Prolog : Naik bajaj istimewa
Perempuan dengan gamis merah muda itu bergegas gegas turun dari patas AC depok-
pulo gadung. "sore
ini harus naik bajaj dan makan pecel lele!!!", membatin dia berulang
ulang.. Keinginan yg sangat sederhana mungkin bagi penduduk Jakarta, namun
tidak buatnya. Menggandeng erat perempuan berjilbab putih di sebelahnya yang
juga turun bergegas gegas. Kenapa musti digandeng? Takut ilang soalnya (hehehe
siapa juga yg mau nyulik ^_^, kali aja ada razia orang ndut). Magrib sebentar
lagi. Dua duanya lecek, berkeringat dan berdebu. Baru 4 hari di Jakarta namun
sudah cukup teler dengan debu polusi yang luar biasa. Eh liat ada bajaj di
sana.
"Bang, ke jalan Hj Mugeni II berapa?" One of them mendekati abang
bajaj dengan sumringah dan mata berbinar binar.
"lapan ribu neng"
"Ok"
Dua duanya lalu bergegas naik. Namun salah satu diantaranya menyikut yang
lainnya.
"Psst.. lapan ribu??, kok ga ditawar?" Satu perempuan sewot
"Loh? Musti ditawar?"
"Oalaaaa… tadi kita naik patas AC sejam aja Cuma 7500. Hiks. Masa naik
bajaj yang penuh getaran gini lebih mahal. Deket pula"
"Udahlah, anggap aja ngebayar getaran bajaj. Kapan
lagi!!" jawabnya cool, calm and confident. Persis iklan rokok.
"#@$#%%^&@" Sang pemrotes pun manyun. Hehehe. Kecian…
"Eh buk, mau difoto di atas bajaj?" ngerayu oy
DEZIIGHH!!!
Mesjid UI, Minggu. 15 May 2005. Ba'da Ashar
episode: ehm.. cinta
Pertama kali melihatnya di awal September 2003. Mata begitu terpesona pada
kesejukkan yang ditawarkan. Dan cintapun jatuh pada pandangan pertama. Cinta yang membuat hati selalu
ingin kembali dan kembali bertemu. Tahun berikutnya kesempatan mengunjunginya
datang berkali kali. Dan perasaan cinta itupun bertambah tambah. Cinta yang
manis. Menyejukkan dan menenangkan. Kegembiraan yang luar biasa ketika hari ini
kembali bisa mengunjunginya. Berada di lingkungan mesjid ini lagi. **pasti yg
baca mikir yang aneh2, orang lagi ngomongin mesjid UI kok hehehe*
Memandang danau UI yang luas dari pinggiran koridornya. Mengamati para akhwat
yang duduk melingkar berkelompok kelompok dalam lingkaran lingkaran kecil. Juga
kelompok2 diskusi dengan lawan jenis yang dibatasi hijab. Sekadar bisa memandang,
sambil hati bertanya tanya. Lgi membicarakan apakah?. Bolehkah bergabung?.
Tentu dalam hati sahaja.
Hujan mengguyur bumi. Percikan percikannya yang menyentuh permukaan danau
terabadikan dalam kamera digital pinjaman dari adik kelas (ga sanggup euy beli
sendiri). Begitu nyaman dan damai terasa. Wajah wajah ramah yang sengaja
mendongakkan muka dari jauh dan saling menatap mata lekat lekat untuk sekadar
mengucapkan salam. Assalaamu'alaikum. Salam penghuni surga. KataNya di al
waqiah. "laa yasma'uuna fiihaa laghwan walaa ta/tsiimaan. illaa qiilan
salaaman salaamaan" .Damainya… Iri menghujam hujam dada. Iri pada mereka
yang berkesempatan menikmati suasana ini setiap hari. Setiap hari. Ya. Setiap
hari. Aku kemana aja?
