Huimien [Bag 1]
Jari jemari yang seharusnya bertemankan C# dot Net, malah menari nari di atas
keyboard merangkai dan memadu padan kata kata berbahasa Indonesia.
Visual studio memandang iri pada notepad yang semakin penuh dengan kata. Juga
sebal pada sang pemilik jari yang dengan cueknya meneruskan aktivitas
tersebut.Sambil sesekali mengerutkan kening, atau membetulkan kacamata minus
tiga-nya. Lalu lahirlah beberapa cerita pendek. Alergi ikhwan. Demikian salah
satu judulnya. Nah lo.. kok judulnya gawat?. Kayanya terinspirasi dari judul
bukunya Nurul F Huda. Ditaksir Ikhwan. ^_^. sang penulis pun tersenyum geli, akhirnya
berhasil menulis sebuah cerpen yang 99% nya non fiksi :D. Semakin ia baca
semakin tak berani ia memperlihatkannya kepada siapa siapa.
Hmm ternyata memang
tidak berbakat merangkai kata kata dalam bentuk dialog dialog yang mempesona.
Kemampuan menulis si penulispun ternyata baru pada tahap curahan curahan rasa
semata. Masih belum berbakat rupanya.
Jari jemari yang seharusnya bertemankan C# dot Net, malah menari nari di atas
keyboard merangkai dan memadu padan kata kata berbahasa Indonesia. Tiba tiba si
pemilik jari ingin mencoba berlatih menulis dialog dialog. Ia pun mengarahkan
pandangan ke sekeliling ruangan yang dipenuhi programmer programmer kantor
pajak yang lumayan 'gila kerja'. Matanya tertumbuk pada Huimien. Gadis
singapura yang beberapa hari ini cukup dekat dengannya. Memorinya berusaha
mengingat2 kejadian kemaren siang, dan mencoba berlatih menuliskannya dalam
bentuk dialog. Kali2 aja ada penulis hebat yang membaca tulisannya,sehingga
bisa memberi masukan pada kemampuan menulisnya yang masih berantakan.
Lalu jari jemarinya pun semakin lincah menari di atas
keyboard. Maka lahirlah kilas balik peristiwa kemaren siang. Itung itung
latihan menulis cerpen.
--------------------
Sweet HuiMieN
Huimien. Asli Singapura. Dia lulusan polytechnic dan bukan Universitas sehingga
masa waktu kuliahnya cuma 3 tahun. Aku juga pernah kuliah setahun sebelum ke
Singapura, di kampus yang dikelilingi kuda kuda di Bandung sana(???) praktis
jarak usia kami terpaut dua tahun. Huimien memiliki wajah yang lucu mirip
boneka dari Cina (kalau aku mirip boneka Padang hehe, itupun kalau ada). Kata Isti matanya terlalu sipit.
Tubuhnya mungil, dengan rambut yang sangat lurus dan poni yang khas.
Benar-benar seperti boneka. Teman-teman kantor sering menggodanya dengan
sebutan "cute girl" sampai dia salah tingkah saking malunya. Bahkan
Hong Chuan, pegawai laki laki di kantor lama, bela belain membawa sebuah boneka
porselen cina ke kantor cuma untuk meyakinkan kita semua bahwa Huimien
benar-benar imut-imut. Mirip!!. Seorang programmer
wanita asal Indonesia pernah terang terangan bilang begini: “You're really
cute, look like a hamster”. Lalu Huimien pun melongo dengan suksesnya. Tega amat yak?. Tapi bener
juga sih.
Huimien dan aku baru saja dipindahkan dari gedung yang lama karena manajemen
prosedur, yaitu kurangnya resouces untuk fixing. Aku tidak begitu canggung
berada di tempat baru karena pernah ditempatkan di sini sebulan lamanya. Namun
tidak begitu dengan Huimien. Dia begitu kuatir tidak bisa beradaptasi dan tidak
punya teman. Kemaren adalah hari kedua kami di tempat baru. Banyak sekali
programmer Indonesia di sini. Jadi aku cukup punya banyak teman walau sebatas
saling melempar senyum di kantor. Mengamati karakter programmer2 Indonesia di
sini adalah hal yang lucu buatku. Dari yang bahasa Inggrisnya begitu bagus
sampai yang bahasa Inggrisnya medHok bangHet gitHu loh (tapi tetep bagus kok
^_^). Mereka mengucapkan “Saya tidak tahu” dengan “I dHon’t know”, bukan “I
don’t know”. Sehingga pada perkenalan pertama kita bisa langsung berkomentar
"dHari jHawa yHa?". Dari yang luar biasa ramah dan terus terusan
memanggil aku 'mbak' sampai yang gualaknya bukan main. Dari yang cuantik
buanget seperti foto model cina sampai yang ndeso seperti aku hehe..(walau
ndeso tapi penuh semangat, catet ya!! ^_^).
Siang itu Huimien mendekatiku dengan raut wajah gelisah. Percakapan di antara
kami memakai bahasa Inggris tentunya. Tepatnya Singapore-English. Tapi demi
kenyamanan sebaiknya kutulis dalam bahasa ranah Bunda saja. Biar ndak ketahuan
pembaca juga kalau Englishku bener bener telah jedHuk jedHuk karena 5 tahun
sudah bercampur dengan masyarakat Singapura yang Englishnya jedHuk jedHuk
kuadrat. Apakah arti kata bercetak tebal di atas?. Harap jangan tanyakan pada
guru Bahasa Indonesiamu yah ^_^
"Aku stres, set up komputer saja ga bisa bisa. Terlalu banyak yang harus
di synchronize. Pusing” katanya sambil sesekali membetulkan rambut di balik
telinganya. Aku mencatat dalam hati. Satu: Huimien punya kebiasaan seperti itu
ketika gugup.
“Tak apa, take it easy. Slowly semuanya akan baik baik saja dan kita bisa mulai
bekerja” sahutku pura pura nyantai. Padahal akupun sebenarnya pusing dari pagi
belum selesai selesai men set-up mesin pintar ini supaya langsung bisa
digunakan hari ini untuk mencari serangga serangga imut yang bersembunyi di
dalam komunitas C# dot Net.
“Kalau memang terlalu banyak masalah untuk memulai dari scratch, sebaiknya kita
clone saja dari someone else’s PC. Moga moga tidak lama” sambungku.
“Kamu menulis apa?” tiba tiba Huimien mengalihkan topik sambil menunjuk notepad
yang terbuka lebar berisi cuplikan diary seorang muslimah manis yang pernah
bersekolah di Jordan. Entrynya menunjukkan tahun 2003. Aku sedang membaca
cerita muslimah itu tentang teman temannya yang mengisahkan beberapa bocah yang
ditembak mati oleh serdadu jah***m di depan ibunda ibunda mereka. Yaa syahid…
buatkan bunda bundamu sebuah rumah di surga ya nak ^_^.
“Aku sedang mengumpulkan data untuk menulis”
“Menulis apa? “
“Menulis tulisan” Of course lah, masak menulis pemandangan. Itu mah melukis hehe. Untung
Huimien baik. Dia cuma tersenyum. Manis. Kayak Hamster. *wink wink*
“Apa ini?” dia menunjuk Ayat ayat cintanya kang Abik yang nampak mencolok di
antara file2 perpajakan, Botol minuman, Syamil Qur'an dan CD playernya Istih.
“Buku” jawabku. Sengaja ngasal, pengen liat dia marah
Nah benar saja, dia cemberut sampai Singlishnya keluar dengan parahnya
“Of course Lah. Can not be other thing whaaaat??”
“This is Ayat Ayat Cinta, baku bagus” sahutku.
"say it in English"
"Verses of Love"
"Ow.. you're so romantic. Membaca buku seperti ini"
Loh?? apa hubungannya coba.
Dia memandang gadis bercadar yang jadi covernya. Terlihat tertarik.
“Can I ask you a question Reni? Maybe it’s too personal. Kalau ga mau jawab gpp”
Tiba tiba wajahnya serius.
Aku memutar duduk dan menatap matanya. “Yes, sure. Just ask”
“Kenapa kamu menutup rambutmu?. Apa tidak panas? Hmm kalau ga mau jawab juga
gpp. Mungkin itu masalah agama ya kan?. Lalu gadis di buku ini kenapa Cuma
matanya yang terlihat?”
Aku tidak begitu kaget ditanyai soal cadar. Tapi cukup heran kalau dia masih
mempertanyakan soal jilbab. Karena kupikir di Singapura, wanita berjilbab
adalah pemandangan yang sangat wajar. Kalau yang bertanya adalah seseorang dari
Eropa atau Amerika mungkin aku tidak begitu kaget.
“Aku ingin menjawabnya sekarang namun takut tidak terstruktur. Yang jelas ini
berhubungan dengan penghormatan dan penjagaan tertinggi dari agamaku buat kaum
wanita. Besok aku bawakan jawaban lengkapnya” Aku menjanjikan. Dalam hati
bertekad membawakan Huimien buku mungil dari Islamic Center berjudul “20 most
common question about Islam”. Aku lupa nama pengarangnya. Buku yang cukup
popular di kalangan muslim/muslimah yang musti berhadapan dengan non muslim di
luar negeri. Menjawab pertanyaan2 standard yang paling sering ditanyakan ttg
islam. Buku ini cukup tipis dan penyampaiannya pun bagus. Kupikir Huimien tidak
akan begitu keberatan membacanya
“Apa ini artinya?” Huimien menunjuk bab 1 buku Ayat
Ayat Cinta.
“Gadis Mesir itu bernama Maria. That Egyptian girl was named Maria” Aku membaca
judulnya sekaligus menerjemahkan.
“Oh ini cerita dari Mesir? Tapi berbahasa Indonesia?” Huimien terlihat ingin
tahu.
“Yes. Kisah seorang pemuda islam yang begitu indah akhlaknya, begitu tinggi
budinya. Idaman semua wanita islam yang ingin meraih surga” Sahutku sambil
tersenyum simpul. O ho.. aku mulai melebih lebihkan masalah.
“You have to read it. Aku yakin kamu akan bilang bahwa islam itu indah sekali
begitu selesai membaca buku ini”
“But I can not understand Bahasa “ jawabnya. Singaporean memang menyebut Bahasa
Indonesia dengan istilah Bahasa. “You have to translate it for me” Aku teringat
folder AAC yang dikirim mbak Dita. Di dalamnya ada satu setengah bab terjemahan AAC her version. Namun aku
urung menunjukkannya kepada Huimien. Belum minta ijin.
(bersambung)