Selasa, 18 Agustus 2015

[Traveling] Vienna, 2 Feb 2015

Tulisan in adalah bagian ke-2 dari rangkaian perjalanan di 3 kota : Budapest, Vienna, dan Prague.
  • Tulisan 1 dapat di klik di sini,  
  • Tulisan 3 dapat di klik di sini.
Austria berbatasan dengan Jerman dan Czech Rep (Utara), Hungary dan Slovakia di Timur, Slovenia dan Italy di Selatan, Swia (Barat). 
Bendera Austria dan perbatasan wilayah


Dari Keleti Palyaudvar railway station, Budapest, kami melanjutkan perjalanan dengan kereta menuju Vienna. Lumayan nyaman keretanya, namun tak ada wifi. Stasiun yang dituju adalah Meidling Train Station, Vienna. Lama perjalanan kurag lebih 3 jam, dan pemandangan sore di hampir sepanjang perjalanan adalah lapisan salju-salju yang luar biasa tebal. Seorang kawan yang ke Salzburg, Austria di bulan Desember 2014 menceritakan tentang betapa tebal lapisan salju di sana. Saya sempat berharap semoga di bulan Januari 2015 itu ketebalan salju sudah jauh berkurang.

Perjalanan Kereta daari Budapest (Hungary) menuju Vienna (Austria)

Pemandangan di sepanjang jalan menuju Vienna

Vienna adalah ibukota Austria, dengan bahasa resmi adalah Bahasa Jerman. Salah 1 yang bikin lega sekaligus sedih di Vienna adalah karena mata uangnya adalah Euro. Lega karena kami gak perlu lagi nyari-nyari ATM atau money changer untuk dapetin Forint sebagaimana di Budapest. Sedih karena punya kecurigaan bahwa segala negara yang berbau Euro pasti lebih mahal.

99 Cahaya di langit Eropa

Terus terang salah 1 hal yang membuat saya penasaran banget dengan kota Vienna adalah setelah menonton film '99 Cahaya di Langit Eropa', terutama cerita tentang jejak peradaban islam di negeri ini. Tepatnya lagi adalah kekalahan kekaisaran Ottoman dalam pertempuran di Vienna.  Namun saya tidak mengunjungi tempat-tempat yang disebutkan di dalam novel, karena selain tidak siap dengan lokasi-lokasi yang disebutkan di dalam novel, juga pada akhirnya kita lebih banyak jalan kaki menyusuri kota aja mengikuti peta.

Namun demikian saya tetap mau copy paste hal-hal terkait novel tersebut yang saya temukan dari hasil googling, karena terus terang saya belum baca bukunya. Mohon maaf sebelumnya terhadap tulisan2 yang saya copy dari blog atau hasil resensi buku.

Seorang panglima perang dari Turki bernama Kara Mustafa Pasha pernah menapakkan kaki di Wina untuk sebuah misi, yaitu  mencoba menaklukkan kota untuk ekspansi Islam ke Eropa pada masa kekaisaran Ottoman(kekhalifaan Utsmaniah) di Turki. Perang yang berlangsung pada 12 September 1683 itu dikenal dengan perang Wina. Kekalahan Mustafa Pasha saat itu menjadi awal dari kehancuran kekhalifaan Islam di Turki. Pertempuran itu pula yang menandai titik balik konflik sepanjang 300 ratus tahun antara Eropa Tengah dengan Kerajaan Ottoman. Di Wina ada sebuah museum yang mengabadikan lukisan Mustafa Pasha, tepatnya di Wien Stadt Museum. Sayangnya saya tidak ke sana. 
Pada novel juga diceritakan  Hanum dan Fatma melihat keindahan kota Wina dari atas bukit Kahlenberg. Dari atas bukit ini, Hanum dapat melihat dengan jelas Kota Wina seutuhnya, termasuk sebuah sungai terkenal, Donau atau Danube, yang membelah dua Kota Wina. Tanpa dinyana oleh Hanum, ternyata di tepi Sungai Danube itu berdiri sebuah bangunan  berwarna hijau dengan kubah blenduk dan minaret, Masjid Vienna Islamic Center Pusat Peribadatan umat Islam terbesar di Wina.
Bendera Vienna - Merah Putih

Menurut wikipedia, Vienna adalah The city of music (bcoz of its musical legacy), the city of dream (kota kelahiran Sigmund Freud). Seperti halnya Budapest, Vienna juga dilewati oleh Danube River. 

Saat langkah kaki membawa kami memasuki Bundesgarten (taman nasional), kami agak kaget melihat ada bendera merah putih. Setelah ngintip di wikipedia rupanya bendera kota Vienna memang berwarna merah putih

Bendera kota Vienna
patung Goethe

Bundesgarten. Vienna

Bundesgarten. Vienna


Jalanan Kota Vienna

Saya suka sekali dengan model jalanan di kota Vienna. Gak tahu kenapa. Jika disuruh memilih antara Budapest, Vienna dan Prague, dan ada kesempatan ke sana lagi, maka saya akan memilih Vienna. Berbeda dengan Budapest yang lengang dan cenderung malam-genic, kota Vienna lebih ramai dan unik. Di kiri dan kanan jalan tak habis-habisnya bangunan dengan arsitektur yang cantik. Prague juga tak kalah cantik dengan Vienna, namun di Vienna terasa sekali perpaduan arsitektur kuno dan modern. 



Kalau kata wikipedia tentang arsitektur kota Vienna :
A variety of architectural styles can be found in Vienna, such as the Romanesque Ruprechtskirche and the Baroque Karlskirche. Styles range from classicist buildings to modern architecture. 
Jadi, walau gak ngerti tentang arsitektur sama sekali, saya bisa merasakan ruh keindahan bangunan-bangunan dengan cita rasa seni yang tinggi di seantero kota.

Gedung Parliament




Naturhistorisches Museum


Graben - City Centre

Salah satu jalanan yang paling ramai di Vienna. Sepertinya semacam shopping area.O iya, ada sedikit pengalaman unik saat lagi jalan di sini. Seseorang dengan raut wajah Asia selatan menyapa kami dengan ramah. Awalnya cuma basa basi ala-ala toko suvenir eropa, yaitu Indonesia? Surabaya? Jakarta?. Sempat ngucap salam juga denk. Kita cuma senyum-senyum aja. Eh abis itu dia fokus ke aku (padahal masih ada 4 anggota perjalanan lainnya, why me  ~_~).

Dia bilang berdasarkan pengamatannya dari wajahku, aku akan mengalami 3 kejadian yang menyenangkan di bulan Maret 2015. Lagi-lagi kita cuma senyum-senyum. Tapi mulai gak nyaman saat dia maksa2 pengen meramal telapak tanganku (ya ogah laaaah). Dia bilang dia bahkan bisa ngasih tahu siapa nama your husband and the one you love. Aduh, makin males. Dengan menyeret2 langkah, akhirnya kita bisa menjauh sambil konsisten bilang no, thanks.... no, thanks. Kabarnya memang dalam situasi kayak gini gak boleh memperlihatkan sikap ragu ~_~



Pestsäule




St. Stephen's Cathedral

Seperti halnya Budapest, katedral besar di Vienna juga bernama St. Stephen's Cathedral. Cantik banget memang. Letaknya seolah menyeruak di pusat kota yang ramai. Di sekelilingnya banyak sekali kereta-kereta kuda yang siap mengangkut pengunjung kota berjalan-jalan





Anchor Clock (Ankeruhr) di Hoher Markt

Vienna memiliki sebuah jam yang unik, namanya Anchor Clock. Cerita lebih lengkap tentang jam tersebut dapat dibaca di sini. Jam ini dibangun dengan Art Nouveau  Design.  Yang unik dari jam ini adalah setiap jam diwakili oleh 1 historical fugures, yang bergantian bergerak dan muncul di layar utama, diiringi oleh bunyi musik yang mewakili jaman dari keberadaan figur tersebut. Kamera HP ku seperti  biasa gak terlalu bagus, namun kira-kira seperti inilah wujud jam tersebut.

Anchor Clock (Ankeruhr) 
Schönbrunn Palace

Tidak seperti tempat-tempat lain di Vienna yang kami datangi dengan berjalan kaki (karena memang rata-rata mereka terletak di lokasi yang berdekatan), untuk menuju Schönbrunn Palace kami harus naik kereta. Hanya saja saya lupa kami naik kereta berapa lama.

Menurut wikipedia, istana ini memiliki sekitar 1441 kamar. Dulunya merupakan istana musim panas yang dibangun untuk menyaingi keindahan Versailles Perancis di Baroque. Di bulan Mei 2015 saya berkesempatan mengunjungi Versailles Perancis, menurut saya taman-taman di Versailles jauh lebih besar. Namun saya gak bisa bilang mana yang lebih indah, karena saat ke Vienna ini musim dingin, semua tanaman bunga mati, sedangkan saat ke Versailles adalah saat musim panas. Tapi rasanya garden di Versailles lebih besar.

Kami tidak bisa memasuki labirin, karena gak buka di musim dingin. Jadi hanya duduk-duduk di taman yang luas (dan pastinya indah banget di musim panas). Walau pemandangannya hanya salju dimana-mana dan tanaman layu serta pohon-pohon dengan ranting yang kering, suasana taman tetap terasa indah.

Nun jauh di atas bukit, ada sebuah bangunan bernama Gloriette. Menurut wiki tingginya 60 meter di atas istana. Kami mencapai tempat itu dengan melewati hutan yang berliku-liku. Mayan capek sih. Pulangnya kami turun dengan mengikuti garis lurus langsung ke bawah.

Yakin banget pemandangan dari Gloriette ke bawah ataupun dari bawah ke Gloriette pasti indah banget saat musim panas.
The Gloriette

Schönbrunn Palace, view from Gloriette.








Foto di bawah ini adalah taman dalam istana, dengan pemandangan nun jauh Gloriette di atas bukit. Seantero rerumputan ini pada saat musim panas (jika kota liat di Google) dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah. Sayangnya kala winter ini hanya ada salju dimana-mana. Gpp sih, kali aja lain kali ada kesempatan lagi ke sana ^_^



Sepulang dari istana ini  kami melanjutkan perjalanan ke Prague, Czech.

..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar