//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//
Terhenyak. Ternyata selama 15 bulan di Jakarta
hapalan Quranku tidak bertambah kecuali beberapa ayat sahaja. Kemunduran yang
luar biasa. Sangat! Tercenung. Sedemikian lamanya terlena dalam aktifitas
duniawi sampai-sampai hal yang dulunya sempat menjadi hobby, bahan dasar
makanan ruhiyah, penyemangat jiwa, kesukaan, kesenangan, terlalaikan sedemikian
hebatnya. Jika saja saat ini tidak tengah menyiapkan sebuah agenda maha penting
dalam hidup mungkin aku tidak akan sadar-sadar juga tentang keterpurukan ini.
Jika saja saat ini tidak tengah menganalisa, introspeksi, mempelajari kesiapan
diri untuk menghadapi tahapan maha penting dalam hidupku, mungkin aku tidak
akan sadar-sadar juga.
Kilasan masa lalu membayang jelas
menghadirkan rona-rona malu sekaligus rindu pada jiwa yang lama. Masih segar
dalam ingatan bagaimana dulu 6 bulan lamanya semasa kuliah praktek, 1,5 jam di
kereta dan bus dari NTU ke Jurong East dihabiskan
dengan menikmati kesenangan menambah hapalan. Nikmat sangat. Subhanallah. Rasanya
masih ingat di bus stop mana akhirnya al-Mutafifin benar-benar hinggap, di hari
ke berapa at-Takwir baru berkenalan. Indah!! Bener!!! Sambil pepohonan
‘berlari’ di luar jendela, aku juga menyimpan kalimat-kalimatNya di dalam dada.
Rasanya luar biasa. Sejuk. Tentram. Penat pun hilang. Masih segar dalam ingatan
saat-saat pengangguran sehabis kuliah. 1 jam perjalanan dari Boon lay ke Jurong East kemudian ganti kereta ke Yishun untuk mengajar privat anak SD begitu manis dalam kenangan
bersama al Waqiah, al hadid dst. Padahal saat itu justru keadaan ekonomiku
sedang parah-parahnya. Hanya mengandalkan pemasukan dari mengajar privat 2 kali
seminggu, berjualan kartu telpon serta sisa-sisa tabungan waktu kuliah, untuk
bergulat dengan biaya hidup Singapura yang mahal pisan. Berbulan-bulan. Kadang-kadang
nangis juga di kereta karena cemas gimana kalau tak kunjung kerja juga. Namun
justru di masa itu ibadah terasa demikian manisnya. Hati demikian tentramnya.
Hiks...
Demikian juga setelah bekerja di Novena.
Walau memang jam-jam yang berlalu lebih tersita oleh memikirkan kantor, namun
masih sempat menengok dan mengejar target sekuatnya walau tidak sepetyi dulu. Nah, sekarang? Sebenarnya alasanku apa?
Jakarta macet? Ah, alasan.. ke kantor jalan kaki 15 menit sahaja. Training-training
yang menuntut pembuatan makalah tiap 2 minggu? Ah gaya aja tuh, makalahnya
dibuat bersepuluh orang per kelompok. Lalu selama 15 bulan ini ngapain aja? .
Jika saja saat ini tidak tengah menyiapkan sebuah agenda maha penting dalam
hidup mungkin aku tidak akan sadar-sadar juga tentang keterpurukan ini. Jika
saja saat ini tidak tengah menganalisa, introspeksi, mempelajari kesiapan diri
untuk menghadapi tahapan maha penting dalam hidupku, mungkin aku tidak akan
sadar-sadar juga.
Padahal padaNya
aku selalu meminta dihadiahkan pasangan yang kelak juga bisa menjadi partner
dalam mencintai al-Qur’an. Semoga keterlenaan ini tidak terlalu lama
10 April 2007
19 hari menjelang
hari itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar