Rabu, 28 Desember 2011

Perkembangan Anak-anak Desember 2011

Tak terasa beberapa hari lagi tahun 2011 berakhir. Sudah tidak sabar rasanya meninggalkan tahun ini. Tahun yang tak akan pernah terlupakan. Tahun yang mengerikan, indeed.

well, lets talk about perkembangan abang dan adik. Mereka tumbuh makin besar dan selalu menjadi hadiah terindah dalam hidup ini :)  Melihat mereka tumbuh, ceria, bahagia bahkan pertengkaran-pertengkaran lucu mereka selalu mampu hadirkan pijar-pijar semangat.

Abang
Abang, anak yang penurut. Cenderung melankolis dan tertutup. Perasaannya sangat halus, empati nya tinggi. Jika punya keinginan pasti tidak terang-terangan menyampaikan. Untuk anak usia 3 tahun 9 bulan, dia cukup dewasa. namun saking halusnya perasaannya, kadang-kadang susah untuk menggali keinginannya. Abang sangat mudah diarahkan (kecuali masalah mandi!). Jika punya salah cepat sekali minta maaf (walau kadang langsung diulang lagi...).

Abang gampang kasihan dan ber-empati pada orang lain. Sangat mudah akrab dengan orang yang baru dikenal (agak mengkuatirkan sih..) dan gampang percayaan sama orang. Abang juga sayaaaang banget sama adik. Tapi kadang-kadang saking gemesnya, si adik suka dipeluk-peluk sambilditimpa-timpa (katanya sayaaang..). Suka lucu ngeliat adik yang bulet berisi berusaha melepaskan diri dari ke-gemes-an abang yang jangkung dan kurus.

Adik
Adik cenderung pemberontak. Di usianya yang baru 2 tahun 3 bulan, Adik jauh lebih cerewet dibanding abang diusia yang sama maupun di usia saat ini (3th9bl). Adik jauuh lebih ekspresif dalam mengemukakan ide, dan cenderung blak-blakan (kayak Bundo). Akhir-akhir ini dia suka menempatkan dirinya dlm posisi 'pura2 menentang', walau akhirnya nurut. Misalnya ketika diarahkan untuk menulis,dia langsung jawab "Butaaaaan, dedek butaan mau menulis, tapi membacaaa". Walau ujung2nya teteup aja dia nulis. Atau disuruh mandi "Butaaaan dedek butan mau mandi, tapi mau bobok ajah", dan setelah bbrp menit malah diam2 ke kamar mandi.

Adik cerewet dan suka mengatur. Mulai dari pilihan baju, pilihan bantal, bahkan menentukan cemilan apa yang harus dimakan sekarang. Jika abang cenderung pasrah dgn semua pilihan baju dari bunda, adik tidak begitu. Jadinya tiap hari ada drama 'pakai baju apa hari ini'. Dan karena baju mereka biasanya kembaran, mau ga mau abang jadi ikut (dan bagi abang ini bukan masalah penting).

Adik juga cenderung iseng. Misal kalau lagi ada maunya, suka puji2 dengan pujian ciptaan sendiri. Contohnya saat dia memutuskan bahwa yang membuatkan susu saat ini adalah Bunda, maka keluarlah pujian mautnya "Nip mau mimik, tapi bunda yang bikiniiiin, karena bunda yang pandaaai, bunda yang cantiik". Hal ini tidak akan pernah dilakukan abang :D.

Perbedaan dan persamaan

Perbedaan mencolok lain antara keduanya adalah masalah mandi. Adikcrajiiin mandi. Bangun tidur langsung harus mandi. Abang susaaaah sekali disuruh mandi. Skanya melingkar-lingkar dulu dimana-mana, atau malah belajar dulu (menulis atau membaca).

Persamaan yang memusingkan antara keduanya adalah masalah makan. Abang malaaaaaaaaaas makan. Dia bisa tahan ga makan nasi berhari2, hanya minum susu dan ngemil-ngemil ga jelas. Itu juga ga banyak. Abang yang jangkung jadi terlihat sangat kurus deh. Adik juga males makan, kalaupun makan pasti dikiiit banget, Tapi adik rajin ngemil, makanya tetap terlihat berisi.

segitu dulu deh, nanti diupdate lagi ^_^

Selasa, 06 Desember 2011

Lupa

Rindu dan lupa.
Dua kata yang seolah tak ada hubungan, padahal sangat dekat.
Rindu meluangkan waktu bersama, sekedar mengomentari hujan.
Sebab sudah lupa rasanya.
Lupa sekali...

Selasa, 08 November 2011

Resonansi Jiwa

Somehow,
suka merasa bahwa jiwapun pada hakekatnya terkadang saling ber-resonansi.
Resonansi bersyarat;
hanya untuk yang terikat kuat.

Tentang bagaimana preliminary nya,
dan sebesar apa resonansi-nya.
Dijawab oleh waktu.
Dan butuh waktu yang panjang untuk memilah antara anomali dengan sejati.

//sebuah imajinasi tentang engkau

Minggu, 06 November 2011

Boy or Girl; what are you having?



Gambar: dari multiplynya uni yuana.
Awalnya sih gak terlalu kepikiran tentang jenis kelaminnya. Cuma akhir-akhir ini jadi tersugesti dengan uni-uni di milis WamiRa yang usia kehamilannya persis sama (in terms of week) tapi udah ketahuan jenis kelamin. Uni Yuana di Australia (21 weeks) insyaAllah will have a baby girl, begitu juga dengan uni Riry di Boston (21 weeks). Kalau bunda Majid yang di Jerman gimana ya :D. Akhirnya iseng-iseng ikutan kuis di link ini >>> http://www.babyzone.com/quizzes/quiz.asp?quizid=77, ikut-ikutan uni Yuana :D. Kalau kata hasil quiz sih, "It could be a Girl", dengan merefer kepada
  1. perut yang lebih 'wide spread' instead of sticking straight out
  2. relatif ringan
  3. pertambahan berat yang kecil banget (1 kg dibanding sebelum hamil, tapi 2 atau 3 kg dibanding 3 bulan pertama)
Cuma hal-hal berikut ga cocok nih:
  1. The old saying: "Boys give beauty, girls take it away", perasaan cakep-cakep aja tuh kita... (hehehehe...)
  2. severe morning sickness (that can last all day long), ah gak juga. Sering muntah sih tapi cepat banget ademnya
Jadi gimana donk? hehehe.. penasaran amat sih... :P. Tapi laki atau perempuan insyaAllah tetep disayang. We love both :P

Selasa, 01 November 2011

Jangan sampai ada dan ketiadaan kita sama saja


Pagi ini dibuka dengan mendengarkan tausiyah Almarhumah Ustz Yoyoh Yusroh mengenai "Peranan Dakwah dalam keluarga", jilid 1 dan jilid 2. Nemu di YouTube ^_^. ada di  sini : http://www.youtube.com/watch?v=VeEjiHa9KkI  dan di http://www.youtube.com/watch?v=B7-noGRqSMQ Menyejukkan hati mendengarkannya.

Meskipun sekarang mungkin cuma bisa menyimak, mendengar dan mengagumi. Salah satu kalimat yang paling menohok adalah "Jangan sampai ada dan ketiadaan kita sama saja terhadap lingkungan". Kalimat yang rasanya jauuuuh sekali di belakang. Kalimat yang justru menghadirkan rindu. Rindu yang jauh... Rindu yang sepi...

Rabu, 26 Oktober 2011

Adik 2 Tahun

Nak sayang,
hari ini tepat 2 tahun silam, engkau hadir Nak
dan sejak hari itu..
bersama abang H
engkau menjelma menjadi dua sayap sempurna bagi hidup Bunda

Nak sayang,
Do'a untukmu Nak, tak hanya di hari-hari spesial seperti hari ini
setiap memandang lelapmu
setiap menatap tawa dan sedihmu
setiap lintasan fikiran akan namamu
hadir pula do'a dan cinta yang melimpah-limpah

Anak-anakku,
kalian sungguh berjasa dalam hidup Bunda
sungguh istilah "cahaya mata" tak mampu wakili jasa kalian
sebab kalianlah Matahari jiwa ini
yang Allah hadirkan untuk senantiasa terangi hari ini, terangi hati ini

Sungguh Nak,
setiap pagi adalah sesal yang menggunung
karena harus tinggalkan kalian untuk ke kantor
saat wajah-wajah lucu kalian masih lelap
Bunda sudah beranjak laksanakan tugas
sambil memelas cintaNya
"Wahai Allah, tolong jaga matahariku..."
"Wahai Cahaya mata, maafkan bunda tak mampu 24 jam temani... "

Anak-anakku,
Seletih apapun sepulang kerja, bunda selalu ingat bahwa
kalian tentu lebih letih lagi menunggu kehadiran Bunda...
seperti cerita Ibu dan Uwak bahwa
Setiap Adzan Magrib, kalian mulai rajin melongok ke jendela dan berkata
"Bunda belum pulang ya?"

Percayalah, di saat yang sama
Bunda sedang bersicepat mengatur langkah agar segera kita berjumpa

Dan tadi malam sungguh kejutan luar biasa ya,
ketika dengan lugu nya abang(3.5 thn) memberi kado istimewa
Hafalan Surat pendek,
untuk adik yang berulang tahun ke-2

Bagi Bunda itu sangat mengejutkan
Karena setiap malam kita belajar mengaji
abang biasanya cuek, asyik menggambar, menyanyi dll
dan bunda tidak larang, asalkan masih mau luangkan waktu 15 menit mengaji bersama

Siapa sangka, dibalik sikap cueknya
abang ternyata diam-diam ikut ngapalin ^_^
Dan tadi malam juga janji akan ajarkan ke adik:)

Selamat Milad ya Nak,
semoga Allah selalu lindungi kalian
semoga Allah sayangi kalian, dan tunjukkan kalian jalan yang lurus dan indah...

Selasa, 11 Oktober 2011

Sekedar Terkenang

Engkau mungkin sudah lupa
Episode singkat,
yang berbaur dengan jutaan lembar kisah

Bagiku, mengingat itu selalu mampu
hadirkan musim semi.
Di tengah luka-luka

Siapa mengira,
justru mesjid itu harus kupandang setiap hari
dan papan pengumuman itu masih setia di sana
tempat kita pertama jumpa.

Ribetnya KRL Depok

Semenjak tinggal di Depok(sawangan), jarak antara rumah-kantor rasanya semakin jauh. Dari rumah kontrakan ke stasiun Depok Baru naik motor butuh waktu 15 menit, sedangkan naik angkot bisa 40menit. Terutama karena jalan raya sawangan macetnya ampun-ampunan deh kalo pagi. Ketidaknyamanan belum berakhir di sana. Perjalanan di KRL Depok Baru sampe Gondangdia atau Dukuh atas sungguh menyiksa. Antara lain karena :


  1.  Tidak beroperasi lagi KRL express, sehingga jarak tempuh sangat lama. Mencapai 50 menit
  2. Kepadatan yang sudah tidak manusiawi. Sakit banget rasanya badan ini
  3. Stasiun yang harus dilewati dan disinggahi mencapai 15 stasiun. Kalo dari Bintaro ke Tanah Abang, jarak yang ditempuh hanya 5 stasiun dan rata2 penumpang turun di Palmerah atau Tanah Abang. Beda banget dengan KRL Depok, dimana di setiap stasiun wajib berhenti dan pasti ada penumpang yang naik maupun turun. Siksaan terbesar adalah mempersiapkan celah untuk penumpang2 yang bakal turun. Alamaaaak, remuk deh badan ini. Bayangin untuk napas aja sesak. Ini masih ditambahi dengan desakan2 penumpang yang nyari2 jalan turun, Ya punggung, ya dada, ngilu2 kena himpitan penumpang lain yang memberi jalan, sikut, barang2.. Ya Tuhaaaaan..
  4. KRL depok tentunya selalu melwati Stasiun Manggarai. Dan mengingat Manggarai adalah stasiun transit, tak jarang ada masalah. Kadang kereta ngetem dulu menjelang pintu stasiun. Waktu ngetemnya bisa 15menit sendiri. Dan tak jarang juga dapet limpahan penumpang dari krl2 sebelumnya (seperti pagi ini).

Duh gusti. Miris banget negeri kita ini. Itu para pemangku2 kebijakan pada ngapain aja ya? Mbok ya sesekali turun gunung toh pak, bu. Apa tuan-tuan dan puan-puan harus menunggu adanya korban jiwa dulu sehingga baru mau memikirkan sedikit hal-hal yang bermanfaat bagi bangsa ini.

Dimana-mana yang namanya sebuah peradaban itu ya mengejar kemajuan. Waktu denger berita KRL express mau dihapusin aja rasanya udah sedih banget. Ya Tuhan, ga ngerti deh..

Niatnya, kalau rumah di ciputat udah laku, mau nabung dulu aja. Kumpulin sumber daya untuk nyari rumah di dekat Jakarta. Kalau KRL kayak gini terus, sungguh ga sanggup.ÂÂ

Ongkos perjalanan yang sangat mahal (ditambah ojek dari stasiun ke kantor, karena ga ada kendaraan umum) + waktu tempuh yang lama banget + ketidaknyamanan yang menjadi-jadi  membuatku harus berfikir 1000x deh kalau mau nyari rumah lagi...

Kamis, 22 September 2011

Going Thirty

Malam menjelang ulang tahun ke 30, sekitar pukul 11 malam...
Ketika ngelonin adik yg lagi agak2 gelisah, tiba-tiba abang  (3thn6bln) lari-lari ke kamar sambil nyodorin:
1. Laptop mainan
2. Boneka bola kaki
3. Kereta thomas
4. Lingkaran donat2an
5. Kubus abjad
sambil bilang: "bunda,ini buat bunda" setiap kali nyerahin benda2 itu satu persatu.

Aku tanya: "kok dikasih ke bunda,Nak?"
Dia jawab: "ini kado,ini kado semua,kado dari apis. Besok beli kue juga"
Aku tanya: "kado apa Nak?"
Dia jawab: "semuaaa kado ulang tahun Bundaa!"

What?? Subhanallah... Terharu plus ternganga. Masalahnya dari kemarin2 plus hari ini, demi Allah, tak satupun ada pembahasan ttg Ulang Tahun Bunda...

Bahkan rasanya semua orang lupa,saking banyaknya permasalahan akhir2 ini. Bahkan rasanya akupun nyaris ga ingat...

Lalu bagaimana dia bisa tahu? Ataukah sesungguhnya dia tidak benar2 mengerti,namun Allah menggerakkan badan dan mulut kecil itu untuk melakukan hal2 yang sungguh mengharukan.

Nak, engkau sungguh hadiah yang luar biasa...

Setelah adiknya tidur,masih penasaran,lagi2 aku tanya si abang pelan2.
"Nak, ini semua kenapa dikasih ke Bunda?"
"Itu kado dari apis"
"Kado apa?"
"Ulang tahun Bunda. Besok apis belikan kue"
"Tapi, abang tau dari mana bunda ulang tahun?"
Dia cuma nyengir..trs cium tangan, peluk bantal, dan merem.

Anakku sayang, kalian bukan hanya 'sekedar' Cahaya Mata. Namun kalian adalah matahari bagi jiwa bunda...

Kamis, 18 Agustus 2011

Menoleh ke Belakang

Tahun ini berat juga ya ^_^
Menjelang usia 30 tahun, rasanya ujian begitu bertubi-tubi, terutama sejak bulan May 2011 ini. Bertubi-tubi dan menghantam dari segala sisi.
Dan semua yang dihantam adalah sisi-sisi terlemahku. Tidak hanya di satu titik tapi di banyak titik. Ada beberapa saat di dalam hidup ini ketika rasanya beban-beban itu tak tertanggungkan lagi.  Saat dimana bahu ini rasanya tak kuat lagi memikul semuanya.

