Kamis, 26 April 2012

Semalam di Singapura

Kayak judul lagu ya :)

Semalam di Singapura rasanya benar-benar seperti obat penawar. Walaupun cuma semalam. Menyusuri jalanan-jalanan yang aku kenal, pojok-pojok penuh kenangan dan tempat-tempat yang menjadi saksi sejarah beberapa tahapan hidup. Seharian itu juga hati ini sedikit tercerahkan bahwa dulu pernah punya masa-masa yang sangat manis, bersama teman-teman yang sungguh menyejukkan. Dan sungguh aku mencintai mereka karena Allah. Karena keberadaan mereka pernah begitu memberi arti, bahkan setelah dipisahkan jarak dan waktu.

Bayangkan bahagianya hati ini bertemu mereka. jangankan berjumpa fisik, selama ini sekedar mengenang memori-memori lama atau sekedar saling berbalas kabar saja sudah begitu membahagiakan hati. Apalagi berjumpa mereka secara fisik. Memang benar bahwa persaudaraan itu tidak hanya terbatas pada ikatan darah.

Sore harinya alhamdulillah berkesempatan mengikuti acara bukber di KBRI, dan tak disangka-sangka jumpa banyak sekali sahabat di sana. Ada yang katanya sengaja datang ke KBRI karena ingin berjumpa. Subhanallah, pertemuan yang singkat namun sangat menyejukkan jiwa. Rasanya ingin menghentikan waktu.

Tak terasa sudah 11 tahun sejak hari pertama aku mengenal mereka, dan tentunya sudah banyak yang berubah. Ada yang udah pada repot dengan anak-anak masing-masing, dengan pasangan masing-masing, atau dengan kisah-kisah masing-masing. Senyum-senyum itu masih sama, pelukan hangat itu masih sama, bahkan binar mata, cara bicara dan joke-joke yang masih sama.

Rindu sekali..
Senyuman yang tersirat di bibirmu
Menjadi ingatan setiap waktu
Tanda kemesraan bersimpul padu
Kenangku di dalam doamu
Semoga... Tuhan berkatimu
Tak terasa malam menjelang, dan satu persatu kami harus saling pamit. Berat sekali rasanya, tapi memang kita tidak bisa terus-terusan tenggelam dalam nostalgia. Banyak sekali saling bertukar cerita, ada sedih ada bahagia. Di dalamnya insyaAllah terselip do'a do'a.

Sekitar pukul 10.30 PM Singapore time, tak terasa tinggal aku, my rumie semasa di hall 9 si penggemar Banmian serta bumil penggemar kucing yang jago masak. Kami ber-3 dulu pernah jadi juara-3 di Muslimah-Only-Competition unuk urusan tari menari, saat itu kami membawakan tari piring ^_^.

Kami susuri sepanjang jalan dari KBRI menuju bus-stop. Melanjutkan kembali kisah-kisah lama yang pernah ada. Semoga saja.. ya, semoga saja, bingkai kenanganini selalu menjadi pengikat hati-hati kami. Temans, engkau sungguh tak tergantikan...

Saat harus berpisah, dan mereka hilang dari pandangan, tiba2 syair nasyid Brothers, Do'a Perpisahan, berkumandang di telingaku :
Pertemuan kita di suatu hari
Menitikkan ukhuwah yang sejati
Bersyukurku kehadap Illahi
Di atas jalinan yang suci
Namun kini perpisahan yang terjadi
Dugaan yang menimpa diri
Bersabarlah diatas suratan
Kutetap pergi jua
Kan kuutuskan salam ingatanku
Dalam doa kudusku sepanjang waktu
Ya Alloh bantulah hamba-Mu
Mencari hidayah dari pada-Mu
Dalam mendidikan kesabaranku
Ya Alloh tabahkan hati hamba-Mu
Diatas perpisahan ini
Teman betapa pilunya hatiku
Menghadapi perpisahan ini
Pahit manis perjuangan
Telah kita rasa bersama
Semoga Allah meredhoi
Persahabatan dan perpisahan ini
Teruskan perjuangan
Kan kuutuskan salam ingatanku
Dalam doa kudusku sepanjang waktu
Ya Alloh bantulah hamba-Mu
Senyuman yang tersirat di bibirmu
Menjadi ingatan setiap waktu
Tanda kemesraan bersimpul padu
Kenangku di dalam doamu
Semoga... Tuhan berkatimu</blockquote>

Senin, 23 April 2012

Vin

Tiba-tiba rasanya aku begitu bisa memahami Vin,
Saat engkau pun menjelma menjadi Ra...

[Cluster 19] Ketupat Ceker Tengah Malam di Emperan Kota Depok

Sebenarnya sudah lama denger tentang ketupat sayur plusceker ayam, di emperan jalan Nusantara, Depok. Bahwa warung itu dibuka setelah jam 12 malam, bahwa cekernya murah meriah, bahwa suasana makan tengah malam di emperan pinggir jalan sungguh mengasyikkan, bahwa temen makannya adalah aktivis-aktivis pedagang sayur di pasar. Sebenarnya sudah lama juga pingin menjajal wisata kuliner unik ini, tapi baru kemarin ada kesempatan.

Kesempatan tiba ketika jam 11 malam baru hendak pulang ke rumah dan mendapati bahwa kereta terakhir ke Depok telah berlalu. Pulang bareng sobat yang juga baru selesai rapat. Demi menghemat ongkos, kami naik Kopaja dulu ke Pasar Minggu. Kopaja masih sangat ramai, namun kami terus siaga penuh mengingat kopaja adalah sarangnya copet. Aku udah ga terlalu jagain tas, karena blackberry juga udah ilang hehehe, tas cuma berisi barang2 ga penting. Yang harus dijagain justru buku-buku barunya anak-anak.

Setelah turun di Pasar Minggu, kami kembali mendapati bahwa bis ke Depok sudah pada pulang kandang, yang tersisa cuma kendaraan Odong-odong (mereka menyebutnya begitu). Penampilannya seperti mikrolet, tapi atapnya terpal. Kalau di kampuang kami di Padang, disebutnya Cigak Baruak (ket: Cigak dan Baruak artinya sama, yaitu Monyet... hehe. ga tau juga kenapa namanya begitu, mungkin karena tadina buat ngangkut monyet2 he he he). Aku sih ga canggung2 amat naik beginian bo', karena dari kecil sampe SMP, angkutan ke kampung kami di Padang adalah model beginian. Maklum, kampung kami adalah pinggiran kota Padang.

Sekitar pukul 00.15, angkutan Odong-odong berhenti di Jalan Nusantara Depok. Persis di Warung Ketupat Ceker yang hanya menjual ketupat sayur beserta ceker dan sebuah gerobak menjual Jahe Panas. Warung emperan sudah rame.

Tadinya aku menolak makan ceker, cuma mau makan ketupat sayurnya. Kenapa? bukan karena ga suka ceker ayam. Sebagai penjual Sate Padang, dari kecil kami sekeluarga adalah Ceker Ayam Maniak!, tak ada yang lebih nikmat dari ceker ayam yang telah dilumuri bumbu2 keren racikan Abak kami di kampung, yang kemudian bersemayam beberapa jam di dalam lautan kuah sate kami yang spesial. Tapi kami tidak pernah makan ceker di tempat lain, karena kami menganut aliran bahwa Ceker Ayam di warung sate kami adalah yang paling bersih di dunia... hehehe. Yah, soalnya begini temans, ngebersihin ceker ayam itu susyeeeeee. Dan kami meragukan kebersihan ceker2 ayam di tempat lain hehehe.

Namun landasan dasar yang telah aku pegang 30 tahun pun goyah ketika dimana-mana bermangkuk2 ceker dihidangkan. Akhirnya dengan berbisik memohon ampun kepada Abak kami di Padang, aku pesanlah ceker. Pedagang cekernya yang sepertinya sempat merasa diremehkan karena aku awalnya menolak makan ceker, menimpali dengan suara keras:
"Kenape Neng? berubah fikiran yee?"
Lalu dengan bangga beliau menghidangkan semangkuk ceker yang berisi SEPULUH ceker ayam. Alamaaak, si abang kayaknya benar2 ingin memberi pelajaran kepada pengunjung yang berani2nya dari awal menolak ceker.

