Kamis, 22 Januari 2009

Kesehatan dan Waktu Luang

Akhir-akhir ini saya merasa bahwa kesehatan dan waktu luang benar-benar suatu nikmat yang seringkali kita (saya) lupakan dan disia-siakan...

Rasa syukur terhadap semua nikmat tersebut mestinya tidak cukup hanya dengan 'mengucap' syukur namun juga bagaimana memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan kualitas diri dan pada akhirnya dapat pula bermanfaat untuk orang lain...

Coretan ini adalah pengingat diri yang terlalu banyak khilaf dan lupa ini...

Minggu, 11 Januari 2009

Dedek umur 10 bulan BAB terlalu sering dan Ngeden

Dedek umur 10 bulan. Hari senin 5 jan 2009 sempat panas badannya + pilek, lalu oleh DSA diberi obat panas, pilek dan antibiotik. Karena malam itu tinggal panas (pilek udah sembuh), cuma obat Panasnya yang diminumkan selama 2 hari.

Kamis,8 januari timbul merah-merah di perutnya disertai frekuensi BAB yang terlalu sering (bisa 12 kali sehari). Tampilan BAB masih seperti BAB normal,banyak ampas dan airnya sedikit. Hari jumat oleh dokter diberi Pedialyte saja (karena badannya sudah tidak panas). Pedialyte sebanyak 2 botol, masing-masing harus dihabiskan dalam 24 jam

Jumat, 9 Januari 2008, frekuensi BAB nya tetap sering, mencapai 15 kali. BAB nya diperiksa di lab, dan hasilnya tidak ada hal yg serius kata dokter. Oleh DSA dibei Lacto B (suplemen makanan ergizi), celestamine (untuk alergi merah2 di perut yang dicurigai karena alergi obat), Nymiko (obat iritasi) , dan salep Mico Z (karena area pantat dan selangkangan iritisasi sebab terlalu sering BAB)

Sabtu, BAB nya masih sering (10 kali), malah pake ngeden, dan nampak sangat tersiksa setiap kali ngeden, mukanya sampe merah, kadang-kadang nangis. Irritasinya bahkan ada yang berlendir, sangat kesakitan kena air. Alhamdulillah tidur pagi, siang ataupun tidur malam sudah jauh lebih nyenyak dibanding hari kamis dan jumat.

Minggu (hari ini) juga sampe sore ini BAB nya telah 6 kali. Irritasi di selangkangan dan pantat sudah sembuh alhamdulillah dan ga kesakitan lagi kena air. Pedialyte juga sudah habis 2 botol tapi frekuensi BAB masih sangat sering, ditambah lagi dengan ngeden yang terlihat sangat kesakitan. Kemajuan saat ini adalah tiap kali ngeden tidak selalu berisi BAB atau kadang2 hanya sedikit.

Dedek sendiri so far ceria-ceria aja, tetap aktif, banyak ngoceh, tertawa, gerak sana sini dst kecuali ketika ngeden itu aja terlihat sangat kelelahan dan lesu. Badannya juga tidak panas. Minum susu masih mau, makn agak sedikit. Minum Pedialyte dan Lacto B juga mau. Tapi tetap kuatir dengan kondisi frekuensi BAB yang masih terlalu sering.

Saya bingung, apakah ada moms yang berpengalaman serupa? kalau ada,
bagaimana mengatasinya.. saya mohon sarannya ya.. thx so much

Terima kasih sekali ya, atas saran2nya

Jumat, 09 Januari 2009

[Artikel Menarik] : Buat Apa Mikirin Palestina ??

Nemu di Milis juga..
Buat Apa Mikirin Palestina ?? 
Oleh Shofwan Al-Banna Choiruzzad 
Surabaya, 1945 Langit gelap. Bukan oleh awan yang hendak menurunkan hujan. Angkasa dipenuhi pesawat sekutu yang bergemuruh. Di dalamnya, para serdadu masih menyisakan keangkuhan. Mereka baru saja menghancurkan pasukan Jepang di Front Pasifik. Dari langit, mereka menebar ancaman: "menyerah, atau hancur". Beberapa pekan sebelumnya, pengibaran bendera Belanda memicu amarah para perindu kemerdekaan. Seorang pejuang mencabik warna biru dari bendera Belanda di Tunjungan, menggemakan pesan bahwa negeri ini tak rela kembali dijajah. Tentara sekutu menjawab dengan salakan senapan, bersembunyi di balik alasan "memulihkan perdamaian dan ketertiban".  
Jiwa-jiwa merdeka itu berontak. Brigadier Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris di Surabaya, terbunuh. Sekutu murka. Rakyat gelisah. Surabaya telah lama dikenal sebagai salah satu pusat perlawanan. Laskar-laskar dari berbagai pesantren dan daerah banyak yang menjadikan kota ini sebagai markas. Di kota ini pulalah, Cokroaminoto dan Soekarno muda mendiskusikan cita-cita kemerdekaan. 
Suara dari lelaki kurus itu menghapus semua keraguan. "Saudara-saudara rakyat Surabaya. Bersiaplah! Keadaan genting. Tetapi saya peringatkan sekali lagi. Jangan mulai menembak. Baru kalau kita ditembak. Maka kita akan ganti menyerang mereka itu. Kita tunjukkan bahwa kita itu adalah orang yang benar-benar ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara. Lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka. Semboyan kita tetap. Merdeka atau mati. Dan kita yakin, Saudara-saudara. Akhirnya, pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan kita. Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar. Percayalah Saudara-saudara! Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar! Merdeka!" 
Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya itu akan terus dikenang sebagai tonggak kemerdekaan Indonesia. Semua yang mengaku mencintai negeri ini tidak layak untuk menjadikan peristiwa itu berdebu di pojokan sejarah. 
*** 
Gaza, peralihan tahun 2008-2009 
Kota padat berpenduduk sekitar 1,5 juta orang. Mayoritas pengungsi akibat pengusiran biadab Israel sejak tahun 1948, 1967, dan ekspansi ilegal pemukiman yahudi yang tak pernah menghormati perjanjian yang dibuatnya sendiri- itu mencekam. Sejak 27 Desember 2008, pesawat-pesawat Israel yang dilengkapi dengan bom-bom terbaru kiriman Washington membombardir kota ini. Ehud Barak, Menteri Pertahanan Israel, menyatakan bahwa operasi berjudul "Cast Lead" ini akan memakan waktu lama. Hingga hari ini, 510 orang telah meninggal dunia dan ribuan luka-luka. Tidak ada jurnalis diizinkan masuk. Bantuan medis pun kesulitan. Demonstrasi bergolak dari Jakarta sampai Eropa. Dari Jordania hingga Amerika. Posko bantuan dibuka di mana-mana, meskipun masih sangat kurang dibandingkan kebutuhan penduduk Gaza. 
 *** 
Hati saya sakit saat ada yang berkata: "Ngapain kita ngurusin Palestina, wong negeri kita saja masih amburadul". Semoga kita tidak melupakan sejarah bahwa Al-Hajj Amin Al Husaini, Mufti Palestina, adalah orang pertama yang menyiarkan kemerdekaan Indonesiadi radio internasional. Alasan yang sepintas terlihat nasionalis ini adalah pengkhianatan kejam pada nasionalisme Indonesia itu sendiri. 
Preambule Undang-undang Dasar 1945 mendeklarasikan dengan jelas perlawanan pada segala bentuk penjajahan. Soekarno dan Hatta berkali-kali menandaskan bahwa nasionalisme Indonesia tumbuh di taman kemanusiaan. "Jangan pikirkan hal lain kecuali Indonesia" adalah logika yang menghina keindonesiaan. 
Hati saya lebih sakit lagi saat ada yang mengatakan "Itu kan salah HAMAS sendiri yang tidak mau damai dan menembakkan roket! Media di Indonesia terlalu berpihak pada Palestina, nih gak berimbang!"  
Lalu, yang berimbang itu seperti apa? Seperti media massa Barat yang lebih menyalahkan HAMAS, menyiarkan propaganda Israel bahwa serangan ini adalah respon dari tindakan HAMAS menyerang Israel, menyalahkan sikap HAMAS yang memutus gencatan senjata?
Sepertinya kita harus menelaah peringatan Finkelstein, seorang ilmuwan Yahudi, dalam bukunya Beyond Chutzpah: On the Misuse of Anti-Semitism and Abuse of History dan Image and Reality of Israel-Palestinian Conflict. Sejarah telah dibajak untuk tidak pernah mengkritisi Israel dan media massa pun tidak bebas dari pembajakan ini. Untuk melihat bias media barat dalam isu Palestina, silakan buka www.ifamericansknew .org . Bahkan, menurut saya, media di Indonesia masih terlalu berpihak pada Israel. Tidak ada yang menyebutkan fakta bahwa pemutusan gencatan bersenjata oleh HAMAS itu didahului oleh suratprotes gerakan perlawanan itu atas terbunuhnya 4 orang petani di Gaza oleh tentara Israel. Tidak ada yang mengingatkan bahwa Israel terus melanggar perjanjian damai yang disepakatinya sendiri dengan membiarkan pemukiman ilegal terus tumbuh. 
Kita juga tak boleh lupa dengan tembok pemisah apartheid Israel yang memutus akses rakyat Palestina pada kebutuhan vital kehidupan. Belum lagi blokade Gaza yang lebih kejam dari Blokade Berlin pada masa Perang Dingin. 
 "Itu kan salah HAMAS sendiri yang tidak mau damai". Sampaikan pernyataan itu pada Bung Tomo dan para pendiri negeri ini. Alhamdulillah, para pendiri negeri ini menolak iming-iming perdamaian palsu di bawah ketiak Ratu Belanda. Soekarno bahkan menantang: "Ini dadaku, mana dadamu!" Kalau kita menggunakan logika yang sama, berarti kita mendukung Agresi Militer Belanda pada tahun 1948. "Itu kan salah para pejuang kemerdekaan Indonesia yang tidak mau damai!" Tidak banyak yang mengingatkan bahwa Israel berdiri dengan berkubang darah pembersihan etnis yang menghalalkan pembantaian dan pengusiran terhadap penduduk asli Palestina (Ilan Pappe: The Ethnic Cleansing of Palestine ). 
Komunitas Yahudi yang hidup dalam perdamaian di bawah Khilafah Utsmaniyah tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan saudara-saudara mereka yang mengungsi dari kebiadaban Eropa dan membawa ide rasis radikal untuk mendirikan Israel (Amy Dockser Marcus, Jerusalem 1913). Bayangkan, komunitas yahudi saat itu yang sekecil komunitas muslim di Swedia saat ini tiba-tiba menuntut Negara sendiri dengan luas wilayah yang melebihi luas wilayah penduduk aslinya. Kalau muslim di Swedia tiba-tiba menuntut mendirikan Negara Islam, mereka pasti segera dicokok dan dilabeli teroris. Memori pembantaian ini dihapus dari sejarah dunia dan dari kesadaran rakyat Israel. Pada saat yang bersamaan, kenangan pahit ini terus hidup di antara rakyat Palestina.
Maka, sangat sulit bagi orang Palestina untuk menerima perdamaian yang tidak pernah berpihak pada mereka, lha wong keberadaan Israel saja tidak legal! Wajar jika popularitas HAMAS semakin lama justru semakin meningkat. Indonesia saat itu tegas tidak mengakui Israel karena melihat fakta ini. Sayang, kini banyak yang sudah lupa. Banyak yang terjebak dalam narasi fiktif "Israel yang cinta damai terancam keberadaannya oleh HAMAS yang ekstrimis yang tidak mau damai". Kalaupun kita harus menerima fakta bahwa berdasarkan hukum rimba Israel itu eksis, tidak berarti bahwa kita berhak menyalahkan mereka yang menghendaki perdamaian sejati yang lahir dari kemerdekaan. Saya mendukung proses perdamaian, tapi harus dengan dialog yang adil dan terbuka yang melibatkan HAMAS sebagai kekuatan riil di Timur Tengah. Tidak sekedar perjanjian sepihak yang dibuat AS dan Israel lalu dipaksakan pada Palestina. Kemanusiaan. Keindonesiaan. Islam. Ketiganya memaksa saya berpihak pada yang lemah dan tertindas.

[Artikel Menarik] : Fatwa Larangan Demonstrasi Membela Palestina Memalukan

Artikel menarik, nemu di milis muslimblog

FATWA LARANGAN DEMONSTRASI MEMBELA PALESTINA MEMALUKAN
2009-01-08 18:09:10 kispa.org .

Syeikh Dr. Wahbah Zuhaili anggap fatwa larangan demonstrasi membela Palestina oleh ulama salafi sebagai hal memalukan. Pernyataan Syeikh Wahbah ini keluar menanggapi pernyataan fatwa haramnya demonstrasi dalam rangka membela Palestina yang dikeluarkan ulama salafi asal Saudi, Syeikh Shalih Al Luhaidan. Sebelumnya, Syeikh Shalih Al Luhaidan yang juga Ketua Majelis Al A'la li Al Qadha' Arab Saudi ini mengatakan, bahwa demonstrasi yang terjadi di jalanan Arab untuk membela warga Gaza termasuk membuat "fasad fi Al Ardhi" alias kerusakan di muka bumi. Tak sekedar itu, ia juga menilai, demonstrasi sebagai hal yang tidak baik dan tidak mendatangkan kebaikan.

Pernyataan Shalih Al Luhaidan ini langsung banyak disambut kritik beberapa ulama lain di dunia. Syeikh Wahbah [kiri, menggunakan penutup kepala putih]. Shalih Luhaidan [kanan] Beberapa ulama menyatakan bahwa Fatwa Luhaidan yang telah dilansir oleh koran al Hayat, hari Sabtu (3/2) itu sebagai "perkataan yang amat memalukan" bagi dunia Islam. Sedangkan yang lain mengatakan bahwa hal itu merupakan "kriminal besar" karena memerintahkan orang lain untuk tidak mengungkapkan sikap lewat demontrasi.

Beberapa ulama yang melakukan pertemuan di Kairo sepakat bahwa demontrasi mendukung warga Gaza yang sedang dibantai Israel saat ini adalah wajib, secara syar'i dan aqli. Salah satu dari ulama yang hadir adalah Syeikh Dr Wahbah Az Zuhaili, Wakil Ketua Majma' Fuqaha As Syari'ah Amerika dan profesor bidang fikih di Universitas Damaskus. Syeikh Wahbah merasa heran dan sangat mempertanyakan fatwa Al Luhaidan. "Di mana letak kerusakan di bumi, ketika kita melakukan demontrasi menentang kekejaman Israel atas Gaza? Mengatakan hal itu (pelarangan demonstrasi) sama dengan mengakui penjajahan. Jika demontrasi untuk menghancurkan kemungkaran maka hal itu bukan menciptakan kerusakan di bumi," ujar Syeikh Wahbah. "Tidak tepat jika fatwa ini berlaku di dunia Islam secara umum, karena ditujukan kepada umat Islam, minimal fatwa ini adalah fatwa lokal, akan tetapi ini juga tidak tepat, karena pentingnya peran demontrasi dan wajibnya untuk situasi seperti ini," tambah Wahbah.

Ulama yang baru mendapatkan penghargaan dari pemerintah Malaysia ini juga menyatakan,"Fatwa ini tidak benar, dan ini dipengaruhi oleh situasi yang ada di Saudi, dan mereka selalu menjaga adat, karena raja-rajanya menolak munculnya demontrasi," ujarnya. Ia menjelaskan bahwa tidak setiap demonstrasi adalah perusakan di atas bumi, dihukumi merusak jika melakukan perusakan, mencemooh tanpa sebab, maka hal ini termasuk menimbulkan kerusakan. "Demontrasi adalah pengungkapan pendapat, dan itu termasuk hak setiap orang menurut pandangan Islam. Dan pentingnya demonstrasi serta perannya sudah terbukti oleh sejarah, dimana ia memiliki pengaruh besar dalam mengusir penjajahan atas bumi Islam", beliau menutup perkataan.

 Dr Abdul Mu'thi Al Bayumi, anggota Majma' Al Buhuts Al Islami Al Azhar, Mesir juga menyatakan bahwa fatwa itu tidak dibenarkan. "Demontrasi merupakan cara untuk mengungkapan pendapat, karena sebagai "umat lemah", mereka tidak mendapatkan cara agar pendapat mereka didengar oleh para pengambil keputusan. Kalau hal ini dilarang, bagaimana cara mereka mengungkapkan pendapat dan didengar?" Bayumi menegaskan bahwa demontrasi harus tetap memiliki etika dan tidak melakukan perusakan. Sedangan Dr Abdul Lathif Mahmud Al Mahmud, anggota Majelis Al A'la li Syu'un Al Islamiyah (Majelis Tinggi untuk Urusan Keislaman), Mesir mengatakan, . "Apa yang marusak bumi yang dikatakan Luhaidan?! Saya yakin bahwa fatwa ini menyelisihi syariat Allah.

Allah berfirman,"Dan persiapkanlah kekuatan segalah apa yang kalian mampui" [Al Anfal: 60]. Dan demontrasi termasuk bagian kekuatan publikasi, yang mencerminkan dukungan mayoritas umat Islam terhadap mujahidin di Gaza," katanya. Di juga menegaskan tidak ada bentuk kerusakan, ketika sekelompok orang mengungkapkan pendapatnya untuk merespon serangan Israel atas Gaza yang membuat jatuh ratusan korban, dengan cara yang baik. Dr Hasan As Syafi'i mantan rektor Al Jami'ah Al Islamiyah Pakistan juga menegaskan bahwa yang mengeluarkan fatwa demikian harus bertanggung jawab dan siap meralat. Ungkapan seluruh umat Islam yang terjadi di suluruh dunia saat ini untuk mendukung Gaza, tidak mungkin bisa dikatakan sebagai perbuatan menciptakan kerusakan di atas bumi.(tho/IOL/hidayatullah/fn)