Masih cerita ttg dua perempuan yang beranjak dewasa, yang walau tidak kurus
namun bersemangat, di pinggir barat Singapura. Tapi kali ini suasananya sedikit berbeda. Perempuan yg
satu kehilangan bintang di matanya. Terkapar lemah seperti benang basah dengan
pandangan menatap langit langit ruangan berharap gambar ibunda muncul di sana
tiba tiba. Juga memikirkan pekerjaan di kantor. Sudah malam ke empat. Sementara
perempuan satunya bolak balik laptop-dapur (Ah, semoga laptopnya ga bau dapur
dan dapurnya ga bau laptop hehe)untuk berbagai keperluan demi sang teman
sekamar yang tiba tiba jadi gak lucu lagi. Teman sekamar yang tiba2 ga boleh
banyak2 ngomong dan terdiam membisu menatap langit2
Obat2an dari dua dokter yg berbeda (gaya oy, dua coba!!) berdesakan di kantong plastic kecil. Bukan mau gaya2an :P, tapi khasiat dokter 1 ternyata ga mempan. Obat tinggal beberapa butir, namun sariawan2 di tenggorokan itu masih merajalela dengan manisnya lalu menularkan panas ke telinga, kepala, dan influenza. Menghadirkan sensasi berjuta bintang bintang dan dengungan dengungan yang jedug jedug rasanya (nan desu ka??)
Obat2an dari dua dokter yg berbeda (gaya oy, dua coba!!) berdesakan di kantong plastic kecil. Bukan mau gaya2an :P, tapi khasiat dokter 1 ternyata ga mempan. Obat tinggal beberapa butir, namun sariawan2 di tenggorokan itu masih merajalela dengan manisnya lalu menularkan panas ke telinga, kepala, dan influenza. Menghadirkan sensasi berjuta bintang bintang dan dengungan dengungan yang jedug jedug rasanya (nan desu ka??)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar