Panen yang dilakukan kurang dari 1 tahun menyebabkan produksi yang menurun baik dari segi kualitas dan kuantitas. Jahe yang dipanen adalah jahe muda. Jika jahe dipanen lebih dari 1 tahun maka kita akan mendapati sebahagian dari batang jahe membusuk.

Ada dua jenis jahe: jahe putih dan jahe merah. Jahe putih adalah jahe yang paling umum kita jumpai dipasaran. Jahe ini berwarma sedikit kekuningan jika kulit luarnya dikupas. Jika jahe cukup tua dan agak kering, kulit jahe akan dapat dengan mudah terkelupas. Jika kulit ini dikupas dengan teliti tanpa melukai rimpangnya, maka akan terlihat suatu permukaan yang berwarna sedikit lebih muda jika dibandingkan kepada warna yang terdapat dibahagian dalamn rimpang.

Pada jahe yang cukup tua, terdapat bagian yang membesar dan membulat. Jahe merah memiliki warna kulit luar yang sedikit lebih tua dari jahe putih. Jika kulit luar dikupas dengan teliti tampa melukai rimpang, maka kita akan menjumpai suatu lapisan yang berwarna merah keunguan. Sama seperti jahe putih, lapisan ini sangat tipis. Jahe merah, meskipun cukup tua, tidak akan memiliki rimpang yang membulat dan membesar. Rimpang dari jahe merah biasanya berukuran lebih kurang sama baik yang muda maupun yang tua.

Jika dibandingkan dengan jahe putih, jahe merah memiliki ukuranan rimpang yang lebih ramping, serat yang lebih kasar, kandungan air yang lebih sedikit dan sekaligus rasa dan aroma yang lebih kuat. Menurut uji lab. jahe merah memiliki property obat yang jauh lebih baik dari jahe putih dan property ini terdapat pada warna merah-keungunan yang terdapat dibawah kulitnya.

Jika seseorang mengatakan jahe (di beberapa disebut dengan halia), maka yang muncul dalam fikiran kita adalah suatu rasa yang âہ“astringentâ€Â yang menyengat lidah. Jahe sangat umum dijumpai dalam berbagai jenis masakan baik masakan melayu, india, china, meditreanian dan juga masakan barat. Jika jahe berlebihan pada suatu masaka, jahe tidak akan menimbulkan rasa pahit pada masakan.

Jahe digunakan dalan berbagai fungsi pada makanan. Fungsi utama yang paling umum digunakan adalah sebagai salah satu bahan perasa pada masakan. Pada beberapa masakan cina, jahe digunakan sebagai “sambal", contoh pada nasi ayam. Satu set nasui ayam terdiri dari beras yang dimasak dengan kaldu ayam, disajikan dengan hiasan daun selada, potongan tomat dan potongan ketimun, ayam yang direbus kemudian digoreng, (pada tempat yang berasingan) cabe tumbuk yang dibubuhi cuka dan parutan jahe. Pada masakan jepang, jahe dijadikan sebagai pembuka selera. Teh hijau biasanya disajikan dengan jahe.

Berhubung jahe memiliki rasa yang kuat, kematangan jahe yang berbeda digunakan untuk keperluan yang berbeda. Jika jahe yang digunakan melalui proses pemanasan, jahe yang tua baik digunakan untuk keperluan ini. Jika jahe dikonsumsi tidak melalui pemanasan dan dikonsumsi dengan bahan yang mengandungi kadar tepung maka jahe yang sedang tuanya baik digunakan. Hal ini berhubungan dengan rasa dan penampilan dari jahe. Jahe yang tua kurang memberikan penampilan yang menarik karena mengandung serat yang lebih kasar dan warna yang tidak cerah. Jika jahe muda digunakan maka warna akan pucat dan memiliki kandungan air yang berlebihan. Pada masakan, jahe memiliki fungsi untuk keperluan konsistensi (pemekatan), pewarnaan dan pelembutan. Kegunaan jahe pada masakan ataupun juga minuman adalah sepenuhnya untuk keperluan rasa dan aroma yang dimiliki oleh jahe.

Untuk mendapatkan cita rasa masakan yang lezat dan penampilan masakan yang memikat, masakan yang sangat sederhana dapat memenuhi keperluan ini. Seorang chep pada restoran Crocodile (nama restoran tersebut tidak ada hubungannya dengan buaya sama sekali; ini adalah sebuah restorant yang terkenal) di Strasbourgh - Perancis (maaf, kak Ijah lupa siapa namanya) mengatakan “untuk mendapatkan masakan yang SUPER jangan pernah menggunakan lebih dari tiga bahan perasa (bawang merah, bawang putih dan sebagainya).

Mungkin saja beliau hanya merujuk kepada masakan Perancis. Keistimewaan dari menggunakan bahan masakan yang terdiri dari satu, dua atau tiga jenis adalah kekhasan dari bahan yang digunakan dan bahan-bahan yang digunakan dikategorikan sebagai bahan utama. Jika kita berbicara mengenai rendang maka bahan utama adalah daging lembu dan bahan perasa adalah cabe, bawang merah, bawang putih dan lain sebagainnya. Keistimewaan dari masakan yang menggunakan berbagai jenis bahan seperti rendang adalah stabilitas. Maksudnya, jika kapulaga yang digunakan kurang atau berlebih dari yang diperlukan maka bahan lainnya dapat menutupi rasa ini. Apapun jenis masakan yang kita masak, kualitas bahan yang digunakan sangat menentukan cita rasa masakan nantinya.

Jangan takut mencoba dalam memasak dan kita harus berani mencicipi serta menikmati walau apapun rasa yang akan muncul dari percobaan yang dilakukan. Jangan ragu-ragu memodifikasi masakan sekalipun masakan tersebut adalah masakan khas dari suatu kelompok masyarakat yang telah muncul sejak zaman es masih ada. Hal ini karena masakan yang muncul selalunya diramu sedemikian rupa berdasarkan bahan yang mungkin didapati disekitar mereka pada saat itu.

Menurut kak Ijah, memasak adalah suatu aktivitas ilmiah dimana kita belajar mengenali rasa yang kita inginkan, mengenali rasa yang mungkin muncul dari percampuran, mengenali moment pencampurannya (kapan tauco lebih baik dimasukkan untuk mendapatkan rasa yang lebih baik), mengenali konsistensi yang lebih baik mungkin didapatkan dan mengenali perubahan warna dan tekstur yang mungkin muncul agar memiliki penampilan yang memikat dan sebagainya. Ini berarti memasak adalah suatu aktivitas yang progresif. Maka, sekalipun seseorang itu adalah seorang chep internasional yang paling handal, pada dasarnya beliau adalah juga sedang dalam keadaan belajar. Banyak cara memungkinkan kita untuk berkratifitas, memasak adalah salah satu dari berbagai kreatifitas tersebut.

Resep berikut (dibawah ini) adalah modifikasi dari serep tradisional cina yang biasa disajikan kepada ibu yang baru melahirkan untuk keperluan nutrisi dan juga kesehatan. Karena propertinya yang panas pada badan, jahe dan minyak wijen dikenali sebagai bahan yang dapat membantu mencegah masuk agin dan juga membuang angin pada badan. Berhubung kita tidak begitu familiar dengan minyak wijan, kak Ijah menggantinya dengan minyak goreng biasa.

Masakan ini disajikan tanpa bawang goreng dan daun sup. Dengan tidak menggunakan kecap, penanpilan sup ini lebih menarik. Menurut kak Ijah, rasa sup ini juga lebih gurih dan khas tanpa kecap. Untuk mendapatkan rasa yang kalian minati, jangan ragu untuk menambah jahe atau menguranginya. Saat menumis jahe  daginga ayam, tutup sebaik mungkin dalam waktu hingga daging mengeluarkan air dan lemaknya dan air dari daging ayam ini mengering. Dengan begini, rasa dan aroma jahe terramo baik pada daring ayam.

Sup jahe ayam

Bahan
5 cm jahe tua
300 gr daging ayam
2 sendok makan minyak

Cara memasak 
Hiris jahe tipis dan memanjang, tumis hingga benar-benar harum, masukkan potongan ayam, aduk rata dan tutup selama 7 menit. Aduk rata kembali, masukkan air kira-kira 100-150 cc, bubuh garam secukupnya

Rabu, 05 Juli 2006

Laa ba'sa thahurun insya Allah

Rasulullah sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda :

Tiga macam, ketiga-tiganya kewajiban tiap muslim; menjenguk orang sakit dan menghadiri janazah, dan mendo'akan orang bersin jika membaca Alhamdulillah. (H.R. Bukhari).

Tersebut dalam hadits bahwa Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam jika menjenguk orang sakit bersabda:
Laa ba'sa thahurun insya Allah (Tidak apa, penyak'itmu menjadi penebus dosa, dan akan membersihkan kamu dari dosa-dosamu).

Selasa, 04 Juli 2006

angin dan hujan, begitu berkabut...

... lewat seketika... tidak lama...

Seperti angin. Datang dari padang pasir. Dengan azzam yang melangit dan cita cita yang tinggi. Laksana putaran topan yg menggulung-gulung dan sederas aliran sungai menuju air terjun. Seperti itu hawa terbawa. Bergelora seperti pusaran magma di pusat bumi. Menyala nyala seperti bara api, lalu membumbung tinggi bergema ke sanubari. Menyisakan segores warna merah tua. Lalu pergi..

Seperti hujan. Bersama pelangi. Kelembutan yang mencengangkan laksana tetesan wudhu. Membiaskan segar ke ubun ubun. Sederhana, bersahaja, namun selalu berjalan menuju terang Cahaya. Sejarahnya tertutup awan berarak di sore yang menjingga. Tidak semanis madu. Namun terpetakan pada satu ruang abu abu. Telah hilang kuncinya. Tapi tatanan di sudut sana tak terganggu gugat oleh tempias hujan lebat. Mungkin belum. Meski tlah lama pergi juga...

Seperti kabut. Menularkan keceriaan pada daun daun, pada burung burung di taman dan pada butir-butir embun. Namun masih semu dan tertutup tanya. Samar segala dibaliknya. Ketika cerita angin dan hujan meluruh lalu tersapu kabut yang merayap perlahan, mungkin kan tinggal, mungkin juga kan hilang. Tak ada yang paham, kecuali kabut itu sendiri.

