//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//
Prolog: puisi dari FLP
Entah hari yang keberapa saat ia termenung menatap pelangi sehabis hujan tadi
sore
Bau kayu yang basah menyelusup dalam rongga hidungnya,
Pun tanah yang tak lagi menyisakan retak
Dan semilir angin segar mengelus wajah manis ditepian jendela, lembut
Lalu pada kedua tangannya ia menggenggam sepucuk surat kumal bergaris pinggir
merah
Ada hela napas yang terdengar berat ketika pelangi mulai samar terlihat
Akhirnya, berembun juga kabut yang sedari tadi bergayut manja dikelopak matanya
Tertunduk, menatap haru pada lembaran kertas surat bergaris pinggir merah yang
bertuliskan
: kebersamaan kita adalah hal terindah dalam hidupku,
lalu berhakkah kita salahkan takdir
bila kebersamaan itu tak lagi memihak kita?
--------- end puisi------
Well,
Ini hari-hari terakhir di Singapura, dan aku merasa kehilangan bakat untuk
merangkai kalimat-kalimat tak langsung, puitis, berkias dan melankolis. Kali
ini ingin bercerita apa-apa yang terasa tanpa perlu mencari kalimat kiasan dan
bahasa yang indah. Ingin menulis selancar aliran air di sungai-sungai di
kampungku, secepat ibu ketika mengaduk bumbu-bumbu masakan menjadi rendang yang
enak. Ingin meresapi ketukan jari-jari di keyboard dengan sepenuh jiwa seperti
ketika aku mendengar musik tari piring lalu meneguhkan dua piring di dua
tangan, memejamkan mata dan berkonsentrasi menari mengikuti alunannya (sekarang
cuma berani nari di depan akhwat). Mempertahankan keharmonisan, kecepatan dan
ketepatan gerakan agar piring-piring tidak jatuh lalu pecah. Bukan hal yang
mudah, namun begitu indah. Diriku begitu menikmatinya, menikmatinya dengan
sempurna. Dan itulah yang ingin dirasakan saat ini. Menikmati Singapura sampai
detail-detail terindahnya.
Bingkisan-bingkisan kasih
Sebuah bingkisan manis berwarna merah jambu. Bingikisan pengikat jiwa. Syukran
alal hadiah al jamilah ya ummi Nida, ummi Zahra, ummi wafa and ummi Aisyah.
Jazakumullah khairan katsiran. Arigatou banged deh. Cakep!!! Mohon do'anya
supaya tetap teguh dan istiqomah di tempat yang baru.
Dan, ah masih banyak lagi. Sebuah kotak mungil dari adik mungil di NTU sana,
eits jangan salah, mungil-mungil gitu mahasiswi Phd loh. Kebanting deh unina.
Beserta sebuah puisi manis tentang.. ehm, seorang perempuan.
Berbicara tentang bingkisan, sungguh rasanya syukur tak terkira kepadaNya. Aku
dianugerahi lingkungan yang manis dalam menjaga dan mengekspresikan ukhuwah.
Dari dulu sampai sekarang tak terhitung banyaknya paket-paket mungil bersampul
ukhuwah dan berbalut sayang yang dikirimkan lewat hati-hati yang tentunya
senantiasa berkumpul karena Allah semata. Ada adik lucu yang hobinya membelikan
hadiah tanpa pandang harga dan situasi, bahkan pernah menyeretku ke Paya lebar
untuk memaksaku memilihkan sebuah gamis untuknya, pilihanku jatuh pada gamis
manis hijau lumut dan jilbab senada, yang ternyata untukku.
Ada gadih minang nan elok budi yang pernah menghadiahi buku resep masakan
nusantara (Ondeh uni, barajalah mamasak lai). Belum lagi perhatian, kasih
sayang dan kepeduliannya yang tentunya tak bisa diukur dengan materi. Selalu
siap, selalu ada bahkan ketika aku berada di puncak keegoisan dalam menapaki
hari-hari. Ada juga another gadih minang sarjana teknik sipil NTU, yang kerap
mengirimi bingkisan mungil atau sekedar menunjukkan wajah cerah seperti taman
bunga. Bahkan tanpa diduga-duga mengisi pulsa telefonku di saat-saat sekarat, saat
saldo ditabungan tinggal beberapa puluh dolar. Atau uni-ku di bukit batok sana
yang nampaknya tak kenal lelah setiap kali aku datang dengan segudang perasaan,
persoalan dan kepenatan. Selalu tersenyum, selalu mendoakan dan selalu sabar.
Ondeh, di rantau iko ruponyo urang sakampuang lah manjadi sanak se sadonyo…
Alhamdulillah. Denai simpan rindu nan jo taragak, semoga awak basuo baliak
nantinyo dalam kondisi iman yang labiah baik yo ummi Zahra.... Amin…
Ah siapa lagi yang musti kusebut? Begitu banyak nama dan peristiwa berkejaran
di kepala. Ada sajadah merah, indah luar biasa di hari saat usia berkurang.
Dari dua sosok yang selalu menolak disebut romantis. Padahal yang satu adalah
adik manis yang suatu hari langsung meluncur ke Raffles place begitu tahu aku
sedang 'memikirkan' sesuatu yang 'berat'. Sosok yang dibalik diamnya selalu
berusaha memikirkan yang terbaik untuk keluarganya, teman-temannya dan
sekitarnya. Sedang yang satunya lagi adalah seorang akhwat yang pernah berkutat
4 hari di kamar dan tidak pergi kuliah, untuk menemani aku yang sedang sakit
dan tidak bisa bangun. Seorang akhwat yang baru kukenal namun darinya aku
banyak belajar tentang pengertian, kesabaran, ketulusan dan kedewasaan dibalik
keceriaan yang dia tebarkan. Seorang akhwat yang baru kukenal namun punya
kepribadian yang begitu kokoh, ibadah yang bagus, luar biasa cerdas dan punya
wawasan yang luas.
Suatu malam di bulan april aku terluka parah dan merasa remuk redam. Aku
memberitahunya. Beliau yang seharusnya bolos kajian Sirah nabawiyah untuk
mengejar tesis, malah memaksakan diri datang menempuh 1,5 jam perjalanan dari
kampus untuk menemaniku yang malam itu begitu tidak focus dengan penjelasan
ustadz tentang peristiwa2 uhud. Kedewasaannya membawaku pada suasana diam
sepanjang jalan membiarkan hati sembuh sendiri. Lalu dengan bijaknya malam itu
dia tidak langsung mengajakku pulang namun malah membawa ke sebuah taman lalu
kita duduk di sebuah bangku memandang langit malam. Dia diam, akupun diam,
namun lama-lama tangispun pecah dan dia tetap diam sama sekali tidak menghibur.
Membiarkan aku meredakan sesak yang merajam-rajam sambil sesekali mengusap
punggung atau memeluk. Saat hujanku luruh menjadi gerimis, dia yang ibadahnya
berkali-kali lipat jauh lebih sempurna ini berkata lirih sambil tersenyum
bijak:
"Sudah reda tangisnya? Coba lihat ke atas sana. Di langit sana?"
akupun mengikuti arah tunjuknya. Lalu dia meneruskan:
"Di langit itu ada bintangnya Reni, bintang yang sangat indah dan terang.
Dan bintang itu milikmu. Sekarang mungkin tidak kelihatan dan langitnya
sunggguh gelap. Namun yakinlah, lihat saja terus ke langit itu, lihat saja
terus dan terus. Suatu saat dia pasti muncul karena saat ini mungkin sedang
tertutup awan" Dia tersenyum, lalu diam kembali dan tidak mengatakan apa
sampai akhirnya kami pulang menjelang tengah malam.
Ya, itulah dia. Seorang yang dengannya aku merasa menemukan
sparing partner, teman diskusi terbaik, merasa tertantang untuk bertambah
pintar, dan merasa terlengkapi dalam jalur-jalur pembahasan yang berat.
Seseorang yang membuatku sedih karena entah kenapa kesibukan membuat kita
menjadi jauh, jarang bersua dan jarang berbicara.
Suatu sore di tepian Raffles, ketika bibirku benar-benar terkunci namun hati
benar-benar rindu padanya, rindu berdiskusi seperti dulu, aku menanyakan kabar
akhwat itu lewat seorang ukhty fillah. Bagaimana kabar terakhirnya, apakah dia
lagi bermasalah, bagaimana keadaan dunianya, materinya, hatinya, ibadahnya dst
dst. Ukhty fillah tersebut berbicara padaku dengan suara yang lirih..
"Hanya keadaan yang membuat kalian tiba-tiba kehilangan banyak kesempatan
untuk banyak-banyak berdiskusi lagi. Setelah pembicaraan yang panjang
dengannya, aku tahu dan aku yakin bahwa kalian berdua, demi Allah… saling
mencintai, saling menyayangi dan saling peduli. Dia selalu menanyakan kabarmu,
setiap hari dan aku tahu engkaupun begitu. Demi Allah kalian saling menyayangi
dan kalian berdua adalah sosok yang akan sangat kuat jika digabungkan.
Menghasilkan energi yang besar ketika pemikiran dan ide-ide disatukan.
Percayalah, hanya keadaan yang membuat kesempatan itu terasa hilang. Demi
Allah, kalian saling mencintai. Kalian benar-benar saling mencintai"
Dan air mataku menderas seperti hujan. Hatiku gerimis namun ada lega yang
menghasilkan pelangi.
Begitu banyak nama yang begitu susah kueja satu persatu untuk mengingat segala
kebaikan-kebaikan mereka. Mencari teman di kala senang adalah hal yang gampang,
namun menemukan teman di kala susah tidaklah mudah. Dan aku benar-benar pernah
berada di titik terendah dalam kelemahan diri, kelemahan hati dan kemiskinan
materi. Dan mereka, tak pernah pergi. Begitu banyak nama yang begitu susah
kueja satu persatu untuk mengingat betapa pada banyak kesempatan tentunya aku
telah menorehkan banyak salah dan alpa. Maafkan, maafkan… jika sering terlalu
egois diri sehingga terlupa mengatakan 'apa kabar cinta' saat sebenarnya kau
ingin ditanya. Khusus untuk phepi, dinciw, ratih dan neng Lia, teman-teman
serumah, sehati, sejiwa di muslimats apartemen, maafkan jika tiba-tiba aku mengeluarkan
jurus ngambek yang dahsyat. Atau maafkanlah jika di atas jam 12 malam tiba-tiba
menjadi manja ga karuan, minta ditemenin tidur, merajuk, minta ini-itu atau
suka ribut tak tentu arah.
Begitu banyak nama yang begitu susah kueja satu persatu untuk mengingat segala
kebaikan-kebaikan mereka. Duhai kawan, jika namamu tak tersebut secara tersurat
ataupun tersirat dalam tulisan kali ini bukan karena aku lupa pada engkau
sekalian. Justru saat ini aku sedang memandang foto-foto pertama kita di tahun
awal di NTU. Mengingat-ingat segala pembelajaran jiwa yang kita alami
bersama-sama. Aku tumbuh bersama engkau wahai saudari-saudari terkasih.
Saudari-saudari yang terasa begitu erat ikatannya dalam aliran darah. Karena,
ikatan ini lebih dari ikatan darah yaitu pautan hati karena rahmat dari Allah.
Duhai kawan, jika namamu tak tersebut secara tersurat ataupun tersirat dalam
tulisan kali ini bukan karena aku lupa pada engkau sekalian. Justru karena
tangan ini semakin bergetar dan airmata menderas, sehingga aku memilih untuk
tidak meneruskannya. Memilih untuk tidak melanjutkannya dalam untaian kata.
Seandainya bisa berangkat ke Jakarta
tengah malam ingin rasanya hati, biar tidak usah melihat wajah-wajah terkasih
kala perpisahan.
Gerimis hatiku ketika acara perpisahan, farewel dinner dengan teman2 seteam di
kantor atau lunch dinner dengan teman-teman kantor berkebangsaan Indonesia, tak
ada apa-apanya dibanding sedihku berpisah dengan dikau semua. Membayangkan
bahwa keterbatasan materi membuatku tidak akan segampang dulu lagi mengirimkan
sms ini itu ketika tiba-tiba mendapat inspirasi kalimat-kalimat yang indah atau
bertemu nasehat-nasehat yang memikat hati. Dan tidak bisa tiba-tiba mengangkat
telpon lalu saling berbicara berjam-jam lamanya. Namun kalian kuletakkan di
dalam hati, tidak di pelupuk mata. Jadi walau sudah tak tampak lagi secara
fisik, insyaAllah kekal adanya dalam ruang-ruang hati.
Tak hanya muslim saja
Satu bab di Ayat-ayat cintanya Kang Abik memberiku pencerahan yang indah
tentang pengaturan hubungan dan sikap kita yang semestinya terhadap non-muslim.
Subhanallah, andai semua non-muslim di dunia mengetahui bahwa ada aturan yang
manis dan perlindungan yang indah dalam hubungan terhadap non-muslim dibawah
islam yang bercahaya. Sampai sekarang juga : Kingdom
of Heaven" yang mengisahkan
keharmonisan King Baldwin dan Salahuddin al
Ayubi dalam batas toleransinya yang mempesona, begitu terukir di hati. Islam
sungguh indah! Terutama bagi yang makin memahaminya. Maka aku tak heran lagi
jika menjumpai banyak teman-teman non muslim yang kadang lebih islami dari kita
yang muslim. Dalam hal kebersihan, kedisiplinan, menghargai, membantu dst dst.
Beberapa jam yang lalu aku meninggalkan computer untuk bertemu ummu Iffah di
Somerset MRT. Beberapa saat kita berbincang tentang hidup, kehidupan,
paradigma, ketabahan, perjuangan dan nasehat-nasehat. Keakraban yang baru saja
terjalin (makasih ya mbak atas sokongan ketegaran jiwa dengan
celetukan-celetukan ringan dan segar yang tanpa mbak sadari justru sering
membuatku tegar berlipat-lipat). Ketika kembali ke kantor aku mendapati sebuah
ucapan singkat di kertas notes berlabel kantor ini:
Reni,
Good Luck!!
All the best in your dream work!
Saat kucari kemana orangnya ternyata sudah pergi ada briefing sampai malam. Dan
subhanallah aku menangis. College yang ini (sejatinya baru berumur 27 tahun)
adalah yang paling sabar membimbing masa-masa sulit di awal-awal ketika baru
masuk kantor. Dia menempati tempat yang istimewa dalam segi penghormatan,
respek dan rasa seganku. Segan atas kebaikan dan bimbingannya. Hormat atas
perlakuannya yang sopan dan terjaga. Suatu hari dia memberi penjelasan panjang
lebar ketika aku begitu bingung dengan macam-macam kejutan di kantor.
Penjelasan yang menenangkan.
Dia memang buddy-ku, ditugaskan untuk membimbingku. Namun dia tidak sekedar
membimbing secara teknis, tapi juga mampu menggali potensi-potensi dalam diriku
dan membuatku terus merasa nyaman, percaya diri dan merasa begitu dihargai.
Saat menyadari bahwa aku akan meninggalkan kantor ini, dia yang pertama
kuberitahu dan dia berkali-kali datang menanyakan kabar, mengucapkan selamat,
menanyakan detail dst dst dalam batas-batas yang terjaga. Bahkan
penghormatannya padaku sebagai seorang muslimah kadang mencengangkan, tentang
toleransinya terhadap waktu sholat dan sisi-sisi sensitive peribadatan lainnya.
Dan berikut adalah kalimat balasannya ketika aku mengucapkan terimakasih yang
tulus atas segala bantuannya:
"I am just glad that I have manage to help you in any ways. I am happy for
you that you found your dreamjob =), workhard Reni!!! And who knows we may work
together again"
Dan tahu apa reaksiku. Kembali air mata menderas. Ups moga-moga aku hati tidak
mengaguminya melebihi batas yang dibolehkan, (Astagfirullah al adzim, Istih!!
Gimana nih!!). Gawat juga nih, coba kalau yang seperti itu muslim, waduh hati
ini bisa ketar ketir. Aku gak kebayang teman-teman akhwat yang bekerja di Indonesia
dengan teman-teman muslim dimana-mana. Hebat!!! Aku mulai kurang yakin dengan
diriku jika bekerja di Jakarta
ntar. Duh, kayaknya aku musti cepat-cepat nikah nih (hehehe nyari-nyari alasan)
Subhanallah nampaknya sisi-sisi melankolisku lagi mendominasi. Padahal tadi
malam ketika membahas habis-habisan dengan mb Phepi, roommate, tentang 4 sifat
manusia (sampai setengah 4 pagi!!!) aku meledek dia habis2an diatas sifat
melankolisnya yang gedubraks-gedubraks. Tapi ternyata, aku...
Saat perpisahan tiba
Sudah hampir pukul 4 sore. Dua jam lagi aku harus mendelete semua file pribadi
di computer, mematikannya dan melenggang meninggalkan kantor ini untuk yang
terakhir kalinya. Dan, ah ya mendekati Istih!! Mengembalikan buku "Diary
Pengantin" yang kemaren dipaksa dipinjamkan dan musti tamat dalam sehari
(Moga2 ga ada maksud-maksud terselubung heheh).
Itulah hal terberat yang harus aku lakukan sore ini. Berjalan ke meja Istih,
mengembalikan bukunya. Ya Allah, apa yang harus aku katakan. Kepada beliau yang
seakan ditakdirkan untuk bersama-sama terus dari tingkat 1, belajar, di kampus,
mengenal dakwah, belajar dewasa bersama, merasakan jatuh bangun persahabatan,
pahit manis ukhuwah, tangis, suka, duka, bahkan setelah lulus kantorpun sama,
selantai. Masa-masa perkuliahan seakan baru kemaren. Saat kita kabur ke rumah
makan Padang
sehabis tugas robotic serasa kemaren. Saat mendesign website nikahnya,
mendengarkan cerita-ceritanya, saat gembira ketika dia juga diterima di kantor
ini. Makan siang bareng, ke mesjid bareng, menggosip di sela-sela waktu kantor,
pulang bareng, bahkan menemaninya saat-saat hamil mudanya ketika sang suami
musti jauh di rantau demi sebuah tugas. Saat berdiskusi tentang konsep-konsep
dakwah, ukhuwah, persahabatan, kepedulian, bahkan tentang rumah tangga! Lima setengah tahun,
benar-benar bukan masa yang singkat.
Tadi pagi dia menyodorkan dua foto. Foto 5,5 tahun yang lalu, ada belasan wajah
di sana.
"Coba liat kamu tingkat 1. Jeleeeek dan cemberut, serem!" katanya
singkat. Aku tersenyum simpul. TENTU SAJA!. Kalianlah yang telah mengubahku
wahai sahabat. Kelembutan kalianlah yang perlahan menorehkan tinta-tinta manis
dalam persepsiku memandang dunia. Dalam 5,5 tahun terakhir aku lebih banyak
tersenyum, ceria, tertawa, lebih husnuzhon, walau mungkin dibanding antunna
semua tetaplah aku yang paling galak dan super plin-lan (hehe, tapi tayank dunk
yaaa). Antunna semua yang membuat aku (merasa) diriku lebih berarti,
diperlukan, dan memerlukan (dasar deh, sanguinis sejati !!!). Dan dari engkau
semua aku belajar tentang kehangatan dan bahwa hidup ternyata begitu indah
ketika kita saling sayang. Dari antunna semua aku merasakan bahwa level ukhuwah
yang engkau tawarkan tak lagi pada level Salamatus sadr, tapi sudah pada
level Itsar. Subhanallah, Allahu akbar. Betapa indah karuniaNya.
Lalu apa yang akan kukatakan pada ibu hamil itu 2 jam lagi? Pada dia yang begitu
banyak berjasa menentramkan batin ketika diri berada dalam keadaan terlemah
baik lahir, batin bahkan materi! Pada dia yang di jaman kuliah adalah orang
pertama tempat berbagi catatan, pelajaran, sekolah, kuliah, ilmu-ilmu agama
sampai bahasa arab. Pada dia yang mengaku tidak bisa romantis namun menunjukkan
cinta dengan cara yang berbeda. Pada dia yang setiap pagi kutemui sebelum
memulai pekerjaan sekedar melayangkan senyum dan melambaikan tangan. 5,5 tahun
bukan masa yang singkat bagi kita untuk saling mengenal dan jika aku disuruh
menyebutkan nama siapa yang paling tahu diriku dan segala
keburukan-keburukannya yang dahsyat dan banyak banget, tentu namamu yang akan
aku sebut. Apa yang harus kukatakan? Aku takut air mata ini menderas lagi
sebelum kalimatku abis. Gengsiku yang tinggi membuatku tak ingin terlihat
cengeng. Dan karena itu jugalah aku melarang beberapa orang yang begitu berarti
bagiku untuk mengantar ke bandara. Aku takut menghadirkan hujan di depan
mereka. Gengsi dan malu.
Apa yang harus kukatakan? Oh mungkin ini: "Istih, aku besok siang terbang
ya. Ini bukunya. Diary pengantin. Aku dah baca loh, bagus deh =) Moga-moga kamu
belajar banyak hal dari buku ini dan aku juga. Udah 6 bulan nih si dedek, jaga
kesehatan yah, jangan pulang malam-malam. Kirim-kirim email ya ke email yang di
Gmail. Kalau ponakanku dah lahir unina musti dikabarin yah. Maafkan atas
kesalahanku yang tentunya sudah tak terhitung banyaknya selama 5,5 tahun ini.
Maafkan atas segala keegosian yang tentunya demikian bertumpuk-tumpuk dari hari
pertama engkau mengenalku. Maafkanlah aku. Semoga Allah selalu mengukuhkan iman
di hati-hati kita. Karena iman adalah nikmat terpenting yang kita punya. Semoga
iman yang setipis kulit bawang ini senantiasa terpelihara dan bertambah kokoh.