Dulu, rasanya, seberat apapun persoalan,  selalu merasa yakin bahwa aku akan sanggup hadapi itu. Dan setiap hari  merasa semakin kuat hadapi hidup ini. Selalu yakin akan ada jalan keluar. Barusan coba renungi masa lalu. Telaah persoalan-persoalan hidup. Dimana aku selalu bisa bangkit. Kenapa sekarang rasanya tidak bisa? (Ah, lebay nih akyuuuu… :P)

Ketika susah punya seragam baru pas SMA, aku cuek aja make baju-baju bekas dari orang tua muridnya Ibu. bahkan nama pemilik lamanya tak aku copot sebab kuatir bajunya sobek. Bagi beberapa temanku saat itu, ini adalah masalah. Bagiku tidak.  Make baju bekas kan ga’ dosa. Saat itu aku punya pandangan baru bahwa, hal-hal yang bagi orang terlihat sulit, ternyata saat kita jalani dengan lapang hati, insyaAllah ga berat. Maka lewatlah masa-masa SMA dengan seragam-seragam bekas. Rok-rok bekas yang harus dipeniti disana sini. Ada yang kependekan, kegombrongan. Baju-baju dengan label nama orang-orang yang tak aku kenal. Alhamdulillah tak mengurangi prestasi belajar.

Pun, ketika kuliah di Bandung. Saat uang kiriman dari kampung ternyata seringkali tak cukup. Alhamdulillah selalu banyak jalan keluar. Ketemu teman2 sekampung yang tak segan-segan minjemin duit. Dapet kos yang memungkinkan untuk jalan kaki ke kampus. Ketemu kontrakan sesama suku yang membolehkanku bergabung dengan sistem ’saweran uang masak’ yang sangaaat menghemat pengeluaran. maka hari2 kembali dijalani dengan gembira. setiap 1000 rupiah sungguh berharga kala itu. Subhanallah…

Kemudian Allah berikan aku rejeki untuk lanjutkan kuliah di Singapore dengan beasiswa penuh.  Sadar sekali bahwa itu semata karena kasih sayang Allah. Sebab jika mau jujur, banyaaak sekali yang lebih pintar kala itu, baik di atas kertas maupun secara praktek. Hanya kasih sayang Allah lah yang membuatku bisa terbang ke Singapura. KasihNya dan do’a-do’a ibunda. Maka kuhadapi kembali hari-hari seru di perantauan. Alhamdulillah selama di sana tak pernah lagi ada masalah keuangan. Mulai bisa tersenyum mengingat saat2 di Bandung, ketika uang kiriman tak kunjung datang padahal duit di kantong tinggal 5rb saja. Masa-masa bahagia  ketika bisa survive kala itu dengan seribu rupiah perhari…

Kemudian lulus kuliah. Masa-masa mencari kerja agak sulit. Cukup lama menganggur dan uang tabungan mulai habis. Maka suatu ketika aku pasrah untuk meninggalkan Singapura dan balik ke Indonesia. Kerja apapun sepanjang tidak merepotkan ortu dan bisa survive hidup mandiri. Ketika tiket pesawat sudah di tangan, sudah menuju bandara, sudah ikhlaskan diri ke Jakarta tanpa benar2 mengerti hendak kemana, tiba2 sebuah instansi di Singapura menelpon, mengabarkan bahwa aku diterima bekerja di sana. Maka kembalilah aku ke Singapura. Kembali aku rasakan kasih sayang Allah. Kembali aku merasakan bahwa tanpa Nya, sungguh diri ini lemah…

Kemudian episode-episode hidup silih berganti. Aku kembali berikhtiar untuk kembali ke Jakarta, diantaranya karena alasan-alasan emosional. Hijrah ke Jakarta di 2006 dan kembali lanjutkan babak-babak kehidupan seorang diri. Lingkungan baru, teman-teman baru, suasana kerja baru, suasana ibadah yang baru… Hidup sungguh penuh warna..

Kemudian menjadi istri, menjadi ibu… subhanallah..

Episode hidup kembali bergulir. Ada tawa, tangis, suka dan duka. Semuanya berganti-ganti. Namun persoalan apapun yang menerpa, rasanya selama ini tangan-tangan ini masih kuat menggenggamnya. Bahu-bahu ini masih kuat menopangnya. Kaki ini masih kuat menapakinya. Semua tarbiyah Allah selalu kurasakan sebagai bentuk kasih sayangNya untuk melecut, untuk menegur, untuk menempa. Menempa fisik ini agar semakin kuat, menempa hati ini agar semakin tegar dan menempa jiwa ini agar semakin kokoh. (hehehe sok tegar… )

Tapi,
baru kali ini , baru 3 bulan ini, aku benar2 belum bisa pahami ujian yang sedang Allah berikan. Baru kali ini rasanya lutut ini goyah, hati ini koyak, jiwa ini remuk. Dan sudah berbulan-bulan mencari jawaban, masih juga belum kutemukan penawarnya. Aku musti gimana ya? :). Serius deh, kali ini bingung banget.  Hasilnya nafsu makan meningkat, badan tambah gemuk hehe. Kebiasaan buruk neeeh… Payah deh unisa… ^_^

Aku masih tak paham, apakah ini ujian, teguran atau adzab. Aku masih tak mampu temukan penawarnya. Bahkan setelah berikhtiar menengok ke belakang, menggali obat-obat penawar, masih juga tak kutemukan cara membasuh hati, membebat luka, menyegarkan jiwa.
Lalu apa yang harus kulakukan, wahai Rabb yang menggenggam jiwaku…

Rabu, 17 Agustus 2011

Cobaan

Allah..
bertubi-tubi ujian yang kau turunkan akhir-akhir ini sungguh terasa berat.
Tak jarang rasanya terlalu susah hadapinya..

Aku juga tak mampu definisikan, apakah ini ujian, teguran atau jangan-jangan adzab? Termasuk kategori yang manakah ini?

Jika ini ujian, kumohon jangan engkau uji lagi lebih berat daripada ini. Engkau pasti Maha Tahu seberapa kuat lengan-lenganku menahan ini. Dan bahwa terkadang mulai terasa goyah.
Jika ini teguran, sungguh akan kuperdalam lagi muhasabah-muhasabah ini. Akan kutelaah lautan-lautan dosa ini. Celah-celah maksiat yang mana yang harus aku tinggalkan dan amalan-amalan apa yang telah aku lalaikan.
Jika ini adzab, sungguh aku mohon ampun. Aku tahu bahwa hanya Engkau yang tidak akan pernah menolak permohonan maaf, permohonan ampun dan sungkuran sujud...

Selasa, 02 Agustus 2011

Musibah


Allahumma'jurna fi mushibatina wakhluf lana khairan minha...
Ya Allah pahalakan musibah kami & gantilah yang lebih baik darinya...
Ya Allah hadirkanlah ketenangan ke dalam jiwa kami, hilangkan perasaan was-was, takut dan putus asa dari hati kami....

Jumat, 22 Juli 2011

Salam Pagi

Berdiri disana, di perempatan itu.
Sepertinya marah benar pada macet yang tak kunjung pudar.
Bagiku...
Masih sama, seperti 7 tahun yang silam

Minggu, 22 Mei 2011

Muslimah Hebat Itu Telah Tiada

Sabtu kemarin, 21 May 2011, Ustadzah Yoyoh Yusroh meninggal dunia. Penyebab meninggalnya adalah kecelakaan lalu lintas sepulang dari menghadiri wisuda anak tertuanya. Sedih sekali mendengar berita tersebut. Walaupun sama sekali belum pernah bertemu beliau, namun aku sering sekali mendengar kisah-kisah keteladanan dari Daiyah berputra 13 ini. Mulai dari sifatnya yang tawadhu, sederhana, tidak suka mengeluh, kepeduliannya terhadap sesama, sampai metode pendidikannya terhadap anak-anaknya yang diantaranya telah sukses menghantarkan beberapa dari mereka menjadi Hafidz Qur'an seperti halnya beliau.

Aku malu mendengar cerita bahwa disela kesibukannya sebagai Daiyah dengan segudang amanah yang diembannya beliau masih sempat membaca minimal 3 juz Qur'an setiap harinya, beliau masih mampu menjaga hafalan Qur'an nya. Subhanallah. Jadi malu, baru punya anak 2, jangankan menambah hafalan, menjaga hafalan yang segelintir aja rasanya susah bener.

Nama beliau semakin harum setelah beliau meninggal. Begitu banyak tulisan-tulisan dan testimoni tentang jejak langkah yang telah beliau goreskan. Begitu banyak air mata haru melepas kepergian beliau. Ribuan orang yang tumpah ruah mengantar beliau ke tempat peristirahatan terakhir. Ribuan orang ingin ikut mensolatkan beliau dan sholat ghoib yang digelar di mana-mana.. Subhanallah... Betapa kualitas seseorang selama meninggal dapat dilihat dari suasana ketika beliau meninggal dunia.

Selasa, 10 Mei 2011

Remuk - hari ke-2

Kaki ini semakin teguh menopang fisik dan jiwa yang koyak.
Walau setiap langkah sungguh pahit, namun bukankah kita cuma punya 1 pilihan terhadap setiap persoalan hidup?
yaitu : Maju terus !

Malu dengan usia jika terus-terusan meratapi kepiluan dengan lagu-lagu syahdu. Buat apa?
Kenapa tak cari saja penawar luka, meskipun bekasnya akan tetap ada selamanya.
Jika kemarin setiap hentakan nafasku menjelma menjadi hunjaman seribu jarum menusuk qalbu, mungkin saat ini tinggal 750 jarum. Perihnya masih sama.

Tapi, adakah badai yang tidak berlalu? Satu-satunya pertanyaan adalah. Berapa lama aku mampu hadapi ini. Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mengubah 750 jarum itu menadi 1 atau bahkan nol? Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk bisa melihat jejak luka itu kelak sambil tersenyum dan tidak lagi menangis? Kemudian berucap lega : "Oh Allah, sungguh luar biasa tarbiyahMu..."

Kapan? Berapa bulan? Berapa Tahun? atau, berapa puluh Tahun lagikah?

Senin, 09 Mei 2011

Remuk - Hari 1

Jika aku ini kaca, maka aku sudah  pecah berkeping-keping...
Jika aku ini daun, aku sudah koyak berderai-derai...
Jika aku ini baja, aku sudah hancur menjadi puing...
Sungguh aku telah hancur. Remuk redam. Sedu sedan.
Aku telah hancur di sisi terlemah seorang wanita...

Minggu, 24 April 2011

Dinner di Bandar Jakarta

Akhir maret kemarin (2011)  tiba-tiba Abah ngajak Bundo ke Bandar jakarta, yaitu sejenis restoran seafood di ancol (di pinggiran pantai) yang terkenal kelezatannya. karena rutenya cukup jauh dari Ciputat, Bunda sempat agak ragu karena kasihan anak-anak nanti kecapean. Maklum kita kan ga punya mobil, so harus gonta ganti kendaraam umum berkali2 yang tidak semuanya nyaman.

Eh rupanya Abah merencanakan acara ini hanya untuk berdua saja. Selain jauh, rute yang akan ditempuh juga tidak nyaman untuk anak-anak. Selain itu memang sejak punya anak belum pernah bepergian berduaan ke suatu tempat dengan tujuan cuma untuk makan dan ngobrol, jadinya Bundo dan Abah pergi ke Ancol.

Karena daerahnya jauh, kami memutuskan naik kereta api dulu. Bukan karena murahnya saja tapi karena waktu yang ditempuh akan jauuuuuh lebih hemat. Bayangkan, untuk mencapai tanah abang dengan bis/angkot bisa memakan waktu 2-3 jam, tapi dengan kereta cuma 30 menit saja. Namun dunia perkereta-api-an di waktu wik en tidak begitu ramah. Tidak ada kereta express dan sangat jaraaang ekonomi AC, bahkan KRL ekonomi biasa pun jarang.

Terpaksa deh kami naik kereta Diesel. Ternyata ga nyaman banget, bau aneka rupa, sumpek dan pedagang hilir mudik kesana kemari, nyenggol sana sini. Namun ya begitulah kondisi perkereta-apian di Jakarta. Ga bisa berharap banyak.

Akhirnya petualanganpun dimulai. Lama-lama kondisi yang ada dinikmatin aja. Untungnya jendela2 terbuka lebar so angin segar bisa menghambur masuk ke seantero ruangan. Kita turun di daerah Angke, dan kemudian bingung gimana nyambung ke Ancolnya. Dari Angke naik angkot yang brenti di daerah Asemka, dan dari sana akhirnya naik taksi ke Ancol tuk mencapai restoran.

Makanannya lumayan enak. Apalagi ikan, cumi dan seafood lainnya masih hidup ketika siap untuk dimasak. Segar lah pokoknya mah. Asyik sekali melewatkan early-dinner berdua sambil memandang suasana restoran yang rame serta melayangkan pandangan ke panorama lautan (yang menjorok ke daratan) dengan batas pandangan nun jauh ke samudra lepas. Indah sekali.

Suasana makin seru ketika Abah kemudian menyewa perahu yang memang biasa dipakai untuk keliling2 teluk, hanya untuk kami berdua saja. Bukannya mau sok romantis, emang karena pengunjung yang lain lagi pada asyik makan dan rombongan pelancong lainnya baru selesai muter2in teluk naik perahu yang lain. Harga sewa perahu ga terlalu mahal, satu perahu gede (kapasitas 15 orang) boleh disewa 50rb saja...

Namun seindah2nya bepergian berdua, tetep aja Bundo kangen anak-anak. Seribet apapun amunisi yang harus dibawa tiap kali ngajak mereka namun itu ga ada apa2nya dibanding kebahagiaan bisa menghabiskan waktu bareng anak-anak... precious banget dah pokoknya mah..

Pulangnya, kami naik taksi dari Ancol ke stasiun tanah Abang trus naik kereta ekonomi (soalnya yang Ac belum datang). Asyik juga naik kereta ekonomi, walau tanpa AC tapi ruangannya cukup lega. Cuma Rp.1500 saja, dan jauh lebih nyaman daripada kereta Diesel. banyak banget pedagang hilir mudik, dan bundo pun kalap belanja di atas kereta ekonomi hehe. Ngeborongin jepitan, peniti2, jarum2, sisir2 kecil sampe sebarek2  mainan anak2 yang murah meriah...

Nah gitu dulu deh kisahnya. 

Selasa, 29 Maret 2011

Abang 3 Tahun


Alhamdulillah, bulan Maret ini abang genap berusia 3 tahun. Ini artinya udah 3 tahun abangmenebarkan keceriaan di hari-hari Abah dan Bundo. Demikian juga dedek yang bulan ini berusia 1 tahun 5 bulan. Bundo dan Abah selalu doakan semoga keduanya jadi anak sholeh, rajin, santun dan membanggakan.

 Nak, sebagaimana nama yang Abah dan Bundo pilihkan untk engkau, teriring do'a supaya engkau menjadi anak yang sholeh, pintar dan menjadikan Hafidz Qur'an sebagai salah satu pilar kehidupan. Nama ini Bundo pilihkan jauh-jauh hari bahkan jauuuh sebelum Bundo ketemu Abah. Nama ini Bundo pilihkan suatu masa ketika Bundo pernah ditempa oleh wanita-wanita sholehah nun di negeri temasek sana untuk mencintai Qur'an, menghafal Qur'an sebanyak-banyaknya. Ketika Bundo merasakan bahwa ayat-ayat Qur'an yang Bundo hafal, bukanlah sekedar hafalan biasa. Namun seperti yang dijanjikan Allah, hafalan itu kemudian menjadi penjaga, menjadi Hafidz bagi setiap hal yang Bundo lakukan.

Dan Bundo seringkali merasakan hafalan tsb turun drastis bahkan banyak yang hilang ketika Bundo kemudian mengalami penurunan kualitas keimanan atau mendekati maksiat. Hafalan Qur'an bundo yang tidak seberapa itu kemudian seolah menjadi alert, menjadi warning ketika bundo mulai 'melenceng'. Lalu kemudian Nak, Bundo menjadi takjub dengan kekuatan Hafalan Qur'an, dengan efek yang dia timbulkan dan dengan peringatan-peringatan yang muncul secara alami. Bundo kemudian menjadi bertekad untuk menghafal sebanyak-banyaknya. Namun kemudian hal ini justru terhenti setelah Bundo semakin sibuk dan semakin sibuk dengan urusan duniawi. Sungguh banyak pembenaran. Sungguh terlalu banyak alasan dan pembenaran. Dan bahkan ketika ini ditulis, sudah lama sekali ketika ayat terakhir 'bertambah' ke dalam koleksi hafalan Bundo. Sudah terlalu lama.

Nak, itulah kenapa Bundo acapkali tertegun setiap kali bersama engkau. Namamu dan kehadiranmu mengingatkan selalu kepada cita-cita yang pernah Bundo ikrarkan dengan sangat kuat. Namun sekarang sungguh Bundo perlu usaha keras untuk kembali meneguhkan cita-cita dan semangat itu. Bundo masih bisa membayangkan sudut-sudut Singapura ketika Bundo menghafal surat-surat tertentu. Mulai dari MRT, Bis, Asrama, kantor, mushola bahkan ketika berjalan kaki. Namun Bundo tak mampu membayangkan sudut-sudut Jakarta yang mengingatkan Bundo thdp hafalan surat apapun. Karena sungguh telah lama sekali ia tidak bertambah.

Nak , dibalik segala kekurangan dan ketidaksempurnaan ini, Bundo tetap meniatkan dan berusaha keras agar hafalan-hafalan ini kembali kokoh dan kembali bertambah. Bundo juga berdo'a semoga Allah memberikan bundo usia yang penuh berkah sehingga Bundo mampu mendidikkalian menjadi pribadi-pribadi sholeh yang tidak hanya sibuk mengejar dunia namun juga sibuk membangun istana di Surga. Sungguh kalian anak-anakku, adalah amanah luar biasa yang Allah titipkan bagi kami. Yang harus kami  jaga dan didik untuk menjadi pribadi-pribadi yang menakjubkan.

Sungguh kalian anak-anakku, adalah cerminan prilaku dan akhlak kami, sehingga harus selalu kami berikan contoh teladan yang baik.

Doa Nabi Zakaria Surah Ali-Imran[3]:37-38 "... Rabbi habli dzurriyyatan thayyibah, innaka samii'ud du'aa' ..." "... Wahai Rabb ku, berilah aku dari sisi-Mu keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa ..."

 Doa Nabi Ibrahim 'alayhissalam QS.Ash Shaaffaat : 100 "Rabbi habliy minashshaalihiin" (Tuhanku anugerahkanlah kepadaku [seorang anak] yang termasuk orang2 yang shaleh)

Jumat, 04 Februari 2011

Ada Acik Dari Padang

Alhamdulillah, udah 10 hari ini rumah kito lagi ruame ruamenya. Padahal cuma ada tambahan 2 tamu aja, tapi ramenya udah kayak 10 orang.

Ada acik dateng dari Padang (om nya Bundo yang kecil). Anak-anak nampaknya makin ceria karena suasana rumah jadi rame dan makin hangat. Sayangnya selasa depan udah pada balik lagi ke Padang... kapan2 kesini lagi yaa :)

Selasa, 01 Februari 2011

Bundo Kursus!

Awalnya Bundo udah ga terlalu tertarik mikirin yang namanya 'melanjutkan S2' ke Luar Negeri. Bagi bundo hari-hari yang dijalani belakangan ini (terutama setelah pindah direktorat, pindah rumah dan hadirnya adik) rasanya sudah cukup sibuk. Bundo masih belajar keras membagi waktu agar semuanya dapat berjalan lancar. Menjadi wanita karir yang sukses sekaligus menjadi istri dan ibu hebat tersayang, sungguh masih jadi PR berat bagiku.

Ketika satu persatu teman2 di kantor mulai diterima kuliah di universitas2 sangat bergengsi di luar negeri, terus terang ada perasaan ingin yang sangat kuat. Melonjak-lonjak menderas dan menderu-deru akal. Bundo juga ingin seperti mereka dan rasanya juga mampu seperti mereka.

Namun kemudian keinginan itu selalu menguap setiap kali pulang ke rumah bertemu anak-anak. Melihat wajah-wajah rindu mereka menungguku di pintu rumah. Melihat aksi-aksi mereka memamerkan kepandaian-kepandaian barunya. Melihat mereka berebut rebut mencari perhatian, saat Hanif menarik-narikku dengan ribut atau bahkan ketika abang memeluk bundo dalam diam. Penuh rindu. Bagaimana mungkin waktu ini harus terbagi lagi untuk kuliah?

Ya Tuhan, Bundo memang capeeeek sekali naik turun angkot, kereta, ojek, rapat, bekerja dst dst namun hati ini makin sedih kalo inget bahwa anak-anak tentu lebih capek lagi bertanya-tanya dan menunggu bundo mereka pulang. Waktu efektif bersama mereka cuma beberapa jam sehari. Bundo sudah berangkat jauh sebelum mereka bangun dan pulang ketika mereka sudah bersiap tidur.

Abah-lah yang kemudian datang dengan segudang motivasinya. Bahwa menurut Abah bundo penuh potensi untuk meneruskan sekolah ke higher degree. Bahwa bundo seharusnya menjadikan anak-anak sebagai penyemangat. Bahwa kondisi ini seharusnya bundo jadikan tantangan untuk meningkatkan kualitas diri dari segi manajemen waktu dan kedisiplinan,kalau perlu kurangi waktu tidur. Bahwa kuliah mestinya tidak lebih sibuk daripada bekerja, bahkan bundo bisa bertemu anak-anak lebih sering karena tidak harus 'menghilang' dari rumah from 6am to 8.30pm. Bahwa Abah sangat mendukung setiap tahap yang akan Bundo lewati. Bahwa Abah sangat percaya bahwa sesibuk apapun bagi Bundo anak-anak tetap yang utama. Bahwa Abah akan melakukan yang terbaik untuk kelancaran tugas-tugas bundo. Bahwa abah akan selalu mendoakan dan mendukung bundo. Bahwa seiring dengan proses panjang fase-fase persiapan untuk sekolah maka anak-anak akan beranjak besar (proses menuju sekolah kadang memakan waktu 2 tahun)

Setelah perenungan dan diskusi yang panjang, dengan argumen2 ketidak yakinan yang selalu bisa ditegakkan kembali oleh Abah, akhirnya aku mantap memulai fase ini dari awal, yaitu menyiapkan diri untuk sertifikasi Bahasa Inggris.

Maka dalam 5 minggu ini Bundo kursus di kuningan. Keluar kursus jam 7pm kemudian harus segera naik ojek ke tanah abang untuk mengejar kereta pukul 7.40pm. Alhamdulillah sejauh ini lancar dan tidak sesulit yang dibayangkan. Sesampainya di rumah setiap detik waktu berharga bundo habiskan bersama anak-anak. Walau cuma beberapa jam. Selama wik en Bundo juga membuat program-program khusus bersama anak-anak.

Perasaan bersalah masih terus mendera setiap hari, setiap meninggalkan rumah. Entah itu demi pekerjaan, demi kursus atau untuk mencari kebutuhan rumah tangga. Rasanya bundo ingin di rumah saja 24 jam, bersama mereka. Namun secara finansial kondisi kita memang belum memungkinkan untuk itu.

Minggu lalu teman kajian Muslimah di kantor adalah tentang 'Tarbiyatul Aulad', dan hati ini rasanya makin tersindir. Bundo berharap keputusan untuk memulai tahapan 'sekolah lagi' ini adalah keputusan yang tepat, dan bundo coba jalani ini dengan bijak.

Bagaimanapun, anak-anakku, senyum dan bahagia kalian adalah segala-galanya di atas apapun di dunia ini.... sekali lagi, semoga ini keputusan yang tepat

Jumat, 21 Januari 2011

Pindah Rumah

Sejak 1 Januari 2011 Alhamdulillah kami sekeluarga dah bisa pindah nempatin rumah baru di daerah ciputat. Otomatis banyak hal yg berubah dalam keluarga kita. Bundo yang biasanya cuma perlu 15-20 menit buat ke kantor naik motor, sekarang harus naik kereta tiap hari. Abah yang biasanya mudah dan cepat sekali mencapai tempat-tempat pertemuan bisnis, rekanan atau meninjau usaha sekarang harus menyediakan waktu ekstra buat di perjalanan (mengingat Abah jarang sekali naik kereta).

Nenek dan anak-anak yang tadinya punya banyak sekali tetangga dan teman-teman main di daerah Setiabudi, tiba2 harus berada di dalam komplek perumahan kecil yang bahkan baru dihuni oleh 5 rumah. Sisi positifnya anak-anaknya jadi lebih terkontrol masalah 'jajan sembarangan'.

Bundo juga harus membuat perencanaan yang baik terkait barang2 kebutuhan rumah tangga, seperti susu, sayur-sayuran, bahan masakan, makanan anak-anak dan barang2 consumable lainnya mengingat butuh usaha ekstra untuk ke pasar, ke alfamart bahkan sekedar ke warung. Dulu ke pasar basah tinggal jalan kaki 100m, ke warung tinggal jalan 15m, alfamart dimana2. Sekarang kalo mau ke pasar harus naik angkot sekali. Ruko-ruko di depan kompleks juga belum pada beroperasi...

Bundo dan Abah sibuk sekali dalam urusan rumah ini. Mulai dari renovasi rumah (nambah kamar dan taman), beli2 perabotan inti (seperti lemari penyimpanan, kitchen set sederhana), peralatan2 elektronik, peralatan rumah tangga, bersih2, beli rumput, teralis, gorden... waaah seruu deh pokoknya...

Walaupun rumah sederhana, rasanya bahagia banget alhamdulillah. Beda lah rasanya bersih2 dan benerin rumah sendiri daripada kontrakan. Udah gitu tahu sendiri kan biaya kontrakan di pusat Jakarta mahalnya luar biasa. Bundo dan Abah ngontrak dari 2007 sd 2009, kalo diitung2... hadooooh lumayaaan banget deh bikin bangkrut hehe.

Alhamdulillah anak-anak kooperatif banget, subhanallah deh anak-anak sholih Bundo ini :), justru di rumah baru malah makin anteng. Adiktidurnya nyenyak banget kalo malam, alhamdulillah. Padahal di Setiabudi dulu adik selalu bangun hampir tiap jam, dan menangis... baru tidur lagi setelah ditimang-timang. Abang juga tidur lebih nyenyak, makan lebih lahap walau masih belum terlalu banyak...

Bundo dan Abah memutuskan ga beli2 dulu perabotan2 seperti kursi tamu, meja makan, lemari2 pajang. Biarkan aja dari ruang tamu sampe ke taman belakang plong dan kosong, supaya anak-anak seneng mondar mandir main-main di rumah. Mereka nampak lebih bahagia, biasanya terkurung di kontrakan berukuran 3.5mx10m, sekarang sudah lebih leluasa. Rumah kami tidak terlalu besar, tapi karena nyaris tidak ada perabotan makanya anak-anak lebih bebas bermain...

Saat ini kita sekeluarga masih penyesuaian dengan lingkungan baru, semoga betah terus dan barokah rumah baru kita. amiiin :)