Saya tegaskan dalam hati bahwa:
"Ibu ada di sini..Bersama saya, walau dialog kami tak lagi sempurna..." .
Walau terkadang bisa menyebut nama panggilan kecilku dengan jelas, but I know that most of the time Ibu gak mengenali diri ini.
Banyak saat dimana Ibu seperti berada nun jauh di masa lalu, jauh sebelum kami lahir.
Sudut hati sebenarnya sedih. Melihat Ibu yg biasanya lincah ke sana ke mari hanya bisa telentang menatap langit2. Dengan daya ingat yg masih kami terka.
Namun kemudian sedih itu reda lagi setiap melihat warna warni ekspresi beliau yang buatku melebihi kemewahan dunia dan seisinya, karena itu berarti kesadarannya membaik (walau tak selalu sebanding dengan daya ingat). .
.
.
Saya tegaskan dalam hati bahwa:
"Ibu ada di sini..
Bersama saya, walau dialog kami tak lagi sempurna..." .
.
Saya bahagia melihat ekspresinya saat tersenyum ketika berdialog (walau kadang tak mampu memberi respon berupa kalimat), atau ekspresi Ibu yang kuatir karena hal kecil (misal melihat HP berceceran di lantai), atau ekspresi unik pada saat keseruan acara suapin makan, ekspresi kenyang dan mulai mengantuk, dll. .
.
Ibu ada di sini..
Bersama saya, walau dialog kami tak lagi sempurna... .
Ibu yang tegar, sebab sejak muncul kesadaran, tak pernah saya liat ekspresi sedih apalagi meneteskan air mata. .
Banyak mungkin kenangan-kenangan kami yang tak lagi Ibu ingat. Terkubur nun jauh di dalam arsip memorinya yang paling dalam.
Meski terselip harapan, semoga kenangan-kenangan yang indah dapat muncul lagi menghadirkan mentari dalam hati dan mata Ibu; namun tak ada yang lebih penting daripada memastikan Ibu menjalani setiap hari dengan perasaan bahagia (walau saya tak kan mampu memastikannya). .
.
Kemudian,
One thing for sure, kami selalu yakin bahwa salah satu pintu surga masihlah melalui keridhoan dan do'a Ibu....
Semoga keterbatasan kami dalam merawat beliau tetap hadirkan kecerian dalam dirinya, dan Allah meridhoi semuanya.
Tak ada lagi keinginan....
Itulah keinginan...
