Minggu, 22 Mei 2011

Muslimah Hebat Itu Telah Tiada

Sabtu kemarin, 21 May 2011, Ustadzah Yoyoh Yusroh meninggal dunia. Penyebab meninggalnya adalah kecelakaan lalu lintas sepulang dari menghadiri wisuda anak tertuanya. Sedih sekali mendengar berita tersebut. Walaupun sama sekali belum pernah bertemu beliau, namun aku sering sekali mendengar kisah-kisah keteladanan dari Daiyah berputra 13 ini. Mulai dari sifatnya yang tawadhu, sederhana, tidak suka mengeluh, kepeduliannya terhadap sesama, sampai metode pendidikannya terhadap anak-anaknya yang diantaranya telah sukses menghantarkan beberapa dari mereka menjadi Hafidz Qur'an seperti halnya beliau.

Aku malu mendengar cerita bahwa disela kesibukannya sebagai Daiyah dengan segudang amanah yang diembannya beliau masih sempat membaca minimal 3 juz Qur'an setiap harinya, beliau masih mampu menjaga hafalan Qur'an nya. Subhanallah. Jadi malu, baru punya anak 2, jangankan menambah hafalan, menjaga hafalan yang segelintir aja rasanya susah bener.

Nama beliau semakin harum setelah beliau meninggal. Begitu banyak tulisan-tulisan dan testimoni tentang jejak langkah yang telah beliau goreskan. Begitu banyak air mata haru melepas kepergian beliau. Ribuan orang yang tumpah ruah mengantar beliau ke tempat peristirahatan terakhir. Ribuan orang ingin ikut mensolatkan beliau dan sholat ghoib yang digelar di mana-mana.. Subhanallah... Betapa kualitas seseorang selama meninggal dapat dilihat dari suasana ketika beliau meninggal dunia.

Selasa, 10 Mei 2011

Remuk - hari ke-2

Kaki ini semakin teguh menopang fisik dan jiwa yang koyak.
Walau setiap langkah sungguh pahit, namun bukankah kita cuma punya 1 pilihan terhadap setiap persoalan hidup?
yaitu : Maju terus !

Malu dengan usia jika terus-terusan meratapi kepiluan dengan lagu-lagu syahdu. Buat apa?
Kenapa tak cari saja penawar luka, meskipun bekasnya akan tetap ada selamanya.
Jika kemarin setiap hentakan nafasku menjelma menjadi hunjaman seribu jarum menusuk qalbu, mungkin saat ini tinggal 750 jarum. Perihnya masih sama.

Tapi, adakah badai yang tidak berlalu? Satu-satunya pertanyaan adalah. Berapa lama aku mampu hadapi ini. Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk mengubah 750 jarum itu menadi 1 atau bahkan nol? Berapa lama waktu yang kubutuhkan untuk bisa melihat jejak luka itu kelak sambil tersenyum dan tidak lagi menangis? Kemudian berucap lega : "Oh Allah, sungguh luar biasa tarbiyahMu..."

Kapan? Berapa bulan? Berapa Tahun? atau, berapa puluh Tahun lagikah?

Senin, 09 Mei 2011

Remuk - Hari 1

Jika aku ini kaca, maka aku sudah  pecah berkeping-keping...
Jika aku ini daun, aku sudah koyak berderai-derai...
Jika aku ini baja, aku sudah hancur menjadi puing...
Sungguh aku telah hancur. Remuk redam. Sedu sedan.
Aku telah hancur di sisi terlemah seorang wanita...