Tadi malam bulan purnama, nikmat sungguh menikmati hidangan2 unik ini. Beneran unik loh, kalaupun menjajal pusat kuliner di jalan Sabang Jakarta, yang ada mah Soto Ceker, kalau ketupat ceker kayak begini belum nemu sayah mah. Pengunjung sungguh ramai, terdiri dari pengendara2 motor entah dari mana, dan pedagang2 yg bersiap2 jualan sayur.

Tanpa terasa SEPULUH ceker pun ludes (catet: sepuluh!).

Menjelang pukul 01.00 pagi, nyampe dirumah dengan perut kenyang (penuh Ceker) cuma bisa melongo mendapati dedek belum tidur. Saat ditanya kenapa belum tidur, dengan santainya diapun menjawab :
"Kan hari ini belum belajar membaca sama Bunda"
Gubraks....

Maka jadilah petualangan ceker ditutup dengan menemani dedek (2thn 3bln) belajar membaca. Yang jelas sih Bundonya ketiduran duluan (sambil berharap semoga tidak mimpi dikejar-kejar ayam).
Sekian ^_

Tegarlah engkau kawan


Senin pagi, hatiku gerimis. baru dapat kabar tentang seorang sahabat yang baru saja melahirkan anak pertamanya nun jauh di sana.. Dan mendapat kabar bahwa menurut dokter bayi tsb mengalami Talipes serta Edward Syndrome.... Istilah yang belum pernah aku pahami..

Dan hati ini gerimis setelah nyari tahu tentang penyakit tsb dari Google. Hati gerimis yang menghadirkan hujan di mata ini tak berhenti-henti.. Ya Allah, ringankanlah penyakit bayinya. Ya Allah kuatkanlah hati teman kami, anugerahkan kebesaran jiwa, kesabaran yang berlipat2. Engkau tentu tahu bahwa teman kami ini terkenal dengan sifatnya yang suka menolong, ringan tangan, tanpa pamrih, dalam kondisi apapun.... Sayangilah dia, limpahi dengan sabar yang menggunung tinggi. 

Kami menyaksikan selama jaman di kos2an, betapa dia dekat padaMu. Betapa dia sering mengobarkan semangat kami untuk dekat padaMu, betapa sholat malamnya nyaris tak pernah ditinggalkan, bagaimana setiap subuh sudah mondar mandir didepan kamar nengokin kami2 yang belum sholat. Dia yang ringan tangan tanpa peduli kesusahannya. Pernah mondar mandir jam 4 pagi ke Bandara demi menemani salah satu dari kami yang pulang kampung. Senyum yang tak lepas-lepas dari wajahnya. Lisannya yang nyaris tak pernah mengeluh. 

Ya Allah, sayangi teman kami... beri dia kekuatan. Dear kawan, ingin rasanya terbang kesana memelukmu. Atau sekedar menelponmu. Tapi lisan rasanya tak sanggp, jangan2 bukannya menenangkan engkau, aku malah memperkeruh suasana hatimu. Jangan2 yg ada malah aku yang bertangis2an dan engkau yang menenangkan :(. Maafkan jika tak bisa menelponmu skrg. Kuatlah engkau kawan. Tentu Allah punya rencana mengapa engkau yang dipilihnya mengemban ini semua. Engkau yang biasa bercakap mesra denganNya, engkau yang selalu tersenyum dan sabar. Pasti Allah tak akan menyia2kan engkau kawan. 

Kuatlah engkau kawan. Bayi mungil tercinta butuh energimu, butuh ASImu. Aku mendoakan engkau kawan. Aku doakan engkau diberi sabar, tegar dan bahagia, sebagaimana pertolongan2mu selalu membahagiakan kami kawan.....

Adik dan Puzzle kertas yang rumit

Tak dapat dibendung.
Demikian yang mungkin dapat bundo lukiskan tentang perkembangan adik sejak usia 2thn sampe skrg (2thn 6bln). Semenjak bisa membaca abjad dengan lancar di bulan Februari,  terlihat mulai mencari-cari tantangan baru. Bundo yang pada dasarnya tidak pernah memaksa (malah terlalu malas untuk pasang2 target), membiarkan abang dan adik bereksplorasi dengan minat mereka masing-masing. Yang bundo lakukan cuma sedapat mungkin menyediakan perangkat2 edukatif, lalu berusaha menemani mereka belajar (saat mereka ingin) setelah pulang kantor dan sepanjang wik en.