Dan ukhuwah ini akan menjadi salah satu kenangan yang paling indah untuk kita
kelak, untuk anak cucu kita dan penerus-penerus kita. Semoga catatan sejarah
persahabatan kita semua bukan sekadar mencari keindahan dunia, tapi ditujukan
untuk mencapai surga. Dan kita akan semakin tertata saat kita tidak jemu
memaknai bahwa setiap tempat adalah tempat belajar dan setiap waktu adalah
kesempatan untuk berbenah diri"
Selamat tinggal sahabat-sahabat terkasih. Apalah artinya jarak fisik untuk
hati-hati yang saling mencintai karena Allah. Kenangku di dalam do'amu. Maafkan
dan do'akan aku setiap kali kita saling mengingat. Demi Allah, jika saat ini
air mata ini mengalir deras, insyaAllah bukan karena aku menangisi perpisahan.
Tapi justru air mata syukur atas keindahan persaudaraan.
Lalu alunan Emilia tiba-tiba saja melesat dikepala ketika aku memutuskan untuk
menghentikan tulisan ini:
But I do do will
But I do do feel
Miss you much…
Miss… you much
uNi: Istiiii... aku mau boneka iniii.. beliiiin..
istih: ih, kamu ini.. udah mau punya ponakan juga
Malam terakhir dengan teman serumah
Di rumah ini kita berlima saling mengenal
bercanda..
tertawa...
memutuskan saling cinta...
saling sayang...
dan belajar dewasa bersama....
Dan aku akan selalu rindu....
menyontek syair arab....
Sahabat, apakah engkau melihat bulan sabit yang bersinar itu?
Sungguh engkau tempat dan cahaya yang tinggi
Sahabat, pernahkah kau berjalan-jalan diantara taman-taman?
Sungguh engkau lebih indah dari burung-burung
Uhibbukum Fillah...
Komentar
ichal :: [E-Mail] [Web] Hai
uni, jumpa lagi ya... aku dah pindah blog sekarang...
dany wicaksono :: [E-Mail] [Web] Tumben Ukh, ada photo di blog ini :)
dany wicaksono :: [E-Mail] [Web] jadi agak ngga nyaman baca blognya, soalnya sambil nunduk2 nih :)
uNi :: [E-Mail] dear
tmn2 di Singapura, daku ganti nomor ke XL, nomornya tanya ke tmn2 di plet 664D
ya =). makasih... maap ga di sms in satuh2
yumni :: [E-Mail] [Web] teristimewa untuk Mu
teruntuk insan-insan yang kusayang
ada yang ku cinta kerana senyum nya
ada yang ku jatuh cinta pandang pertama
juga ada yang setelah mengenal jiwa raga
berguling-guling hatiku menahan rasa
teristimewa untuk insan-insan yang ku kasih
ada yang ku kasih kerana kasihnya pada Tuhan
mengetuk-ngetuk pintu hatiku dengan bait-bait agung
melihat mereka taqwaku jadi malu
imanku terserlah kurus
berbanding dengan kemantapan cinta di hati mereka
asyik dengan kalimah ALLAH itu sempurna
maka apa perlunya cinta selainNya?
teristimewa untuk Allah
Kekasih sesiapa yang menjadikan Dia Kekasih
merindui secara batin akan WajahNya
merangkak ke syurga kerana di situ Dia ada
sanggup ke neraka jika di situlah Dia
cinta si Rabiatul Adawiyah menekan jiwa
merasa ni'mat solat sunnah hanya kerana Dia
asyik dengan halawatul iman setelah sabar menanggung ujian
setelah air mata taubat mengalir deras tak mahu henti
hidup di dunia seperti mati kerana jiwa sudah ke sana
melayang-layang mengetuk-ngetuk pintu-pinti rahmat ALLAH
pohon simpati meminta sedekah, cinta,perhatian dari Al Quddus
Oh Tuhan! terlalu banyak ni'mat yang perlu ku syukuri
terlalu banyak titik hitam yang perlu ku suci
terlalu jauh penat lelah ranjau istiqamah
tapi aku terlalu ingin melihat WajahMu
lalu bangun menyempurnakan Taubatku
lalu menerangkan indahnya KashMu
pada insan lain dan juga diri sendiri
kami semua rindu padaMu!!!
oleh sakinah utk adeq tersayang