Senin, 31 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 14]

Teko's in de Holland

Adegan 14

[Emak kuliah]
Hari pertama kuliah, dan langsung bolos karena jadwalnya sore. Segala kuliah sore dipastikan bolos karena anak2 dah pulang sekolah. So far, setahun kuliah di sini, belum ada kuliah yg diabsen (sama seperti jaman di NTU lah). Yang penting datang ujian (dan lulus, tentunya).
Ayo kita lihat seberapa membaja tekad itu, saat sadar bahwa waktu yang dimiliki sangat terbatas, karena harus dibagi dengan manajemen teko-teko.
Puluhan tahun silam sesorang pernah berkata "kalau sadar bahwa diri kita miskin dan ga punya fasilitas, belajarlah 4x lebih rajin dari anak2 lain yang punya kelebihan rejeki, jangan cengeng!". Sedikit kasar dan vulgar. Namun saat sakit, kadang kita lebih butuh pil pahit daripada permen gula.
Bapaknya teko-teko, di suatu hari yang cerah pernah berkata "saya sadar saat kecil kalo gak punya listrik di malam hari, karena itu saya melecut diri sendiri utk belajar sampai ujung tenaga, kala masih bermandi kemewahan sinar matahari. Bukan menyalahkan nasib!".
Dan pada Sang Pemimpi ada sebuah dialog : "Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu. Tanpa mimpi,orang seperti kita akan mati" (Arai, Sang Pemimpi)
Nah kita lihat bagaimana aplikasinya untuk episode hidup kali ini. Jangan sampai api itu padam karena keterbatasan keadaan. Seseorang juga pernah berkata bahwa hidup tidak memberi kita pilihan, selain terus bergerak maju dan berlari.
Kalau kata Dory di Finding Nemo : keep swimming!

Kamis, 27 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 13]

Teko's in de Holland

Adegan 13

[Tiang Listrik]

Salah 1 aktivitas yang butuh seni ternyata : ngebangunin bocah-bocah pagi hari (dan masih belum nemu seni-nya). Bolak balik bangunin dari semenjak sisa-sisa badai galau semalam mulai menguap, sampai ayam jantan bosan berkokok (anggap aja ada ayam hidup di sekitar sini). Bangun sih, tapi cuma buat ganti ganti posisi tidur, atau merengek2 bilang baterei di dalam badannya belum penuh (generasi gadget!), sampai pindah-pindah kamar biar disangka lagi mandi ~_~ (kreatif!).

Sholat subuh setengah sadar.
Sarapan sambil merem.
Yang semangat cuma mandi aja, karena salah 1 kalimat horor buat teko-teko adalah : "ya udahlah, gak usah mandi". Mereka si tukang mandi.

Si kakak juga sepedaan sambil sesekali merem. Emak udah kehabisan ide. Sampai suatu ketika.
BRAAKKK!!!
Sepedanya sukses nabrak tiang listrik.
Sebelah sepatu copot.
Akhirnya nangis, dan bangun dengan sempurna.

Terimakasih tiang listrik. Mereka sekarang siap menghadapi hari ini kiki emoticon

Rabu, 26 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 12]

Teko's in de Holland

Adegan 12

[Hari pertama sekolah]

Si Kakak (7 yrs) bingung karena pulang sekolah gak dikasih PR. Padahal awalnya dia sempat kuatir gimana mau ngerjain PR, sepanjang pelajaran gak ngerti sama sekali guru dan teman-teman ngomong apa kiki em
Menurut gurunya, kakak terlihat cuek tapi capek, jadi sempat ketiduran di kelas. Dugaan kepala sekolah, dia capek dengerin bahasa Belanda di sekitarnya, jadi saat tidur gak dibangunin. Dugaan emaknya, dia kecapean naik sepeda. Maklum belum lancar dan jarak sekolah mayan jauh. Semoga lama kelamaan kakimu makin kuat ya, Nak! Lawan angin yang kencang itu! Berjuang!

