Senin, 20 April 2009

Pengen Punya Adik

Halooo..
kenalkan.. aku anak sayangnya Bundo dan Abah. Aku tinggal di Jakarta, walau aku sebenernya keturunan padang-sunda, sebab Bundo dan Abah kerjanya di Jakarta. Aku pengen deh jalan-jalan ke kedua kampung halaman itu, tapi belum boleh sama Bundo dan Abah, katanya aku masih kecil (padahal umurku udah 1 tahun lebih 1 bulan lhoo..) dan juga karena aku sering sakit.

Kalau Bundo dan Abah lagi kerja, aku main di rumah ama Ibu (nenek dari Padang), sekarang aku lagi belajar jalan dan mulai bicara sedikit-sedikit. Aku lincah lhooo, jadinya harus selalu dikejar-kejar biar ga nyungsep ke area-area bahaya, misalnya yang ada colokan listrik dst dst. Aku juga lumayan cerewet, dan suka ngobrol walau banyakan pake bahasa ciptaanku sendiri.

Bundo dan Abah, juga ibu sayaaaaang banget sama aku, aku juga sayang mereka walau kadang aku suka gemes ga sengaja gigit mereka. Gigiku kan udah 8 buah dan sering gatel-gatel, maapin aku yaaah. Aku jugasering ngintipin jendela nunggu mereka pulang, lalu main sampe aku capek dan ketiduran.

Akhir-akhir ini ekspresiku macem-macem lhooo, mulai dari suka manyun (seperti foto di atas), geleng-geleng kalau ga pengen sesuatu, sampai loncat-loncat kayak kodok kalau pengen sesuatu yang lagi dipegang Bundo. Aku juga seneng makan lho, makanku banyaaaak banget. Kalau ada yang makan di dekatku, aku pengeeeen aja nyobain. Jadinya Bundo dan Abah suka sembunyi-sembunyi kalau makan sesuatu yang aku belum bisa makan. Padahal kan aku pengen nyicipin loh, dikiiiiiiiiiiiiiiiiiit aja. Bener deh, dikiiiiiiiiiiiiiiit aja. Hmm.. nyam.. nyam

O iya, aku sekarang udah mulai suka bosen ama mainan-mainanku dan suka gemes aja bawaannya. Aku jadi pengen punya adik kecil seperti yang ada di rumah sebelah itu. Biar aku ada temennya. Doain yaaaa..

Duh, udah dulu nih, aku pengen menjelajah lagi. Rasanya badanku ini ga enaaaaaaaaaaaaak deh kalau diam sebentaaaar aja. Bawaannya pengen gerak terus. Makanya itu aku kalau tidur malam jadi pulaaaaaaaaaaas banget. Capek euy.

Kapan-kapan aku sambung lagi yaaaa ceritanyaaa...

Senin, 13 April 2009

Baju Minang kok getooo

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Pada kesempatan ini saya ingin ikut menyuarakan unek-unek dunsanak, uni-uni dan kawan-kawan di milis wanira (wanita minang perantauan) tentang baju Adat Pengantin MinangKabau yang akhir-akhir ini makin mengalami modifikasi yang membuat 'mato kalimpanan' (kelilipan-red).
Baju-baju adat MinangKabau yang kami pahami biasanya adalah semacam baju kurung yang longgar (tidak ketat), tebal (tidak transparan, tidak menerawang, tidak tembus pandang), sopan, tertutup mulai dari leher sampai ke mata kaki dan dihiasi dengan tutup kepala yang bentuknya beraneka ragam sesuai dengan daerah asal yang lebih spesifik.
Khusus untuk baju penganten wanita, kami mengenal 2 jenis pakaian :
1.      Pakaian adat minang standar, yaitu baju kurung dan kain yang dilengkapi dengan suntiang, yaitu semacam hiasan kepala yang menyerupai kipas - seperti pada gambar terlampir.
2.      Pakaian adat minang Koto Gadang, yaitu baju kurung dan kain yang tidak dilengkapi dengan suntiang namun dilengkapi dengan selendang yang disampirkan di kepala.
Note : jika ada pembaca yang lebih paham, mohon dikoreksi ya, mengenai pakem baju penganten di atas.
Demikian juga halnya denagn warna, sepemahaman saya baju adat MinangKabau punya warna-warna pakem yang menjadi ciri khasnya.
Oleh karena baju adat minangkabau yang cenderung tertutup, longgar dan tidak transparan ini, maka sangat mudah memadukannya dengan jilbab tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Waktu saya bergabung dengan Unit Kesenian Minangkabau Institut Teknologi Bandung (UKM-ITB) tahun 1999-2000 untuk setiap kegiatan yang dilakukan yang menggunakan baju adat (baik itu pagelaran seni, penampilan di acara baralek alias perhelatan) hampir selalu dipadukan dengan jilbab. Setahu saya, sampai sekarangpun masih begitu.
Namun akhir-akhir ini gerah juga memperhatikan modifikasi baju pengantin minang yang dibuat jadi super duper modern. Ciri khas MinangKabau yang masih melekat erat satu-satunya tinggal ‘suntiang’ di kepala, baju dan kain yang melekat di badan sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memerihkan mata. Bajunya lebih menyerupai kebaya modern, yang super ketat, kebanyakan transparan dan dengan belahan di bagian dada yang super rendah (ambooi deh, sejak kapan baju minang pake belahan di bagian dada).
Contohnya baju pengantin yang dipakai oleh beberapa artis. Yah, terserah sih, namanya juga public fugure tentunya punya kebutuhan dan tuntutan yang berbeda dan sejuta alasan lainnya blablabla pyarpyarbum... Tserah dah! Kagak ngarti lah awak.
Tapi sebagai seorang generasi MinangKabau yang masih sangat peduli dengan keelokan budaya Minang, satu saja pesan awak buat  Please, Tolong jangan katakan itu Baju adat Minangkabau (mambana Ha…). Katakan saja yang kalian pakai adalah baju campur-campur antara adat anu, adat ini, kreasi modern gabruk-gubrak serta dipadupadankan dengan budaya ano ito blablabla pyahpyahbruk jger. Pliiss ya, jangan bilang itu baju minangkabau. Kagak rela awak! Kagak rela !