Jumat, 04 Februari 2011

Ada Acik Dari Padang

Alhamdulillah, udah 10 hari ini rumah kito lagi ruame ruamenya. Padahal cuma ada tambahan 2 tamu aja, tapi ramenya udah kayak 10 orang.

Ada acik dateng dari Padang (om nya Bundo yang kecil). Anak-anak nampaknya makin ceria karena suasana rumah jadi rame dan makin hangat. Sayangnya selasa depan udah pada balik lagi ke Padang... kapan2 kesini lagi yaa :)

Selasa, 01 Februari 2011

Bundo Kursus!

Awalnya Bundo udah ga terlalu tertarik mikirin yang namanya 'melanjutkan S2' ke Luar Negeri. Bagi bundo hari-hari yang dijalani belakangan ini (terutama setelah pindah direktorat, pindah rumah dan hadirnya adik) rasanya sudah cukup sibuk. Bundo masih belajar keras membagi waktu agar semuanya dapat berjalan lancar. Menjadi wanita karir yang sukses sekaligus menjadi istri dan ibu hebat tersayang, sungguh masih jadi PR berat bagiku.

Ketika satu persatu teman2 di kantor mulai diterima kuliah di universitas2 sangat bergengsi di luar negeri, terus terang ada perasaan ingin yang sangat kuat. Melonjak-lonjak menderas dan menderu-deru akal. Bundo juga ingin seperti mereka dan rasanya juga mampu seperti mereka.

Namun kemudian keinginan itu selalu menguap setiap kali pulang ke rumah bertemu anak-anak. Melihat wajah-wajah rindu mereka menungguku di pintu rumah. Melihat aksi-aksi mereka memamerkan kepandaian-kepandaian barunya. Melihat mereka berebut rebut mencari perhatian, saat Hanif menarik-narikku dengan ribut atau bahkan ketika abang memeluk bundo dalam diam. Penuh rindu. Bagaimana mungkin waktu ini harus terbagi lagi untuk kuliah?

Ya Tuhan, Bundo memang capeeeek sekali naik turun angkot, kereta, ojek, rapat, bekerja dst dst namun hati ini makin sedih kalo inget bahwa anak-anak tentu lebih capek lagi bertanya-tanya dan menunggu bundo mereka pulang. Waktu efektif bersama mereka cuma beberapa jam sehari. Bundo sudah berangkat jauh sebelum mereka bangun dan pulang ketika mereka sudah bersiap tidur.

Abah-lah yang kemudian datang dengan segudang motivasinya. Bahwa menurut Abah bundo penuh potensi untuk meneruskan sekolah ke higher degree. Bahwa bundo seharusnya menjadikan anak-anak sebagai penyemangat. Bahwa kondisi ini seharusnya bundo jadikan tantangan untuk meningkatkan kualitas diri dari segi manajemen waktu dan kedisiplinan,kalau perlu kurangi waktu tidur. Bahwa kuliah mestinya tidak lebih sibuk daripada bekerja, bahkan bundo bisa bertemu anak-anak lebih sering karena tidak harus 'menghilang' dari rumah from 6am to 8.30pm. Bahwa Abah sangat mendukung setiap tahap yang akan Bundo lewati. Bahwa Abah sangat percaya bahwa sesibuk apapun bagi Bundo anak-anak tetap yang utama. Bahwa Abah akan melakukan yang terbaik untuk kelancaran tugas-tugas bundo. Bahwa abah akan selalu mendoakan dan mendukung bundo. Bahwa seiring dengan proses panjang fase-fase persiapan untuk sekolah maka anak-anak akan beranjak besar (proses menuju sekolah kadang memakan waktu 2 tahun)

Setelah perenungan dan diskusi yang panjang, dengan argumen2 ketidak yakinan yang selalu bisa ditegakkan kembali oleh Abah, akhirnya aku mantap memulai fase ini dari awal, yaitu menyiapkan diri untuk sertifikasi Bahasa Inggris.

Maka dalam 5 minggu ini Bundo kursus di kuningan. Keluar kursus jam 7pm kemudian harus segera naik ojek ke tanah abang untuk mengejar kereta pukul 7.40pm. Alhamdulillah sejauh ini lancar dan tidak sesulit yang dibayangkan. Sesampainya di rumah setiap detik waktu berharga bundo habiskan bersama anak-anak. Walau cuma beberapa jam. Selama wik en Bundo juga membuat program-program khusus bersama anak-anak.

Perasaan bersalah masih terus mendera setiap hari, setiap meninggalkan rumah. Entah itu demi pekerjaan, demi kursus atau untuk mencari kebutuhan rumah tangga. Rasanya bundo ingin di rumah saja 24 jam, bersama mereka. Namun secara finansial kondisi kita memang belum memungkinkan untuk itu.

Minggu lalu teman kajian Muslimah di kantor adalah tentang 'Tarbiyatul Aulad', dan hati ini rasanya makin tersindir. Bundo berharap keputusan untuk memulai tahapan 'sekolah lagi' ini adalah keputusan yang tepat, dan bundo coba jalani ini dengan bijak.

Bagaimanapun, anak-anakku, senyum dan bahagia kalian adalah segala-galanya di atas apapun di dunia ini.... sekali lagi, semoga ini keputusan yang tepat