Selasa, 18 Agustus 2015

[Traveling] Budapest, 31 Jan 2015


Tulisan in adalah bagian perta,a dari rangkaian perjalanan di 3 kota di Eropa, yaitu Budapest (Hungary), Vienna (Austria) dan Prague (Czech Republic).
Bendera Hungary dan batas wilayah

Trip backpacker kita kali ini dilakukan setelah ujian quarter 2, di liburan Easter. Walaupun liburan Easter hanya seminggu (dan kami cukup mupeng mendengar ada yang liburan musim dinginnya mencapai 1 bulan hehe), rasanya perjalanan kali ini cukup berkesan.

Berikut adalah jadwal perjalanan :

  1. Naik pesawat (Whizz air) dari Eindhoven, Nederland ke Budapest (sekitar 2,5 jam perjalanan). Spent 2 nights there.
  2. Dari Budapest naik kereta ke Vienna (sekitar 3,5 jam perjalanan). Spent another 2 nights.
  3. Dari Vienna melanjutkan naik kereta ke Prague (sekitar 4 jam). 2 malam juga di sini
  4. Dari Prague kembali ke Eindhoven naik pesawat (sekitar 2 jam)





Menurut wiki, Hungary (dalam bahasa Indonesia : Hongaria) adalah negara terkurung daratan, dengan perbatasan di utara dengan Slowakia, di barat dengan Ukraina, di tenggara dengan Rumania, di selatan dengan Kroasia dan Serbia, di barat daya demgan Slovenia, dan di timur dengan Austria.





Masih menurut wikipedia, dalam bahasa setempat, Hongaria dikenal sebagai Magyarország yang berarti daerah Magyar. Bahasa ibu mereka adalah bahasa Hongaria, sebuah bahasa Fino-Ugrik yang tidak berhubungan dengan bahasa manapun di negara-negara tetangganya.

1 Euro = 300 forint

Mata uang Hungaria adalah Forint. 1 euro = 280-300 forint. Untuk ilustrasi, dengan uang 300 forint (1 euro), kita bisa makan 1 menu mcD lengkap dengan kentang dan minum. Bandingkan dengan di Belanda yang rata-rata harganya 7-8 euro per paket. Di Jerman malah kalau gak salah 9 - 10 euro per menu. Jadi ketika baru nyampe Budapest kami sempat merasa "kaya" hehe. Namun hal ini ternyata menimbulkan dampak jelek yang akhirnya jadi bahan becandaan kita di kemudian hari.

Jadi ceritanya gini. Setelah naruh barang di airbnb, kami nyari makan siang. Dan karena merasa "kaya", kita langsung masuk aja ke sebuah restoran turki (halal food), tanpa lihat-lihat harganya. Saat bayar baru ketahuan kalau itu restoran ternyata mahal hehehe. Langsung deh rame-rame nyari mesin ATM lagi, sebab budget operasional tahu-tahu tinggal separoh haha. Padahal kita masih 2 malam lagi di Budapest sebelum beranjak ke Vienna (Austria).

Transportasi

Transportasi utama di Budapest disebutnya Metro (penampilannya seperti train dan tram di Belanda), sedangkan di Vienna adalah Ubahn (train). Di Belanda, train dan tram itu beda.Tram bisa melintasi jalan2 tengah kota, sedangkan train kayak KRL di Jakarta. Di Budapest semua disebut Metro.

Dari bandara Budapest, kami menuju penginapan di Keleti Palyaudvar, naik Metro 2 kali. Agak sulit mencarinya karena kendala bahasa resmi, Stasiun Keleti Palyaudvar ini rupanya adalah central reailway station-nya Budapest. 
Stasiun Keleti Palyaudvar

Salut banget sama Lusi yang udah nyariin penginapan dekat ke Keleti, sebab nantinya untuk menuju Vienna juga kita harus via stasiun Keleti ini. Di beberapa kali perjalanan kita (kecuali Brussels), selalunya dipilih airbnb berupa 1 unit apartmen untuk dipakai bersama, lengkap bersama dapur. Penting banget! Dengan adanya dapur, beserta peralatan masak, lumayan membantu kebutuhan sarapan atau jika tiba2 lapar tengah malam. Menu favorit kita adalah pizza mie untuk sarapan pagi, karena mudah banget bikinnya dan lumayan buat ganjel2 pagi2.

Airbnb yang kita pakai di Budapest lumayan unyu. Sekilas mirip apartemen2 di telenovela2 gitu deh. Model bangunan dalamnya somwhow mengingatkan pada cerita telenovela ajah, dengan adanya ruang terbuka di bagian tengah dalam bangunan dikelilingi oleh selasar pintu masuk seluruh apartemen. 

mirip rumah telenovela
penginapan ada dapur

Untuk mencapai pusat kota Budapest, kami naik metro menuju stasiun Deak Ter. Kondisi Metro atau Subway mayan rapi utk standar Eropa. Bersih! Walau gak sebanding dengan kebersihan dan kenyamanan di Belanda (belum nemu tandingan deh transportasi Belanda). Namun tentunya ada harga ada biaya. Sampai saat ini menurutku biaya transportasi di Belanda masih sangaaaaaaat mahal ~_~

Bangunan-bangunan di perkotaan di Budapest sekilas pandang "biasa aja". Jauh banget dari kesan modern, tapi gak gothic juga. Biasa. Kotanya lengang, sepi, hening. Di beberapa jam pertama jalan-jalan di tengah kota, saya sempat merasa kota ini jelek (maapkeun). Tapi memang beberapa teman bilang Budapest ini lebih malam-genic. Itu istilah bikinan sendiri untuk mengatakan kota ini lebih cantik di waktu malam.

