Minggu, 08 Januari 2006

[Cluster 11]: meniti hari hari di tempat baru (start: 24 des 2005)

Bismillah, daku berada di kota baru, lingkungan baru, teman-teman baru, ukhuwah baru, nomor telpon baru (???). Petualangan dimulai..!

Silaturahmi 3 propinsi

Huff, daku menikmati pelan rembesan air hujan yang membasahi kaos kaki. Dingin euy!! Tapi nampaknya jika hujan saja sudah menimbulkan keluh kesah maka bisa lupa diri atas nikmat-nikmat yang luar biasa melimpah. Terminal Kampung Rambutan penuh sesak oleh manusia-manusia yang mencari celah-celah perlindungan diri dari terpaan angin dan hujan. Kubiarkan saja ibu Kebagusan Raya menggamit lenganku lalu kita berbagi berlindung di bawah sepotong payung yang udah mulai mengkhawatirkan keadaannya. Musti dipegangin atasnya biar tetap mengembang dengan cantiknya (hehe afwan buk, beli payung baru dunk ah!!).

Langkah-langkah kaki mantap mengikuti 4 muslimah di depan kami. Aku pasrah saja dan mempercayakan nasib pada mereka (Kite kan orang baru ceritanyaaa…). Saking pasrahnya diri ini ngikut aja ketika di hari ke-2 kedatangan di Jakarta sudah dibawa jalan-jalan “Silaturahmi 3 propinsi “. Capek ?, waaah bangeeed. Terbukti malamnya daku tidur dengan nyenyaknya di kos an my kembaran setelah sukses menghabiskan seporsi besar pecel lele (nyam nyam…). Tapi capeknya insyaAllah untuk sesuatu yang indah. Diawali dengan silaturahmi ke rumah akhwat super-bijak nun di Tanggerang sana. Maka berbahagialah siang itu daku, my kembaran, adiak-nan-manih dan ibu Kebagusan Raya menghadapi suguhan-suguhan istimewa yang punya rumah. Petualangan hari ke-2 itu ditutup dengan silaturahmi ke Bekasi, ta’ziah di rumah ukhty fillah yang baru saja dapat musibah. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Subhanallah mbak, ketegaranmu insyaAllah akan menjadi sesuatu yang menancap erat di dalam dada. Daku yakin tidak semua orang mampu sehusnuzhan dan setabah itu dalam hidup. InsyaAllah atas ketabahan melewati ujian ini engkau naik level setingkat dalam pemaknaan hidup.

Tentang kesederhanaan

Begitu banyak metoda pembelajaran jiwa
Begitu banyak cara untuk menjadi dewasa
Begitu banyak cara melecut jiwa agar selalu bersyukur
Semoga langkah tetap selaras dengan niat...
Semoga perbuatan tetap seiring dengan hati dan perkataan...

Al hadid masih menjadi surat favourit dan ayat 20-nya masih menjadi salah satu kesukaan ketika futur melambai-lambai menggoda jiwa. Ayat ini juga yang menjadi hiburan ketika bertemu rupa-rupa realita hidup di Jakarta. Mendendangkan ayat ini mengembalikan kepercayaan diri untuk fokus lagi ke fastabiqul khairat... (Niscaya tidak akan sanggup tanpa bantuanmu yaa teman-temanku..)

Bertemu dan bergaul dengan Jakarta membuatku seperti terjaga dari mimpi-mimpi panjang yang melenakan. Kemewahan yang drastis berganti dengan kesederhanaan. Bukan meratapi pergantian-pergantian parameter kenyamanan. Kamar yang berganti dari 4 kali 5m full AC plus kamar mandi modern menjadi 2,5m kali 2m yang cuma muat tempat tidur, lemari dan sholat buat satu orang. MRT yang sejuk berganti dengan angkot-angkot dan bus-bus tua yang seringkali melaju sebelum kaki sempurna naik atau turun. Kebiasaan membawa kamera dan motret sana-sini ketika di jalan juga tak bisa dilakukan di Jakarta. Kehati-hatian yang musti ekstra kuat ketika berjalan sendiri, membuat ironi. ”Belajar Qana’ah uN”, terngiang kata-kata ibu Kebagusan Raya di hari pertama kedatanganku. InsyaAllah bu!, daku sudah 10 bulan mempersiapkan mental untuk semua ini. Semenjak 15 maret 2005