Depok, menjelang magrib
episode: akhwat kembar
"Apabila seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia mengatakan rasa
cintanya kepadanya" (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
"Saling memberi hadiahlah, niscaya kamu akan saling mencintai" (HR Al
Bukhari)
Kebagusan raya: "Ibu ibu lagi di mana?"
uN: "Warung makan berkat"
KR :"Oke, ane ke sana dalam setengah jam"
u: **wah gawat... gawat**
Benar saja. Setengah jam kemudian muncul sosoknya turun dari angkot sambil
tersenyum lebar. Dianya menenteng 3 bungkusan. (tuh kaaaaaaaan, pasti deh).
Salampun berjawab dan wajah wajah saling menatap... *kangeeeeeeen*. Ayo ayo
kenalan dulu. Bu kebagusan raya dan si ibu jilbab putih (always putih
tepatnya!!) pun berkenalan. Lalu tersenyum geli. Namanya sama soalnya.
Sebenarnya bukan cuma nama yang sama. Walau yang satu telah aku kenal 4 tahun
lamanya di dunia nyata, sedang yang satu lagi baru 2 tahun, namun banyak hal
yang akan segera bisa merekatkan hati mereka berdua. Buktinya, cerita2 seru pun
mengalir. Dan aku dicuekin dengan manisnya. Hiks. Nyela
ah. Cari perhatian :-(
"Bu...
"Ya..?
"Gamis nt bagus..
"trus..?"
(menatap dengan cemas)
"Rasulullah kalau dipuji, langsung menyerahkan benda itu ke..
"Tuh kaaann.. udah ketebak"
*nyengir*
"Eh bu.."
"ya..?, bajuku bagus juga?"
" bukan.. cuma mau bilang.. kok tambah Ndut.."
DEZIIGH!!! dalem banget... yang penting sehat dan bersemangat :D
Magrib menjelang. Danau UI telah gelap. Malam ingin menunaikan tugasnya. Sampai
ketemu lagi ya neng kebagusan. Syukran hadiahnya. Semoga Allah memeprtemukan
kita lagi. Gamisnya bagus deh.. (hehe masih aja)
Mesjid UI, Senen. 16 May 2005, Ba'da ashar
episode: kabut
Masih hujan. namun tak seheboh kemaren.
Kabut tersibak perlahan. Membukakan hijabnya.
Yang maya menjadi nyata. Sesaat saja. Cuma sesaat saja.
Membeningkan hati
Meluruskan niat
Menyempurnakan ikhtiar
Lalu sabar.
tentang ketakutan dan harapan
Shabrun Jamil
huwa alladzii yuriikumu albarqa khawfan wathama'an wayunsyi-u alssahaaba
altstsiqaala
Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan
dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.
Q.S (13) : 12
Salemba, Rabu. 18 May 2005, masih pagi
Satu jam berlalu cepat.
"Lalu kapan integritas itu teruji?" tanyanya.
"Sudah pernah", wajah itu tidak lagi menunduk Mulai bosan.
"Bagaimana dengan... bla bla bla..."
Perempuan itu mulai jenuh. Ah panjang sekali percakapan ini. Selabut selabut
kelabu di kepala mulai berontak. *pening*. Perutpun mulai lapar. Sayur bayam
sayur lodeh. Apapun namanya deh. Asal islam di atas segalanya.
DPW PKS Kwitang , 18 May 2005, menjelang dzuhur
(ngapain sih ke Jakarta?)
(kunjungan ke DPW PKS) *gak denk, becanda*
Mba Prajurit kecil meyambut kami (tepatnya bajaj yg kita tumpangi) dengan
sumringah.sambil melambai lambaikan selembar lima ribuan for me ngebayar bajaj (heheh
malu2in, dateng2 langsung ngutang). Ah ketemu juga akhirnya. Langsung deh
dipamerin undangan nikahnya ^_^.
Barakallahu lakum wa baraka alaykum wa jama'a baynakum fii khair Andai bisa
menghadiri.
Pertemuan singkat
namun lumayan (lumayan foto2nya :D). Makasih ya mbak. Moga2
kapan2 kita bisa ketemu lagi.
Kwitang-Pisangan. 18 May 2005 ba'da Zuhur
on the road with bajaj (again!!!)
ngapain sih ke Jakarta?)
pengen naik bajaj :D
Lalu disinilah bertemu realita. Dalam perjalanan setengah jam terguncang
guncang di atas bajaj. Jadi bercadar mendadak gara2 debu yang benar benar luar
biasa. Sepasang mata menyusuri dinamika kehidupan manusia manusia aneka rupa.
Di jalanan, di tengah jalan, di pinggir jalan, di pasar pasar tradisional,
bahkan di bawah jalan layang. Pasti daya tahan tubuh mereka luar biasa.
Nampaknya hidup begini sulit di kota sebesar ini.
Tiba2 terbayang wajah kota Padang yang sederhana. Tidak gemerlap, namun tidak
banyak juga kemiskinan yang menyesakkan dada. Lihat di sini. Semua orang
sepertinya bisa menjadi apa saja dan di mana saja. Asal tetap hidup. baru paham
diri tentang kejomplangan yang luar biasa di negeri ini. Lalu sinetron2 di TV2
itu milik siapa?.Bohong semua?. Atau cuma mewakili nol koma sekian persen
realita. Aku ibarat orang kampung yang baru datang ke kota besar lalu sakit
mata dengan segala rupa rupanya.
Terbayang juga Singapura yang *kotak kotak*. Seperti negara mainan. Semua serba
teratur, serba diatur dan serba mau diatur. Disiplin, bersih, rapi. Islami
secara fisik. Namun tentu tidak secara jiwa. Buktinya sebentar lagi mau
dibangun Casino. Yah, cuma bisa mengurut dada. Moga2 efek buruknya gak
menyeberang ke tanah air kita. Mengimbas anak anak kita
kelak. Cucu cucu kita. Ah tugas kita berat ya rupanya.
Eh ngelamun. Udah sampai neng. Sebelas ribu. Ya. Sebelas ribu untuk setengah
jam perjalanan yang penuh perjuangan.
Singapura. Revenue house, Cafetaria, 19 May. Masih pagi
with dilatasi memory-nya Ari Nur
Singapura yang bersih, rapi dan bebas polusi. Namun kurang dinamika. Ibarat
masakan padang
tanpa cabe.
Lebih suka Indonesia.Namun masih di sini aku, belum diterima oleh negeri
sendiri ^_^. Mungkin
belum. Ari Nur terlalu optimis dengan mimpi mimpinya tentang Diorama sepasang
al Banna. Mungkin aku juga harus begitu. Tetap optimis. Menjadi sepasang al
Banna. Tentunya setelah menggenapkan bilangan. Sayur bayam sayur lodeh.
Dimanapun namanya deh. Asal islam tetap di atas segalanya ^_^.
Singapura yang bersih, rapi dan bebas polusi. Namun kurang dinamika. Ibarat
masakan padang tanpa cabe.
Aku mengamat lalu lalang para profesional muda ini sambil mengira ngira. Kira2
mereka aware tidak ya tentang adanya sebuah kehidupan yg cukup rumit di belahan
bumi sana. Setelah berpuluh tahun dibesarkan di dream island ini. Aku tersenyum
kecut teringat cerita tentang seorang Singaporean yang berkunjung ke lampung
lalu terkaget kaget waktu melihat kucing masuk restoran. Lalu mengatakan
lampung = zoo (kebun binatang). Pengen marah. Tapi apa daya . Coba kalau dia
main main ke kampungku. Bisa bisa diajak makan ayam goreng sambil ngeliatin
ayam ayam hidup. Makan ayam bareng ayam heheh. Well,
this is liFe ^_^
Ups jadi melanklolis. Sebaiknya disudahi dulu ^_^. Demikianlah catatan
perjalanan kali ini. Moga2 di masa depan bisa ditengok kembali sebagai
pembelajaran.