Lalu dilukisnya pelangi, dirajutnya hari-hari bersama bintang bintang yang jatuh dan sepotong rembulan ungu yang menghias bingkai bingkai jendelanya. Di sana banyak tanda tanya. Yang mungkin tak kan terjawab. Karena seperti angin dan hujan, tadi malam kabut itupun pergi. Menyisakan tetesan-tetesan air pertanda ia pernah ada. Air di mata, air di hati. Tak seperti angin dan hujan yang dilepas dengan sukacita.

Tercenung...
Merenung...
hati bersenandung..
Maafkan,
Tolong maafkan
Ternyata skenarioNya mengalahkan cita

Mungkin memang masih banyak PR, banyak amanah, atau belum dipercaya olehNya

SebrangMonas, 4july2006

Senin, 03 Juli 2006

goresan...

ada yang datang ada yg pergi
namun siapa yang mampu menghapus kenangan di hati

yang terpentang didepan seharusnya tak lagi sekedar menggoreskan kenangan
apalagi bayang bayang
tapi akan menggoreskan kenyataan

berat memang, untuk berjanji
tak kan menoleh lagi

Kamis, 29 Juni 2006

Menjaga dan Supaya Terjaga Olehnya

Al-Qamar ayat 17: And We have indeed made the Qur'an easy to understand and remember: then is there any that will receive admonition?
  • Mengakrabkan diri dengan Qur'an dan menjadikannya sahabat karib. Serta membuat diri familiar dengan kata kata di dalamnya. Kalau bisa mengikuti pelajaran bahasa arab.
  • Bagaimana mungkin mengharapkan bisa membawanya di dalam hati jika kurang akrab dan dekat dengan Qur'an.
  • Bagaimana mungkin mengharapkan bisa menjaga dan terjaga oleh Qur'an jika kita hanya sekedar membaca, menggugurkan kewajiban, tanpa mendekatkan diri lebih jauh dengan kandungan-kandungan yang ada di dalamnya
  • Jika ada waktu waktu kosong yang sedikit, lebih baik diisi dengan mengingat2 hapalan daripada ketiduran atau terserobok pemandangan2 yang tidak halal. Misal: Di bus, di MRT (mass rapid transit).
  • Membawa bawa Qur'an terjemahan yang kecil kemanapun, menetapkan target dan berusaha mencapainya. Mungkin dengan menerapkan frame capture system.
  • Mengenali kesanggupan diri, kecepatan menghafal, kecepatan memahami, kecepatan mencintainya, lalu berusaha sekuat tenaga mencapai target tersebut
  • Sebaiknya berguru kepada al hafidz atau di pusat tahfidz Qur'an, supaya sekalian bisa membenarkan bacaan. Talaqi mungkin cara terbaik.
  • Meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadamu.  Dia berfirman : “Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu" [Al-Baqarah : 282]
  • Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur'an). Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu.
2 Point terakhir dikutip dari Arully's blog: http://blog.ar.or.id/no/2005-04-25/tips-menghapal-quran/
That's all. Pada kesempatan ini ada rasa takut menerpa, takut telah mengatakan hal2 yang belum sepenuhnya diamalkan. “Boleh saya tambahkan sedikit?satu suara menimpali. Of course!!! Lalu pemilik suara menambahkan, katanya satu lagi tips yang penting juga adalah menjaga mata, menjaga pandangan. Jleb!!! Tepat sekali, justru mungkin itulah salah satu kunci utama.

Mata.. mata.. mata. Dari mata turun ke hati, dari hati naik ke fikiran, dari fikiran bisa menguatkan dan melemahkan iman. The choice is yours. Mau pilih mana, mau pilih pandangan yang berujung pada kelalaian atau pandangan yang berujung pada penguatan diri.

Singapura.. Singapura, aku teringat negeri yang kudiami 5,5 tahun ini. Dulu selalu kuanggap sebagai salah satu tempat yang mensyaratkan perjuangan yang sungguh-sungguh bagi insan yang ingin benar menjaga kehalalan pandangan. Dan ternyata mungkin Jakarta tak jauh beda

Mata.. wahai mata? Bagaimana menjagamu? Tentunya tidak melulu mengenai menundukkan mata dan hati di depan lawan jenis. Tapi seperti kata guru, juga terhadap benda-benda mati. Terutama buat akhwat, waaah susah nih (esp for me).

Mata.. wahai mata? Bagaimana menjagamu? Tentunya tidak melulu mengenai menundukkan mata dan hati di depan lawan jenis. Dari mata turun ke hati, dari hati naik ke fikiran, dari fikiran bisa menguatkan dan melemahkan iman. The choice is yours.

Mau pilih mana, mau pilih pandangan yang berujung pada kelalaian atau pandangan yang berujung pada penguatan diri. Mata.. wahai mata? Bagaimana menjagamu? Karena keberhasilan menjagamu berarti keberhasilan melawan diri sendiri. Dan semoga juga keberhasilan itu berujung pada lezatnya iman, berdekatan dengan Qur'an. Menjaga dan terjaga olehnya. Duh, indahnya. 

uNisA,
June06

Senin, 12 Juni 2006

[Cluster-1] Bunda

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Tulisan lama: http://unisa81.multiply.com/journal/item/14

Ijinkan kubuka tulisan kali ini dengan syair nasyid anak anak kesukaanku:
bersinar sang surya 
menyinar cahayanya 
begitulah berseri 
wajah ummiku sayang
bila pulang sekolah 
ummi sambut kami 
sembahyang sama ummi 
Alhamdulillah...

Semangkuk mee siam dan sepotong chicken wing bersama segelas air mineral berbaris rapi dihadapanku, siap untuk dinikmati. Hmm sore yang indah. Memilih duduk dipojokan banquet nya Raffles hospital. Memandang senja yang perlahan merambat dan mengamati lalu lalang arus balik kantor. Andai punya laptop, sebenarnya banyak tempat2 menarik di sudut-sudut Singapura yang mendatangkan inspirasi. Atau... aha.. ke muslim convert association aja, berbagi cerita dengan mualaf, maka tunggulah, kau akan kebingungan mengumpulkan sekian banyak hikmah berceceran, dengan nilai2 yang kualitasnya bersifat objective dan variatif buat setiap individu.

Aku mensketsa cinta buat bunda. Ya, cuma mensketsa, karena melukisnya aku tak kan bisa. Teringat kata2 seorang penulis favoritku. Cobalah melukis cinta, dan kau akan kehabisan warna sebelum cinta itu selesai disketsa. Tapi cinta ini bukan cinta biasa. Hmm kau pasti bilang semua orang juga punya. Ah yakinlah, itu karena kau belum benar benar mengenal bunda. Tolong biarkan saja aku menuliskannya, mungkin demikianlah salah satu caraku mensketsa cinta. Buat ibunda...

Bunda, bukan wanita biasa. Duduklah dengan tenang, kan kuceritakan tentangnya. Namun berjanjilah untuk tidak ikut ikutan jatuh cinta. Cinta bunda cuma boleh untukku. Tangan ajaib bunda mampu mengubah hari hari yang susah menjadi tetap penuh senyum dan canda. Semangatnya yang membaja sanggup membuat bunda melupakan penat yang merajam ketika harus berlari ke sana ke mari menafkahi sang buah hati. Hatinya yang tegar mampu menghadirkan mentari di wajah kami. Kapanpun. Dengan berbagai cara. Sendirian. Dengan kemana mana membawaku sebagai tumpuan segala kasih. Kasih yang teramat sayang.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Tangan bundalah yang membimbingku mulai dari belajar membaca, mengenal matematika (bundaku guru SD), berjalan di pematang sawah(kita punya sawah lo..), mencuci di sungai(kampungku dikelilingi sungai2 besar berair jernih), sampai mencari kayu bakar di hutan. Masih teringat cerita cerita berhikmah yang dituturkan bunda di sepanjang jalan dari hutan ke rumah. Semuanya tentang ketabahan. Tentang perjuangan. Dan semua itu diceritakan supaya kepala mungilku tidak merasakan lelah yang sangat karena harus memikul seikat kayu bakar yang tentu saja beratnya belum ada apa apanya dibanding beban yang dibawa bunda di kepalanya. Sesekali kami berhenti sekadar menghapus penat. Sering juga berbuka di tengah perjalanan karena kadang kadang masih di tengah jalan ketika adzan magrib berkumandang. Berdua memandang senja yang merah dan kawanan burung yang melesat membelah langit persawahan. Sesaat penat terlupakan. Bahkan wajah bunda yang kotor tersaput debu debu nakal di sepanjang jalan begitu indah di mata kanak kanakku.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Mata bunda mengajarku cara bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sehingga berbohong dan membuang2 waktu adalah kesia2an yang akan terluluh lantakkan oleh tatapan kecewa dari matanya. Kemandirian adalah PR sehari hari yang ditekankan begitu kuatnya. Bunda tak pernah menanyaiku tentang pekerjaan pekerjaan sekolah atau tanggung jawab apapun. "Kerasnya hidup seharusnya membuatmu paham bahwa masing2 kita punya tanggung jawab besar terhadap masa depan kita", demikian kata bunda suatu hari sambil mengipas ngipasi api pembakaran batok kelapa untuk kami menyetrika. Ups jangan salah ya. Buatku setrikaan tradisional beda wanginya dengan setrikaan listrik yang memang tak mampu dimiliki bunda. Lebih wangi.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Bahasa tubuh dan guratan2 lelah di wajah bunda mencerminkan setiap tetes2 peluh dan kecapaian rutinitas yang harus digeluti sendirian. Keikhlasan yang membahasakan cinta. Kecintaan yang... ah, bahkan mensketsanya pun aku tiada mampu. Masih teringat suatu hari dengan wajah teramat sedih bunda menyerahkan sebungkus besar perlengkapan baju baju sekolah buatku. "Ini baju baru buatmu, seragam SMU, seperti janji ibu" kata bunda. Lalu beliau menangis tersedu sedu. Bunda sayang kenapa?. Kenapa menangis?. Ketidakmengertian itu terjawab ketika bungkusan itu dibuka. Ternyata nama nama di baju itu bukanlah namaku. Tapi entah nama siapa. Ah, bukan baju baru sepertinya. Mungkin hadiah dari seseorang. Lalu akupun tersenyum lebar lebar. Sedikit pahit memang kala itu. Bunda.. bunda... tak apa. Bukankah tinggal kita ganti namanya.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Bundalah yang mendorong cita cita menuntut ilmu setinggi tingginya. Menemani sampai tengah malam ketika harus begadang untuk ujian. Bahkan masih tetap semangat melucu walau sering kutimpali dengan cueknya, "lucunya dimana?". Masih ingat binar di mata bunda saat melepasku menuntut ilmu di kampus Ganesha. Campur aduk rasa hati. Bahagia mendapat kesempatan merantau ke seberang pulau. Menuntut ilmu di negeri orang. Sedih karena harus meninggalkan dirinya sendirian. Siapa lagi yang akan mendengar cerita ceritanya setiap hari. Bunda akan sendirian menikmati warna warni hidup, setelah 18 tahun lamanya membaginya bersamaku. Lalu air mata itupun menderas seperti hujan saat melambaikan tangan dari jendela bus ekonomi non AC Padang-Bandung yang aku tumpangi. Lalu suatu hari mulutpun terasa begitu pahit menelan makanan kala sadar bahwa kiriman kiriman bunda buatku diperantauan cuma menyisakan beberapa rupiah untuk dirinya.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Masih kuingat ketercengangan di suara bunda ketika suatu siang kukabarkan bahwa perjalanan takdir segera akan membawaku ke Singapura. "Melepasmu ke bandung saja masih begitu berat terasa, sekarang malah mau ke negeri yang jarang terdengar namanya", demikian bunda membahasakan kekuatirannya. Berbulan bulan kemudian aku tahu dari tetangga, bahwa bunda termenung menung, tak henti menangis dan tak mau makan sebelum menerima telpon dariku. Kala itu memang berangkatnya cuma berbekal surat panggilan dari NTU dan tak mengenal seorangpun di negeri itu.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Siang yang basah suatu ketika saat pulang kampung ketika mataku tertumbuk pada jubah manis merah muda di Al fitri tunggul hitam. Toko buku buku islam dan assesoris muslim/muslimah yang selalu kami kunjungi kala liburan semester. Kala itu hujan lebat dan berangin sehingga harus berlama lama di tempat itu. "Suka ya?" tanyanya. "Sangat" jawabku pendek. Beberapa hari kemudian jubah itu menjelma menjadi kado yang sangat istimewa dari bunda. Saat berkesempatan menelponnya dari rantau, beliau ternyata menyiapkan kejutan buatku. "Kamu mau hujan gerimis yang warna apa?" tanya bunda di seberang sana. "Hujan gerimis? apa itu?" sahutku tak mengerti. "Itu loh yang kemaren berwarna merah muda, katanya suka baju seperti itu" sahut bunda kalem. Oh, gamis ternyata maksudnya. Hehehe.. bunda.. bunda... Semenjak itu gamis seperti menjadi kado rutin darinya.

Sayangku sebesar apa padanya?.
Ah kamu tak kan paham. Bahkan berderai derai airmata ketika menuliskan ini tak kan sanggup membalas sedikit saja ketulusan di hati bunda. Bunda sangat romantis dengan kata kata. Selamat ulang tahun ke-18 anakku sayang, begitu tulis ibu beberapa bulan kemudian di kertas khas buku tulis yang dirobek tengahnya. Begitu terus setiap tahun. Sederhana namun indah. Kecuali pada ulang tahun yang ke-21 bunda mengirimi kartu merah jambu. hehe tumben. Mungkin kehabisan buku tulis. Bunda juga yang mengajarkan tentang berbahagia dalam kesederhanaan. Bunda suka memberi hadiah atau oleh oleh. Lucunya, saat liburan semester bunda masih sering membawakan coklat sebagai oleh oleh sepulang beliau mengajar. Bunda seolah olah lupa bahwa aku bukan anak kecil lagi. Ciyeee... sok gedhe. Sepatu yang kupakai kemana mana masa inipun hadiah istimewa dari bunda awal tahun lalu. Hiasan bunga disebelah kirinya suah copot sempurna tapi belum ingin menggantinya. Masih teringat Saat itu dengan malu malu bunda menyerahkannya sambil berkata "Buat kamu, tapi harganya cuma 25 ribu". Ah bunda, siapa yang sanggup menilai harganya cinta.

Suatu siang di Singapura menjadi salah satu saat yang paling indah dalam sejarah hidupku ketika melihat begitu indah binar di mata bunda saat melambaikan tangan dari jauh padaku. Padaku yang sedang berjalan di panggung wisuda yang berisi jejeran 'lecturer yang telah menempaku dengan bekal bekal ilmu dunia 4 tahun lamanya. Padaku yang sedang berdebar debar melangkah menuju pimpinan tertinggi universitas untuk menerima pengesahan gelar sarjana. Begitu cerah wajah ibunda walau nilaiku biasa biasa saja. Bintang kejora di mata bunda kala itu, tak terlupakan. Dan ingin melihatnya selalu. Sungguh!!!

Lamunanku terputus saat langit memerah mengakhiri senja. Langkah kaki menuju Al Falah Mosque di somerset sana. Mesjid yang terletak persis di pusat keramaian Singapura itu sangat nyaman untuk singgah sejenak atau berlama lama. Nuansa perbedaan suasana yang kontras di dalam dan di luar mesjid akan membuatmu kadang enggan pulang. Tak peduli pagi, siang ataupun malam. Semoga suatu waktu berkesempatan menikmatinya berdua bunda. Sekian dulu kisah tentang bunda. Jangan ikut ikutan jatuh cinta. Karena bundalah hartaku yang paling berharga. Dan aku tak ingin membaginya denganmu. Maaf ya...

Ijinkan kututup tulisan ini dengan lanjutan syair dari nasyid yang sama dengan pembukanya: walaupun ummi letih 
mengasuh kami ini 
namun masih tersenyum 
menyejukkan hati
ummiku sayang kaulah srikandi 
semoga Allah kan berkahi

Dari Abu Hurairah R.A. katanya: Datang seorang lelaki berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. dan bertanya, "Siapakah yang lebih berhak bagiku untuk berbuat baik kepadanya?" Jawab Rasulullah: "Ibumu" ; "Kemudian siapa?" tanya lelaki itu. Jawab Rasulullah : "Ibumu"; "Kemudian siapa lagi?" tanya lelaki itu ; Jawab Rasulullah: "Ibumu. Sesudah itu siapa lagi?" tanya lelaki itu. Jawab Rasulullah: "Ayahmu

Singapura, April 2005

Jumat, 09 Juni 2006

Hadiah Nya untukku

Ada banyak warna warni, mungkin saat ini KAU pilihkan yang hitam untukku
Ada mentari ada bulan, mungkin saat ini KAU hadiahkan cukup lentera mungil untukku
Ada siang ada malam, mungkin saat ini KAU selendangkan gelap untukku
Ada banyak bentuk rasa, mungkin saat ini KAU buatkan pahit untukku
Ada panas ada dingin, mungkin saat ini KAU selimutkan getir untukku
Ada awan ada hujan, mungkin saat ini masih KAU sembunyikan pelangiMU untukku
Ada tawa ada duka, mungkin saat ini masih KAU didik aku dengan tarbiyahMU
Ah biarlah, tak ada alasan untuk berhenti mencintaiMU...

Selasa, 06 Juni 2006

Tentang (2006)

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

oh well, my beloved http://unisa.f2o.org/ is being SPAMed by 'something'. Let me review my used-to-be-short-term-memory about hmm.. about me?. Pemilik website ini menghabiskan 18 tahun pertamanya di Ranah Minang . Asalnya dari sebuah perkampungan yang dikelilingi sungai-sungai besar nan jernih serta area persawahan nan hijau. Daerah dimana adat, semangat gotong-royong dan kesederhanaan masih berurat berakar. Part time di warung sate kecil-kecilan milik sang kakek sampai lulus SMA,hingga sempat mahir membuat sarang ketupat dari daun kelapa ^_^. Lalu merantau setahun (1999-2000) di institut yang dikelilingi kuda-kuda di Bandung, sebelum akhirnya terdampar di pulau kecil di seberang Batam (2000). Pulau ini dahulu kala bernama Temasek Lulus dari Universitas di pinggir barat pulau tsb, tepatnya di jurusan yang paling banyak komputernya pada Juni 2004. Sempat kerja part time sebagai guru privat anak SD kelas 5 selama beberapa bulan.

Sekarang bekerja sebagai pegawai kontrak di sebuah kantor pemerintah di sana sampai February 2006. Selalunya mencari-cari peluang untuk menetap dan berislam di negeri sendiri namun belum menunjukkan hasil Insan biasa yang sangat banyak khilaf, sedikit amal, banyak kekurangan dan always butuh tausiyah

Minggu, 08 Januari 2006

[Cluster 11]: meniti hari hari di tempat baru (start: 24 des 2005)

Bismillah, daku berada di kota baru, lingkungan baru, teman-teman baru, ukhuwah baru, nomor telpon baru (???). Petualangan dimulai..!

Silaturahmi 3 propinsi

Huff, daku menikmati pelan rembesan air hujan yang membasahi kaos kaki. Dingin euy!! Tapi nampaknya jika hujan saja sudah menimbulkan keluh kesah maka bisa lupa diri atas nikmat-nikmat yang luar biasa melimpah. Terminal Kampung Rambutan penuh sesak oleh manusia-manusia yang mencari celah-celah perlindungan diri dari terpaan angin dan hujan. Kubiarkan saja ibu Kebagusan Raya menggamit lenganku lalu kita berbagi berlindung di bawah sepotong payung yang udah mulai mengkhawatirkan keadaannya. Musti dipegangin atasnya biar tetap mengembang dengan cantiknya (hehe afwan buk, beli payung baru dunk ah!!).

Langkah-langkah kaki mantap mengikuti 4 muslimah di depan kami. Aku pasrah saja dan mempercayakan nasib pada mereka (Kite kan orang baru ceritanyaaa…). Saking pasrahnya diri ini ngikut aja ketika di hari ke-2 kedatangan di Jakarta sudah dibawa jalan-jalan “Silaturahmi 3 propinsi “. Capek ?, waaah bangeeed. Terbukti malamnya daku tidur dengan nyenyaknya di kos an my kembaran setelah sukses menghabiskan seporsi besar pecel lele (nyam nyam…). Tapi capeknya insyaAllah untuk sesuatu yang indah. Diawali dengan silaturahmi ke rumah akhwat super-bijak nun di Tanggerang sana. Maka berbahagialah siang itu daku, my kembaran, adiak-nan-manih dan ibu Kebagusan Raya menghadapi suguhan-suguhan istimewa yang punya rumah. Petualangan hari ke-2 itu ditutup dengan silaturahmi ke Bekasi, ta’ziah di rumah ukhty fillah yang baru saja dapat musibah. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Subhanallah mbak, ketegaranmu insyaAllah akan menjadi sesuatu yang menancap erat di dalam dada. Daku yakin tidak semua orang mampu sehusnuzhan dan setabah itu dalam hidup. InsyaAllah atas ketabahan melewati ujian ini engkau naik level setingkat dalam pemaknaan hidup.

Tentang kesederhanaan

Begitu banyak metoda pembelajaran jiwa
Begitu banyak cara untuk menjadi dewasa
Begitu banyak cara melecut jiwa agar selalu bersyukur
Semoga langkah tetap selaras dengan niat...
Semoga perbuatan tetap seiring dengan hati dan perkataan...

Al hadid masih menjadi surat favourit dan ayat 20-nya masih menjadi salah satu kesukaan ketika futur melambai-lambai menggoda jiwa. Ayat ini juga yang menjadi hiburan ketika bertemu rupa-rupa realita hidup di Jakarta. Mendendangkan ayat ini mengembalikan kepercayaan diri untuk fokus lagi ke fastabiqul khairat... (Niscaya tidak akan sanggup tanpa bantuanmu yaa teman-temanku..)

Bertemu dan bergaul dengan Jakarta membuatku seperti terjaga dari mimpi-mimpi panjang yang melenakan. Kemewahan yang drastis berganti dengan kesederhanaan. Bukan meratapi pergantian-pergantian parameter kenyamanan. Kamar yang berganti dari 4 kali 5m full AC plus kamar mandi modern menjadi 2,5m kali 2m yang cuma muat tempat tidur, lemari dan sholat buat satu orang. MRT yang sejuk berganti dengan angkot-angkot dan bus-bus tua yang seringkali melaju sebelum kaki sempurna naik atau turun. Kebiasaan membawa kamera dan motret sana-sini ketika di jalan juga tak bisa dilakukan di Jakarta. Kehati-hatian yang musti ekstra kuat ketika berjalan sendiri, membuat ironi. ”Belajar Qana’ah uN”, terngiang kata-kata ibu Kebagusan Raya di hari pertama kedatanganku. InsyaAllah bu!, daku sudah 10 bulan mempersiapkan mental untuk semua ini. Semenjak 15 maret 2005

Jika sesekali mata ini memerih ngilu bukan meratapi pergantian-pergantian parameter kenyamanan itu. Karena sampai saat ini masih yakin diri bahwa nikmat yang dilimpahkan Allah atas diri ini sungguh luar biasa. Jika sesekali mata ini memerih ngilu semata karena ketidakmampuan menyaksikan pergolakan begitu banyak manusia dalam pertarungan dengan waktu untuk tetap bertahan hidup dari hari ke hari. Padang-ku tak semewah Singapura. Namun tak kujumpai di sana drama kehidupan seperih Jakarta. Minggu pertama di sini daku sudah demikian malu...

Malu!!
Karena 5,5 tahun ini masih sering mengeluh atas segala cobaan-cobaan kecil bahkan terhadap hal-hal biasa yang dibesar-besarkan dan dianggap cobaan!

Malu!!
Karena mata ini begitu tertutup dan tidak mampu mengetahui bahwa ternyata standard kehidupan selama ini sudah begitu luar biasa ketimbang jutaan manusia lainnya yang tersendat-sendat untuk sekadar bisa makan

Malu!!
Atas segala keluhan, keluhan dan keluhan. Mengeluh karena begitu banyak tugas kuliah (banyak yang sekolah menengah aja ga bisa neng!), mengeluh karena makanan yang dimakan ga enak (banyak yang ga bisa makan neng!), mengeluh karena dizalimi kawan (Jika temanmu buruk jangan tinggalkan ia, bisa jadi saat itu dia buruk namun di saat lain ia baik, begitu kata Abu Darda), memanglah insan mudah mengingat yang buruk namun suka lupa atas kebaikan orang lain. Mengeluh karena kegemukan (salah siapa coba...!), mengeluh karena nilai kurang bagus dst dst. Malu!!! Karena ternyata 5,5 tahun ini duniaku cuma berputar-putar kuliah, asrama, makan, tidur, dan ibadah yang sedikit. Sibuk memikirkan diri sendiri dengan bergunung keluhan. Padahal seharusnya kita senantiasa menjadi muslimah yang produktif, produktif dan produktif untuk diri dan orang lain. Bukan mengeluh, mengeluh dan mengeluh lalu lupa atas segala nikmat.

Teringat sebuah kutipan singkat...
Ada yang mendapat hidayah dengan membaca
Ada yang mendapat hidayah dengan mendengar
Ada yang mendapat hidayah ketika bercermin dari musibah orang lain
Dan ada yang mendapat hidayah setelah ujian menerpanya
Semoga kita bukan termasuk yang terakhir

...Wamal hayaatuddunyaa illaa mataa’ul ghuruur..


Seminggu aku tidak bisa melihat

Pernah kebayang gak kalau tiba-tiba menjadi buta? Jujur saja daku ga pernah membayangkan itu. Walaupun diri tahu tentang teori-teori betapa mahalnya sehat betapa indahnya sehat dan semua nikmat panca indera serta tubuh.

Malam ini aku terhenyak saat mengunjungi seorang akhwat yang membagi kisah hidupnya. Dia pernah seminggu tidak bisa melihat akibat suatu jenis penyakit yang dideritanya. Penyakit yang kerapkali menyerang bagian tubuh terlemah sewaktu-waktu.

Buta total itu menyerangnya saat dia sedang tilawah. Begini katanya:
”Sedih sekali rasanya saat itu. Bayangkan engkau tiba-tiba tidak bisa melihat al Qur’an yang sedang kau pegang. Engkau tidak bisa melihat apa-apa lagi. Semuanya hitam kelam. Sudah terbayang bahwa aku akan belajar huruf braille, tidak bisa hidup normal dan bayangan-bayangan lainnya. Tapi hati ini paling sedih mengingat bahwa aku tidak akan pernah bisa tilawah lagi. Padahal tilawah adalah hiburan terbesar bagiku. Sedih sekali membayangkan bahwa aku tidak akan pernah bisa membaca ayat-ayat Allah lagi dengan mata ini. Rasanya sedih sekali. Seminggu kemudian ketika alhamdulillah bisa melihat lagi, rasanya syukur tak hingga membuncah-buncah di dalam dada”

Subhanallah... nikmat mata.... Kita sering terlena karena mungkin menganggap bahwa nikmat mata itu wajar, telinga, kaki, tangan, dan organ-organ lainnya. Keterlenaan yang membuat kita sering lupa bersyukur.

...Fabiayyi ’alaa i robbikuma tukadziban...

Dan kisah ini akan terus berlanjut, karena perempuan yang sedang belajar dewasa baru saja memulai petualangan barunya. Do’akan dia ya teman-teman ^_^

Intermezo -About My Kembaran

Pertama bertemu di ketemuan founder komunitas muslimah-IT, satu akhwat bilang kita berdua mirip. Reaksinya biasa-biasa aja. Saat makin banyak yang bilang kita ber2 benar-benar mirip, mulai deh satu sama lain jadi gemar berkaca dan suka saling memuji (hehe dasar…). Takdirpun membuat dia adalah orang yang paling aku repotkan ketika hari-hari pertama.

Gimana bisa mirip ya? Yang satu 100 persen asli urang-awak dari Ranah bundo-kanduang minang-kabau sedang satu lagi Sunda Purwakarta. Selidik punya selidik ternyata memang banyak kesamaan dan yang dipaksakan disama-samain *_*. Mulai dari wajah, karakter, melankolisnya, ekspresi, jenis jilbab, cara berpakaian, jenis Qur’an, merek sabun, ukuran tubuh, porsi makan, makanan kesukaan, waktu makan, cemilan kesukaan, waktu ngemil, tempat makan favorit, makanan-makanan idaman, jenis makanan yang ingin dimakan (loh??
Kok jadi all-about-food??). Tapi yang paling mirip adalah ngambeknya. Dahsyat!! Dan akan semakin parah jika lagi deket-deket Ibunda Umar. Habis dibilang lucu sih, ya ngelunjak deh dua-duanya hehe DEZIGH! Jangan ditiru yah ^_^

Kembaran daku itu sampai hari ini masih sibuk nyariin kos-kosan buat kembarannya tercinta ini. Sementara dakunya diselamatkan oleh umm Umar ke daerah Cipayung.

Terharu deh pokoknya ketika baru dateng akhwat-akhwat keren ini sibuk banget ngebantuin daku buat settled (sampai hari ini). Ada ibu Kebagusan Raya yang ngakunya udah ringkih tapi sibuk nelponin tiap hari, juga akhwat-akhwat M-IT lainnya yang maju terus pantang mundur dengan bermacam alternatif kos-kosan, ada adiak-manih yang dengan gagah berani mengajarkan cara menyeberang yang OK di Jakarta Raya. Menyeberang? Wah perlu banget. Soalnya daku dengan tabahnya and pasang wajah ’please-let-me-cross-happily’ menunggu bus-bus itu melambatkan kecepatan dan melambaikan tangan menyuruh daku lewat (ya gak nyebrang-nyebrang atuh, emangnya masih di Singapuro :P). Adik yang ini daku salut berat deh. Umur saat ini belumlah genap 21 tahun tapi jiwa petualangannya mengalahkan uni nya ini. Melanglang buana di negaranya paman Bush seorang diri sampai sarjana, lalu membulatkan tekad menaklukkan Jakarta saat usia yang begitu muda (waduuw hiperbolanyaa...), dan tidak pernah lupa dengan bahasa Minang with aksen Pariaman yang totok banget itu (hehe punteun Sha!). Gadih minang yang kemana-mana selalu membawa peta Jakarta ini juga dengan gagah berani suka menawarkan jalan-jalan ke tanah abang jika ingin berbelanja. Yah begitulah dia si petualang sejati. Bukan seperti daku yang naik angkot sendirian dari cipayung ke pondok gede aja masih deg-deg an sampai jeduk-jeduk.

Jazakumullah khairan katsiran ya ibu-ibu ^_^. So much love fur akhwat-akhwat muslimah-IT !!! Maju terus pantang mundur!!

Dan kisah ini akan terus berlanjut, karena perempuan yang sedang belajar dewasa baru saja memulai petualangan barunya. Do’akan dia ya teman-teman ^_^