Jika sesekali mata ini memerih ngilu bukan meratapi pergantian-pergantian parameter kenyamanan itu. Karena sampai saat ini masih yakin diri bahwa nikmat yang dilimpahkan Allah atas diri ini sungguh luar biasa. Jika sesekali mata ini memerih ngilu semata karena ketidakmampuan menyaksikan pergolakan begitu banyak manusia dalam pertarungan dengan waktu untuk tetap bertahan hidup dari hari ke hari. Padang-ku tak semewah Singapura. Namun tak kujumpai di sana drama kehidupan seperih Jakarta. Minggu pertama di sini daku sudah demikian malu...

Malu!!
Karena 5,5 tahun ini masih sering mengeluh atas segala cobaan-cobaan kecil bahkan terhadap hal-hal biasa yang dibesar-besarkan dan dianggap cobaan!

Malu!!
Karena mata ini begitu tertutup dan tidak mampu mengetahui bahwa ternyata standard kehidupan selama ini sudah begitu luar biasa ketimbang jutaan manusia lainnya yang tersendat-sendat untuk sekadar bisa makan

Malu!!
Atas segala keluhan, keluhan dan keluhan. Mengeluh karena begitu banyak tugas kuliah (banyak yang sekolah menengah aja ga bisa neng!), mengeluh karena makanan yang dimakan ga enak (banyak yang ga bisa makan neng!), mengeluh karena dizalimi kawan (Jika temanmu buruk jangan tinggalkan ia, bisa jadi saat itu dia buruk namun di saat lain ia baik, begitu kata Abu Darda), memanglah insan mudah mengingat yang buruk namun suka lupa atas kebaikan orang lain. Mengeluh karena kegemukan (salah siapa coba...!), mengeluh karena nilai kurang bagus dst dst. Malu!!! Karena ternyata 5,5 tahun ini duniaku cuma berputar-putar kuliah, asrama, makan, tidur, dan ibadah yang sedikit. Sibuk memikirkan diri sendiri dengan bergunung keluhan. Padahal seharusnya kita senantiasa menjadi muslimah yang produktif, produktif dan produktif untuk diri dan orang lain. Bukan mengeluh, mengeluh dan mengeluh lalu lupa atas segala nikmat.

Teringat sebuah kutipan singkat...
Ada yang mendapat hidayah dengan membaca
Ada yang mendapat hidayah dengan mendengar
Ada yang mendapat hidayah ketika bercermin dari musibah orang lain
Dan ada yang mendapat hidayah setelah ujian menerpanya
Semoga kita bukan termasuk yang terakhir

...Wamal hayaatuddunyaa illaa mataa’ul ghuruur..


Seminggu aku tidak bisa melihat

Pernah kebayang gak kalau tiba-tiba menjadi buta? Jujur saja daku ga pernah membayangkan itu. Walaupun diri tahu tentang teori-teori betapa mahalnya sehat betapa indahnya sehat dan semua nikmat panca indera serta tubuh.

Malam ini aku terhenyak saat mengunjungi seorang akhwat yang membagi kisah hidupnya. Dia pernah seminggu tidak bisa melihat akibat suatu jenis penyakit yang dideritanya. Penyakit yang kerapkali menyerang bagian tubuh terlemah sewaktu-waktu.

Buta total itu menyerangnya saat dia sedang tilawah. Begini katanya:
”Sedih sekali rasanya saat itu. Bayangkan engkau tiba-tiba tidak bisa melihat al Qur’an yang sedang kau pegang. Engkau tidak bisa melihat apa-apa lagi. Semuanya hitam kelam. Sudah terbayang bahwa aku akan belajar huruf braille, tidak bisa hidup normal dan bayangan-bayangan lainnya. Tapi hati ini paling sedih mengingat bahwa aku tidak akan pernah bisa tilawah lagi. Padahal tilawah adalah hiburan terbesar bagiku. Sedih sekali membayangkan bahwa aku tidak akan pernah bisa membaca ayat-ayat Allah lagi dengan mata ini. Rasanya sedih sekali. Seminggu kemudian ketika alhamdulillah bisa melihat lagi, rasanya syukur tak hingga membuncah-buncah di dalam dada”

Subhanallah... nikmat mata.... Kita sering terlena karena mungkin menganggap bahwa nikmat mata itu wajar, telinga, kaki, tangan, dan organ-organ lainnya. Keterlenaan yang membuat kita sering lupa bersyukur.

...Fabiayyi ’alaa i robbikuma tukadziban...

Dan kisah ini akan terus berlanjut, karena perempuan yang sedang belajar dewasa baru saja memulai petualangan barunya. Do’akan dia ya teman-teman ^_^

Intermezo -About My Kembaran

Pertama bertemu di ketemuan founder komunitas muslimah-IT, satu akhwat bilang kita berdua mirip. Reaksinya biasa-biasa aja. Saat makin banyak yang bilang kita ber2 benar-benar mirip, mulai deh satu sama lain jadi gemar berkaca dan suka saling memuji (hehe dasar…). Takdirpun membuat dia adalah orang yang paling aku repotkan ketika hari-hari pertama.

Gimana bisa mirip ya? Yang satu 100 persen asli urang-awak dari Ranah bundo-kanduang minang-kabau sedang satu lagi Sunda Purwakarta. Selidik punya selidik ternyata memang banyak kesamaan dan yang dipaksakan disama-samain *_*. Mulai dari wajah, karakter, melankolisnya, ekspresi, jenis jilbab, cara berpakaian, jenis Qur’an, merek sabun, ukuran tubuh, porsi makan, makanan kesukaan, waktu makan, cemilan kesukaan, waktu ngemil, tempat makan favorit, makanan-makanan idaman, jenis makanan yang ingin dimakan (loh??
Kok jadi all-about-food??). Tapi yang paling mirip adalah ngambeknya. Dahsyat!! Dan akan semakin parah jika lagi deket-deket Ibunda Umar. Habis dibilang lucu sih, ya ngelunjak deh dua-duanya hehe DEZIGH! Jangan ditiru yah ^_^

Kembaran daku itu sampai hari ini masih sibuk nyariin kos-kosan buat kembarannya tercinta ini. Sementara dakunya diselamatkan oleh umm Umar ke daerah Cipayung.

Terharu deh pokoknya ketika baru dateng akhwat-akhwat keren ini sibuk banget ngebantuin daku buat settled (sampai hari ini). Ada ibu Kebagusan Raya yang ngakunya udah ringkih tapi sibuk nelponin tiap hari, juga akhwat-akhwat M-IT lainnya yang maju terus pantang mundur dengan bermacam alternatif kos-kosan, ada adiak-manih yang dengan gagah berani mengajarkan cara menyeberang yang OK di Jakarta Raya. Menyeberang? Wah perlu banget. Soalnya daku dengan tabahnya and pasang wajah ’please-let-me-cross-happily’ menunggu bus-bus itu melambatkan kecepatan dan melambaikan tangan menyuruh daku lewat (ya gak nyebrang-nyebrang atuh, emangnya masih di Singapuro :P). Adik yang ini daku salut berat deh. Umur saat ini belumlah genap 21 tahun tapi jiwa petualangannya mengalahkan uni nya ini. Melanglang buana di negaranya paman Bush seorang diri sampai sarjana, lalu membulatkan tekad menaklukkan Jakarta saat usia yang begitu muda (waduuw hiperbolanyaa...), dan tidak pernah lupa dengan bahasa Minang with aksen Pariaman yang totok banget itu (hehe punteun Sha!). Gadih minang yang kemana-mana selalu membawa peta Jakarta ini juga dengan gagah berani suka menawarkan jalan-jalan ke tanah abang jika ingin berbelanja. Yah begitulah dia si petualang sejati. Bukan seperti daku yang naik angkot sendirian dari cipayung ke pondok gede aja masih deg-deg an sampai jeduk-jeduk.

Jazakumullah khairan katsiran ya ibu-ibu ^_^. So much love fur akhwat-akhwat muslimah-IT !!! Maju terus pantang mundur!!

Dan kisah ini akan terus berlanjut, karena perempuan yang sedang belajar dewasa baru saja memulai petualangan barunya. Do’akan dia ya teman-teman ^_^