O iya, 2 malam di Budapest sama sekali gak ketemu muslimah berjilbab di jalan jalan maupun di kendaraan umum. Muslim nyaris gak ada.

Memorial to the 1956 Revolution, City Park

Setelah makan siang dan istiraha secukupnya, kami mulai menyusuri kota Budapest dengan berjalan kaki (tentunya setelah mencapai daerah Deak Ter). Tahu-tahu kami berada di sebuah taman yang luaaaas dan asri. Walau saat itu masih suasana musim dingin (akhir Januari), namun kebayang betapa asri dan hijaunya suasana taman luas ini di musim panas. 

Kami menemukan monumen kayu seperti gambar di bawah. Berdasarkan hasil googling, rupanya ini adalah monumen yang dibangun tahun 2006 untuk memperingati 50 tahun revolusi (1956) melawan Stalinist Government. Cerita lebih lengkap bisa dibaca di wikimapia.
Kutipan dari wikimapia :
The Hungarian Revolution of 1956 (Hungarian: 1956-os forradalom) was a spontaneous nationwide revolt against the Stalinist government of Hungary and its Soviet-imposed policies, lasting from 23 October until 10 November 1956




Vajdahunyad Castle

Langkah kaki kemudian membawa kami ke Vajdahunyad Castle. Tampilan dari luarnya  megah, tersembunyi, misterius dan spooky. Beberapa patung mirip 'drakula' tegak di beberapa lokasi. Namun rupanya kita salah menduga. Vajdahunyad Castle ternyata bukan castle kuno. Dibangun pada abad ke-19 (tahun 1896), namun dengan menggunakan arsitektur Roman abad ke 11. Keren!





The statue of the chronicler Anonymus


Town Square

Dalam perjalanan balik ke arah town square beberapa kali kami menjumpai sungai-sungai yang membeku menjadi es raksasa. Berikut sekilas pandangan mata di area townhall. Sayangnya sudah gelap. Salah 1 issue trip di kala winter adalah, suasana cepat sekali menjadi gelap. Beda dengan perjalanan kala summer, jam 10 malam masih terang.




danau es










Danube River dan Gellért Hill

Budapest dibelah oleh sungai Danube sepanjang 2850 meter. Kota ini terkenal dgn keindahan jembatan-jembatannya, antara lain Chain Bridge, Megyeri, Elizabeth, Liberty dll. Sebelum berangkat ke Budapest saya sendiri gak ngeh tentang hal ini. Ketika di Eindhoven ketemu orang Indonesia yang menikah dengan wanita Hongaria, dan mereka cerita bahwa keunikan Budapest adalah koleksi jembatan-jembatannya yang cakep, yang membentang di sepanjang Danube River.







Gellért Hill membentang ratusan meter di atas Danube River.Dulunya lokasi vineyard. Pemandangan dari sini keren. Bisa memandang sepanjang Danube. Di sana jg ada The Gellért Hill Cave dan sebuah kompleks gereja yang cantik banget. Berkilauan jika dipandang dari arah sungai Danube. Di Gellért Hill terdapat Citadela (Hungarian Fortress) yang dibangun pada abad ke-18. Megah!  Berdiri di atasnya maka sepanjang Danube terpapar cantik. Di Gellért Hill juga terdapat Liberty Statue. Patung wanita mengangkat Olive leaf. 
Wikipedia says : Liberty statue referred to as the Soviet liberation of Hungary during World War II, which ended the occupation by Nazi Germany.









Tepat di seberang Gellert hill, berdiri Hungarian Houses Parliament yg megah. Membentang antara Margareth Bridge dan Chain Bridge. Epic! Gedung parlemen Hongaria ini panjangnya sekitar 300m, dan katanya gedung parlemen no.3 terbesar di dunia.



Balik ke Gellert hill, sebagian daerahnya sudah tak bersalju namun sebagian lain masih penuh salju tebal. Ada perbedaan suhu yg ekstrim rupanya. Kisah lebih lengkap tentang  Gellért Hill bisa klik di sini

Buda Castle

Masih ada Buda Castle yang membentang 48 meter di sisi lain Chain Bridge. Pemandangan sekitar Buda Castle sangat indah. Dan sepi banget. Landmark lainnya adalah St. Stephen Basilica, yaitu gereja katolik roma yang megah. Katanya adalah gereja terbesar di Budapest



Misteri sepatu-sepatu di pinggir sungai

Siangnya kita menyempatkan diri menyusuri sepanjang Danube River persis di seberang Citadela. Kita juga berusaha ke gedung Parliament, namun tidak boleh mendekat karena katanya lagi ada tamu negara. Salah 1 hal yang masih belum terjawab adalah misteri monumen2 (anggap aja monumen) sepatu di sepanjang pinggiran sungai. Itu maksudnya apa ya? 


Beberapa pemandangan di sudut kota

Kota yang cenderung lengang ya...






Citadela di waktu malam

Pada malam ke-2 di Budapest, kita habiskan dengan menyusuri pusat kota nyari Starbuck dan Hard rock cafe (biasa deh, kalau aku nyari tumbler starbuck, ada juga rekans seperjalanan yang memang suka nyari pernak pernik hard rock). Dan tentunya mengingat Budapest adalah kota yang malam-genic, kita menyusuri sungai dan melihat pemandangan di waktu malam. Sayangnya kamera HP ku gak cukup bagus, jadi lagi-lagi gambar yang dihasilkan ya biasa aja. 







Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke Vienna (Austria), di tulisan berikutnya ya :-)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar