Senin, 10 Oktober 2005

Bukan lukisan bulan


Lalu jari-jemari terus bergerak merangkai kalimat demi kalimat yang meluapkan segala penambahan episode-episode yang terpetakan dalam warna warni aneka rupa. Cerita adalah puisi jiwa tentang hitam putih dan gradasi. Tak selalunya bermakna harapan maupun kekecewaan. 

Dan diujungnya, di depan sana mulai juga ku melukis gambar-gambar dengan pensil dan cat air dalam kabut-kabut semu yang masih tertutup awan abu-abu. 

Di dalamnya juga masih tersisa ruang untuk sebuah nada 
Ingin kulihat engkau ada di dalamnya 

Bahkan anginpun merasa tak perlu bertanya ketika pepohonan bersabar menunggu hujan reda namun kenapa aku menduga-duga? Padahal sudah tak ada lagi ruang untuk menduga-duga.
Telah terang benderang, bukan?
Di tanganku belum ada lukisan bulan 
Hanyalah lukisan matahari senja,
... tapi ketika matahari senja tenggelam bukankah itu pertanda bintang juga mulai bersinar? 

belum ada alasan untuk lelah dan menyerah kalah akhir jaman masih lama...


//Sebuah ilusi tentang engkau.  Mimpi.. mimpi...