Kenapa tak dapat dibendung?
Karena adik terang2an menunjukkan minat belajarnya lebih tinggi dibandingkan keinginan untuk bermain. Sehingga gak aneh kalau kita tahu2 mendapati dia sibuk mengeja, menulis dan menyusun puzzle berjam2.

Menyusun puzzle?
Ini juga ada kisahnya. Suatu hari di stasiun Depok Baru, Bundo ketemu ama abang2 yang jualan puzzle kertas. Ukurannya cukup besar, kepingannya pun cukup banyak dan rumit. Saat itu bundo cuma berfikir ingin mengenalkan puzzle ke abang dan adik. Tak punya target apa2.

Dan ketika puzzle kertas itu nyampe di rumah, bundo lankgsung dihujani protes. Penghuni rumah lain mengatakan puzzle itu terlalu rumit buat balita. Bahkan ada yang mengatakan kenapa bundo gak beli puzzle kayu aja, karena lebih simple dan mudah. Puzzle kayu amat sederhana, hanya sebuah papan yang dilubangi dengan berbagai macam bentuk (misal : binatang, rumah2an, kendaraan dll), lalu anak2 tinggal mencocokan kepingan puzzle dengan lubang2 yang tersedia. Menjadi simple karena petunjuknya sangat jelas, yaitu lubang2 yang saling terisolasi dengan lubang lainnya. Puzzle kertas menjadi rumit karena petunjuknya cuma garis dan satu kepingan puzzle harus nyambung dengan kepingan lainnya untuk membentuk gambaran yang utuh..

Maka begitulah diawalnya, Bundo gagal. Satu puzzle (angrybird) berhasil dihancurkan adik, yang satu lagi (Doraemon) dijadikan abang ksebagai Kipas melengkapi imajinasinya (abang masih suka berimajinasi dan keberatan menceritakannya).

Tapi tadi malam sungguh kejutan. Ketika adik tiba2 asyik merombak puzzle ke-2 (Doraemon) sambil berbicara dengan Boneka doraemonnya. Ah iya, Bundo lupa bilang kalau adik yang gendut itu sangaaaaaaaat suka doraemon. Adik punya boneka doraemon yang lebih besar dari badannya, sisir doraemon, alat makan doraemon, tas doraemon sampe abang pun kalau beli kipas harus motif doraemon (dan abang pun patuh)

Back to Puzzle... Tadi malam abang sibuk mainin HP bundo sambil berimajinasi dengan film tintin, dan adik sibuk merombak puzzle. Lalu tadaaaaa tanpa disangka2 puzzle doraemon itupun utuh. Kami semuanya cukup kaget karena sungguh menurut kami puzzle itu cukup rumit. "Lihat bunbun, dedek pintar!", kata adik dengan bangganya ketika puzzle itu jadi. Refleks ditimpali abang dengan teriakan "Abang juga pintaaaaar"

Bundo langsung deh memeluk mereka berdua, sambil ngetes kembali apa beneran adik yang menyusun puzzle itu. Dan begitulah, dari jam 8 sampe jam 11 malam adik  dengan dibantu abang menyusun dan membongkar puzzle Doraemon. Berulang-ulang, berkali-kali. Sambil sesekali teriak "Lihat! abang dan dedek pintar!".

Setelah bosan mereka berdua kembali belajar mengeja. Cuma berdua, karena abang  ingin diajari adik membaca Abjad, tanpa Bundo ^_^. Kemudian kembali mengeksplorasi HP sampai sama2 tidur memeluk boneka ulat.

Pelajaran yang Bundo ambil kali ini adalah, jangan pernah meremehkan kemampuan anak2. Selalulah beri mereka ruang untuk menggali kemampuan mereka. Adapun halnya abang, bundo tidak pernah menyalahkan kekurangan minatnya terhadap belajar membaca. Menurut bundo, definisi belajar tidak haruslah semata membaca, menulis, berhitung. Itu hanya istilah. Istilah yang disepakati. Abang punya definisi sendiri tentang belajar.Bundo yakin minat abang yang tinggi terhadap musik, lukisan dan ingatan visual abang yang kuat terhadap simbol2 juga merupakan sebuah usaha yang harus bundo gali dan hargai.

Teruslah berkembang anak2, semoga Bundo selalu diberi kekuatan untuk berusaha menjadi ibu yang baik....