Kata gurunya lagi, dia bangun saat pelajaran Matematika, dan Alhamdulillah cukup berjaya (ternyata Matematika tu bahasa yang paling universal yah). Abis ngerjain penjumlahan, dia tidur lagi hehe. Pulang sekolah sangat gembira, selain gak ada PR, katanya lebih banyak bermain aja. Dia juga senang karena merasa pelajaran berhitungnya lebih santai dari pada saat sekolah di kelas 1 SD di Padang maupun saat TK di Jakarta.
Gak tahu deh, emak harus sedih karena anak yang tadinya biasa ngerjain banyak PR dan les, tiba-tiba menjadi santai. Gembira aja kali yah, karena anaknya heppii... kiki emoticon. Kepala sekolah bilang, bulan depan juga ada guru spesial untuk membimbing anak-anak yang belum bisa bahasa Belanda. Selain itu dia juga punya teman khusus untuk membantu dia dalam ketertinggalan masalah bahasa.
Sedangkan si adik seperti sudah diduga, ngompol di kelas ~_~. Katanya udah berusaha ke toilet tapi terlalu sering ingin pipis, jadi kadang gak tahan. Alasan ajah hehe . Dia senang di sekolah karena banyak permainan yang seru. Gurunya seru. Teman-temannya seru seru. Kebunnya seru seru seru. Peralatan gambarnya seru seru seru seru. (Seru adalah kata kesukaan adik saat ini ~_~). Tapi dia kecewa karena gak disuruh membaca buku dan gak ada pelajaran perkalian (ya eyalaaah bro).
Soal pelajaran, adik agak sedikit kiasu. Dia membuat dirinya bisa baca di usia 4 tahun, dan akhir2 ini ambisius banget ingin belajar perkalian (tapi emak gak kunjung ngajarin, Zzzzz, santai lah dikit Nak). Gak tahu dapet gen kiasu dari mana, secara bundo nyantai abiezzz, juga bapak.
Yang jelas hari ini beban di dalam tas jauh berkurang. Hanya bawa bekal aja. Rupanya segala alat tulis dan keperluan belajar udah disiapkan sekolah, jadi ga bawa apa-apa lagi. Emak gak ngeh, karena ini kan sekolah gratis, masa alat tulis disediain juga, begitu pikir emak yg lugu ini.
Begitulah. Semoga seterusnya adik gak ngompol lagi dan abang gak bobok lagi di kelas . Ayo Nak, kurikulumnya rupanya menekankan aktivitas bermain, mengenal diri sendiri dan lingkungan. Maka bermain dan bergembiralah. 
Bermainlah dengan gembira, di masa kecil yang hanya sekali kiki emoticon

Minggu, 23 Agustus 2015

Ini tidak mudah tapi akan kita lewati, Nak

Jauh sebelum mereka datang ke Belanda, aku tahu dan sadar banget bahwa hari ini akan datang. Tepatnya malam ini. Malam menyiapkan keperluan sekolah mereka besok hari. Hari pertama mereka sekolah di Belanda. Dengan bahasa Belanda!

Ketika mereka mendarat di Schipol lebih dari 1.5 bulan yang lalu, kepercayaan diriku begitu tinggi. Ah, masih ada 1.5 bulan, fikirku saat itu. Masih cukup waktu untuk ngajarin mereka tentang toilet ala Belanda. Masih cukup waktu untuk belajar dasar-dasar bahasa Belanda bersama (aku buta banget soal ini). Masih cukup waktu belajar memasak, akan aku pelajari banyak resep masakan yang enak. Masih cukup waktu kami untuk saling mengenal lagi setelah 1 tahun gak berinteraksi intensif. Masih cukup waktu untuk kami memahami bahwa kita ber-3 memang harus saling membantu untuk menghadapi 1 tahun ke depan. Bahkan aku cukup percaya diri aku akan ada waktu untuk nyicil belajar pelajaran tahun ke-2 kuliah, karena yakin banget bakal sering bolos kuliah (terutama kuliah sore). Atau kalau bisa malah mulai mikirin thesis. Terlalu pede!

Namun aku salah.
Bergulirnya sang waktu ternyata jauh lebih cepat dari rencana-rencana kita di atas kertas.

Berpisah selama 1 tahun adalah waktu yang tidak singkat. Apalagi mereka di usia-usia pertumbuhan. Aku memang tak mampu mengembalikan waktu. Dan tak ada yang akan mampu aku lakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu. Hanya berbekal tekad untuk menghadapi segala rintangan bersama, dan bermodal keyakinan bahwa abang dan adik adalah anak-anak yang baik.


Toilet issue
Toilet things bagi Abang sama sekali gak masalah. Entah kenapa, Abang membuat dirinya begitu mandiri gak lama setelah adik lahir. Di usia 3 tahun kurang udah gak ngompol. Di usia menjelang 4 tahun udah minta bobok sendiri dengan lampu dimatiin. Abang gak banyak ngomong, anaknya indirect. Bahkan jika ada yang dia inginkan, akan dia sampaikan secara tidak langsung. Misal, abang akan memilih ngomong "sepertinya donat itu enak, gimana ya cara bikinnya", daripada "aku ingin makan donat". Lalu matanya akan berbinar-binar bahagia saat aku sambung "hmm, kayaknya enak deh, bunda mau makan donat, abang mau?"

Sebaliknya, bagi adik toilet issue ini adalah hal yang berat. Sodara yang mengasuh adik dari kecil begitu menyayangi adik, bahkan merasa seperti anak sendiri. Masalahnya, kadang bentuk ungkapan rasa sayangnya tidak aku setujui. Misalnya, dengan tetap memakaikan diapers ke adik selama 1 tahun terakhir di Padang, dengan alasan kasihan ~_~. Hasilnya, adik tampak tertatih-tatih belajar mengurangi ketergantungan pada diapers. Minggu-minggu pertama begitu sulit. Adik ngompol, pup di celana, bisa berkali-kali dalam sehari. Dia lelah dan merasa bersalah. Aku juga lelah, sedih dan merasa bersalah atas segala yang dia alami 1 tahun terakhir. Kami berdua belajar. Aku tahu ini gak mudah.

Hal yang membahagiakan adalah, walau adik terllihat tidak semandiri abang dalam mengurus dirinya, namun adik begitu perasa. Aku tahu dia berusaha keras membuktikan dirinya gak ngompol dan gak pup di celana lagi. Diam2 menangis, meminta maaf berulang2, menggigau, bahkan menghukum dirinya jika suatu hari dia keseringan ngompol dan BAB.

Suatu hari saat kita bertiga jalan-jalan ke Leiden, adik ngotot gak mau dipakein diapers. Aku biasanya pakein kalau bepergian ke luar Delft. Dia ngotot, katanya dia ingin seperti abang. Sesampainya di Leiden ternyata dia pup di celana. Saat bersihin celananya, kran air macet, tanganku belepotan BAB-nya. Perasaanku campur aduk, dan tanpa sadar aku menangis. Hahla cengeng yak. Setelah itu aku pindah toilet, dan membersihkan tanganku dan membersihkan badan adik dalam diam.

Malamnya, abang bilang adik barusan curhat bahwa dia menyesal membuat bunda menangis. Adik meminta supaya abang menyampaikan ke bunda bahwa : "Dedek juga akan sehebat abang, gak akan ngompol lagi, karena dedek juga sayang bunda".

Adik yang belum lagi 6 tahun menyampaikan pesan itu untukku. Aku mencari adik. Memeluknya. Mengatakan bahwa bunda juga selalu menyayangi adik, dan bunda sangat bahagia dan menghargai usaha adik untuk gak pakai diapers lagi.

Aahhh, sayang. Di umur sekecil ini kalian dihadapkan pada kondisi-kondisi seperti ini hanya karena aku gak ingin lagi berpisah dengan kalian. Semoga kita semakin saling paham ya, Nak.

Dan besok adalah hari pertama kalian sekolah. Semoga adik dberi kemampuan ya untuk ke toilet sendiri dan belajar membersihkan sendiri, walau dengan kondisi hanya ada tisue. Khas toilet Belanda. Sekolah ini menekankan dari awal bahwa kemandirian adalah salah satu hal yang mereka tekankan di sini. Setiap anak harus bisa ke toilet sendiri dan membersihkan dirinya sendiri. Semoga adik kuat dan semakin tangguh!

Selera Makan

1 tahun sudah mereka di Padang, dan rupanya banyak sekali ketertinggalanku dalam memahami selera makan mereka. Rupanya selama di sana, atas dasar kasih sayang, menu makanan mereka sehari-hari adalah "mau makan apa Nak?", dan bukan "ayo Nak, kita makan".

Lumayan lama waktu yang aku butuhkan untuk menanamkan kembali kepada abang dan adik tentang konsep syukur atas nikmat, termasuk rejeki makanan. Bukan hanya karena kemampuan memasakku yang terbatas, namun aku tak ingin mereka berfikir bahwa rumah adalah restoran, sehingga apapun jenis makanan yang mereka minta akan segera tersedia.

Akhirnya kami belajar lagi dari dasar tentang penghargaan terhadap masakan. Kami bahkan kadang memasak bareng. Mereka jadi tahu proses bikin gulai ayam, cara membuat bakso, dan konsep-konsep dasar memasak sayur. Mereka juga belajar tentang manfaat makanan-makanan itu. Perlahan mereka belajar untuk menghargai apapun yang tersedia di meja makan. Mensyukuri dan menikmati. Tentang berterimakasih. Menghargai perjuangan menghadirkannya ke meja makan. Menikmati sebuah proses, terlibat di dalamnya, dan menghargai hasilnya.

Alhamdulillah sekarang apapun yang aku masak mereka akan makan. Namun tentunya pembelajaran ini masih terus berlanjut. Tarbiyah untukku dan untuk mereka. Luar biasa. Kepayahan dan keletihan yang aku yakin akan menghasilkan buah yang insyaAllah manis. Aku yang tadinya bahkan gak tahu bedanya ketumbar, jahe dan lengkuas, tiba-tiba menjadi harus mampu menghasilkan sesuatu yang layak dimakan di meja makan.  Mereka yang tadinya terbiasa menyebutkan menu-menu lauk pauk, tiba-tiba dihadapkan pada sebuah rumus-rumus panjang tentang dunia dapur, mengolah makanan dan menghargai setiap prosesnya.

Selera Belajar 

Seperti sudah kuduga, rasa ingin tahu adik terhadap pelajaran semakin tak terbendung.  Di usia 2 tahun sudah mengerti abjad, di usia 4,5 tahun sudah lacar membaca textbook berbahasa Indonesia. Sebuah kondisi yang terus terang bukan aku yang merancangnya. Adik sendiri yang menantang dirinya dan mengkondisikan dirinya menjadi seperti itu. Selama di Jakarta aku nyaris selalu pulang malam, yang aku lakukan biasanya hanya menyediakan alat2 bermain dan perangkat belajar mandiri. Dan aku tidak membuat target apapun buat mereka di usia dini. Yang penting masa kecil mereka bahagia, mereka menghargai dirinya dan orang lain. Jadi hanya bisa  terkaget-kaget setiap kali adik menunjukkan progress yang mencengangkan.

Namun aku mulai menangkap perasaan tak nyaman pada diri Abang, ketika dia menceritakan bahwa setiap kali ngerjain PR di Padang, beberapa anggota keluarga selalu meminta agar adik yang ngajarin. Dan aku yakin sesekali pasti terselip ucapan-ucapan yang membanding-bandingkan mereka berdua. Maka di Belanda ini, aku berusaha menetralkan segala perasaan-perasaan yang tak nyaman yang mungkin pernah ada. Baik perasaan tak nyaman Abang yang selalu merasa dibandingkan, mau pun perasaan tak nyaman adik yang selalu di kondisikan pada ultimate position "pasti lebih tahu".

Lagi-lagi ini gak gampang. Akupun masih belajar. Belajar mengenal mereka kembali. Belajar memahami kembali apa core interest masing-masing mereka. Aku masih meyakinin bahwa, setiap anak unik, dan memerlukan penanganan yang berbeda.

Belajar Mandiri

Demikianlah beberapa issue utama yang kami hadapi. Adapun  dalam hal urusan kerumahtanggaan, kami bagi-bagi tugas, Abang dan adik belajar memahami bahwa kerapian dan kebersihan rumah adalah tanggung jawab bersama. Perlahan mereka juga mulai merhargai usaha  mereka untuk membuat suasana rumah menjadi rapi dan bersih. Sebuah pengalaman yang setahun terakhir tak lagi mereka dapatkan, karena masalah kebersihan dan kerapian rumah adalah sesuatu yang berada di luar diri mereka.

Demikian, sekelumit kisah.

Besok mereka sekolah untuk pertama kalinya di Belanda. Alhamdulillah jadwal sekolah mereka 1 minggu lebih awal daripada jadwal kuliahku. Sehingga aku masih ada waktu 1 minggu untuk mempelajari bagaimana mereka menghadapi situasi baru ini. Aku ada waktu seminggu untuk meng-adjust diriki, menyesuaikan ekspektasi, menyamakan persepsi, dll, sehingga berharap menemukan sebuah pola yang akan menjadi win win solution untuk kelanjutkan perkuliahanku di Belanda ini sambil tetap menjalankan keselarasan fungsi sebagai ibu bagi mereka.

Berpisah selama 1 tahun adalah waktu yang tidak singkat. Apalagi mereka di usia-usia pertumbuhan. Aku memang tak mampu mengembalikan waktu. Dan tak ada yang akan mampu aku lakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu. Hanya berbekal tekad untuk menghadapi segala rintangan bersama, dan bermodal keyakinan bahwa abang dan adik adalah anak-anak yang baik.

Semoga Allah memampukan diriku untuk menjadi ibu yang membuat mereka kembali nyaman. Menjadi ibu yang membuat mereka akan selalu berfikir bahwa kelak mereka akan punya bekal yang selalu membuat mereka yakin bahwa "tak ada badai yang tak selesai".

Selamat berjuang, wahai anak-anakku sayang...

Delft,
23 Agustus 2015

Sabtu, 22 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 11]

Teko's in de Holland

Adegan 11

Akhirnya hari itu segera datang. Menuju hari pertama abang dan adik masuk sekolah.
Emak kena sindrom mellow lebay, harus melepas anaknya sekolah setelah 1.5 bulan lamanya 24 jam bareng-bareng terus. Rasanya proses saling 'mengenal kembali' belum selesai (dan mungkin ga akan pernah selesai...)


Perpisahan kita 1 tahun terakhir memang tak akan pernah terbayarkan. Dan tak akan ada yg mampu dilakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu.

Semoga Allah memampukan emak untuk menjadi ibu yang kembali membuat mereka nyaman. Menjadi ibu yang membuat mereka akan selalu berfikir bahwa 'tak ada badai yang tak selesai' 😅😅

Ganbatte, Nak.
Hadapi pelajaran di sekolah itu, walau berbahasa Belanda. 
Belanda sudah tak lagi jauh, segera angkat senjata! Angkat pena denk ^_^

Kamis, 20 Agustus 2015

[Traveling] Andalusia, 11 Juni 2015

Sebenarnya kurang tepat disebut tour Andalusia, mengingat ranah Andalusia yang kami datangi hanya 2 (Cordoba dan Malaga), dan kami malah gak ke Granada dan Sevilla yaitu 2 wilayah lain yang sangat penting dalam sejarah Andalusia.

Perjalanan ini dilakukan bukan saat liburan sih, malah 2 minggu sebelum ujian Quarter 4. Kalau gak salah ada 2 atau 3 hari yang gak ada kuliah (lupa penyebabnya apa), dan kita notice  itu sejak awal Quarte (akhir April), maka direncanakanlah perjalanan ini.

Spain

Seperti biasa, kita awali tulisan ini dengan bendera negara serta perbatasan wilayah. Spanyol merupakan negara di eropa bagian barat daya (southwest), yang selain berbatasan dengan Perancis dan Portugal, juga berbatasan dengan Laut Mediterania, selat Gibraltar dan Samudera Atlantic. Negeri yang eksotis!

Andalusia

Jadi apa itu Andalusia? O iya, sejak perjalanan ke Paris, akhirrnya saya memutuskan untuk membeli buku sejarah mini terkait kota/negara yang didatangin. Awalnya karena penasaran dengan sejarah Versailles dan du Louvre. Buatku, buku tetaplah object menarik yang belum benar-benar tergantikan keberadaannya oleh media elektronik. Kesenangan membaca buku itu luar biasa. Nah termasuk Andalusia ini. Sayangnya belum sempat baca, jadi mau gak mau nengok google lagi untuk melengkapi tulisan kali ini ~_~.

Andalusia, di dalam Spanyol
Menurut wikipedia, istilah Andalusia bisa mengacu kepada al-andalus, yaitu nama dari bagian Semenanjung Iberia (Spanyol dan Portugal) yang diperintah oleh orang Islam, atau orang Moor, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492. Andalusia bisa juga mengacu kepada nama wilayah administratif di Spanyol modern yang terdiri atas 8 provinsi, yaitu : Almería, Cádiz, Córdoba, Granada, Huelva, Jaén, Málaga and Seville.

Untuk kunjungan ke Andalusia biasanya orang-orang merekomendasikan Cordoba, Granada Alhambra, dan Sevilla. Namun kami berkesempatan mengunjungi Cordoba dan Malaga saja. Alhamdulillah, tetap perjalanan yang menyenangkan :-)

Segala itinerari diurus oleh rekan seperjalananku yang super cekatan abis (dan diriku cuma ngangguk2 aja jadi free rider  ^_^). Duh..

Madrid

Dari Eindhoven airport, kami naik Ryan air menuju Madrid karena gak ada pesawat langsung ke Cordoba. Lama perjalanan sekitar 3,5 jam


Beberapa hal menarik di Madrid :
  1. Naik bis dari bandara ke pusat kota cukup 5 Euro, padahal jauh. Suka ngebanding2in ama Belanda sih hehe
  2. Penginapan yang kami dapatkan lokasinya gak jauh dari stasiun bis. dan suasanya serasa kayak nginap di hotel pinggir jalan Thamrin atau Sudirman. Semacam mengobati kerinduang terhadap Jakarta. Buka jendela, ngeliat jalan gede dengan banyak mobil dan sesekali macet! Udah gak lama gak ketemu mobil yang banyak dan macet. Agak kaget sih, karena eropa yang kita kenal biasanya jarang dipadati mobil.
  3. Penginapannya bagus, harganya juag bersahabat untuk ukuran di pusat kota
  4. Stasiun keretanya kiyut, didisain menyerupai hujan tropis
  5. Orang Spanyol ternyata banyak yang gak bisa bahasa Inggris. Walau gak interaksi sama banyak orang, minimal ibu penginapan dan petugas di restoran nyaris ga bisa bahasa Inggirs. Dan ternyata nantinya kondisi itu kami jumpai juga di Cordoba dan Malaga. Bahasa isyarat harus kuat neeh.
  6. Loading Belt di bandara disebutnya Cinta. 





Menuju Cordoba

Dari Madrid kami naik kereta ke Cordoba, kalau gak salah sekitar 2-3 jam (lupa). Kami sempat ngirain salah naik karena keretanya kok bagus banget. Untuk ukuran tiket 29 euro, ini kereta kebagusan. Mungkin karena ngebandingin dengan perjalanan-perjalanan sebelumnya





Penginapan yang cantik dan Tapas Spanyol

Sesampainya di stasiun kereta di Cordoba, kita langsung menuju penginapan. Awalnya ketemu taman yang asri dan rindang. Herannya, kenapa banyak pohon buah ya. Jadi sayang aja ngelihat semacam buah jeruk yang terkadang mubazir berserakan di bawah batang pohon, tiada pemiliknya.  Dan ternyata tamannya panjaaaang banget, sampai ke ujung jalan. 

Sampai di penginapan kita disambut ibu pemilik kamar yang ramaaaah banget dan gak bisa bahasa Inggris sama sekali. Jreng! Setelah saling bahasa isyarat sekitar 10 menit, si mbak jenius rekan seperjalananku berhasil menerjemahkan bahwa maksud dari ibu itu adalah "kamar kalian baru siap 30 menit lagi, silahkan makan siang dulu, tapi barang2 bisa dititipkan aja di sini". Salut deh, bisa ngerti.  

Penginapannya cantik. Spanyol banget lah kesannya (ya eyalaaaah). Bersih! Alhamdulillah di Madrid dan Cordoba kita dapat penginapan yang cantik dan bersih. Paling sebel kalau hostelnya kotor. So far sih (kecuali Paris), selalunya dapat penginapan yang cantik dan bersih. Tapi 2 kali ke Paris, aduuh mengurut dada deh. Yang pertama masih mending, hanya masalah kekurangan space. Kunjungan ke-2 mayan parah, karena di setiap tempat sampah yang dibuka masih ada sisa2 sampahnya pemilik, termasuk pembalut. Dugaanku dia memang tinggal di sana juga, dan ngungsi ketika ada yang  menyewa.

Makan siang pertama di Cordoba adalah Tapas. Makanan khas Spanyol, yaitu piring yang isinya beraneka jenis lauk, keju dan sayur. Kejunya alhamdulillah enak banget, juga sayurnya (gak nyangka sayur lalapan bisa seenak ini), dan ditambah dengan setumpuk besar ikan yang renyah.
common room penginapan di Cordoba



Mezquita di Cordoba

Hasil googling :
Mezquitta pada abad ke-9 adalah gereja.  Di jaman dinasti Umayyah sampai abad ke-13 dia adalah mesjid besar dengan lebih dari 900 tiang. Sejak abad ke-13 menjadi katedral yang megah. 

Untuk masuk ke dalam Mezquita, kita bayar sekitar 6 apa 8 euro (lupa). Arsitekturnya bagus banget, perpaduan sejarah yang panjang dan penuh karakter. Nuansa berbagai budaya sangat terasa. Pernah baca di suatu tempat, jaman dahulu di masa dinasti Umayyah, bangunan ini terang benderang dan bermandikan cahaya karena banyak banget pintu dan juga pencahayaan dari langit langit. Saat ini yang aku rasakan adalah nuansa di dalam ruangannya gelap dan suram, walaupun sangat terawat. Namun demikian masih ada ruangan-ruangan yang terang benderang dan cantik banget, yaitu ruangan-ruangan yang dipakai untuk ibadah (misa).

Pilar-pilar Mezquita

Pilar-pilar Mezquita
Ruangan Misa Gereja


Ruangan Misa Gereja

Mihrab Mezquita

Mihrab Mezquita


Salah satu sudut legendaris lainnya yang juga sangat terawat adalah Mihrab Mezquita, Selama 700 tahun kejayaan khalifah Umayyah azan berkumandang di sini. Di bangun pada abad ke-9 sedemikian rupa sehingga gaung azan bisa didengar di seluruh penjuru 900an tiang Mesjid. MasyaAllah... merinding ngebayanginnya. Jaman itu tentunya belum ada sound system elektronik.


Pada langit-langitnya juga kita temukan perbedaan tampilan yang menunjukan modifikasi sesuai jamannya. Bahkan untuk selasar yang sama bisa kita temukan nuansa yang berbeda. Langit-langit yang polos katanya adalah peninggalan budaya islam (mesjid), sedangkan langit-langit yang penuh ukiran keemasaan adalah peninggalan budaya gereja.




Puente Romano di Cordoba

Di luar Mezquita kita bisa jumpai Puente Romano. Roman bridge of Cordiba, melintasi sungai Guadalquivir. Diperkirakan dibangun pada abad ke-1 sebelum masehi. Wow

Gerbang Puento Romano dari arah Mezquita
Puente Romano di Cordoba

Area di sekitar Mezquita

Beikut beberapa pemandangan di sekitar Mezquita







Averoes. Ibnu Rusd



Warung teh - Cordoba

Nemu warung teh di cordoba yang menjual beragam jenis teh yang wangi-wangi banget. Takjub juga ternyata teh bisa dibikin berbagai macam aroma



The Caliphal Baths - Cordoba

Reruntuhan the Caliphal Baths,komplek pemandian khalifah dan keluarga (abad 7 sampai 13?). Katanya sempat terkubur dan baru ditemukan accidentally  tahun 1903, lalu direkonstruksi ulang. Gak berani banyak-banyak moto di sana, suasananya horor abies. Ada ruangan bekas tempat pembunuhan segala (semacam perang saudara). Di pintu masuknya terdapat silsilah dinasti.



Taman-taman yang indah

Kami menjumpai sebuah taman yang indah.
Jadi ingat sebuah syair di dalam buku Taman Orang Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu (Raudhah Al Muhibbin wa Nuzhah Al Musytaqin) oleh Ibnu Qayyim al Jauziyyah.
"“Aku tidak tahu apakah pesonanya yang memikat atau mungkin akalku yang tidak lagi di tempat”





Menuju Malaga

Sehabis subuh keesokan harinya. kami beramgkat ke Malaga. Naik bis selama 2,5 jam atau 3 jam (lupa), dan ongkosnya 5 Euro. Bingung kan?



La Al Cazaba de Malaga

Beberapa jam pertama kali nyampe Malaga cukup kaget. Aduh ini kota kok kayaknya gak ada apa-apanya. Sepanjang jalan sepi. Fakta menarik hanyalah bahwa dari sini tinggal nyebrang, maka sampaillah kita di Afrika (loh..?). Memang kota ini dipilih sebagai batu loncatan untuk balik ke Belanda, mengingat di Cordoba tiada bandara,

Tapi setelah jalan beberapa saat akhirnya kita jumpa landmark kota pantai ini, yaitu pantainya yang indah dan ramai serta menghadap laut Mediterania (kapan lagi duduk di pinggir Mediterania!), dan dia ternyata memiliki kastil yang cantik di atas bukit. Namanya La Al Cazaba.

Kastilnya ternyata tinggi banget. Seolah keseluruhan bukit adalah kastil. Kadang jalanan landai, kadang sangat curam. Namun pemandangan dari atasnya cukup indah. Bisa memandang seluruh kota. Pernah juga saat saya ngos2an lagi istirahat, mendadak di hadapan saya muncul ibu hamil yang perutnya udah gede banget. Minimimal 30 minggu lah. Whaaat???

Kalau baca di wikipedia, tempat ini dibangun oleh Dinasti Hammudid pada abad ke-11.
Yang paling epic dari kota ini (dan bukit ini) adalah ada tempat-tempat dimana laut bertemu dengan bukit. Kece!












Selfoot of Mediterania