Sejak Shinkansen kami berhenti di Shibuya semalam, saya sudah jatuh cinta dengan kota ini.
Saya antara bengong dan kuatir melihat orang-orang lalu lalang begitu cepat. Takjub melihat pakaian kerja mereka (kaum laki-laki) yang senada semua (jas abu-abu atau hitam, kemeja polos, dan dasi warna senada), dengan ekspresi yang rata-rata serius. Adapun kaum wanita terlihat lebih beragam jenis pakaiannya. Kami mencapai Shibuta sekitar jam 9 malam, dan tidak menyangka suasana masih seramai ini. Bahkan sampai kami kemudian keluar stasiun sekitar jam 10 malam, suasana masih rame. Saya lupa apa kemaren sudah cerita bahwa seorang gadis Jepang yang mungil bersusah payah membantu saya menyeret koper raksasa saya menuruni belasan anak tangga menuju lift. Terharu sekali rasanya.
Baiklah, ini pagi pertama di Tokyo. Kami menginap di sebuah kamar di daerah Komazaya, persis di atas toko roti.
Tami yang sudah lebih familiar dengan kota ini (karena sudah pernah ke Tokyo) mengajak ke Shibuya lagi, untuk berfoto di depan patung Hachiko yang terkenal itu .Antriannya tidak terlalu panjang. Pengunjung saling membantu memotretkan. Suasana di seputaran taman dimana patung Hachiko berada juga menyenangkan. Dipenuhi berbagai kalangan dengan kostum-kostum aneka tema.
Dari Shibuya kami menuju Asakusa via Ginza Line. Lama perjalanan sekitar 32 menit.
Asakusa merupakan salah satu lokasi tujuan wisata di Tokyo. Luar biasa rame di area dari gerbang merah Asakusa yang happening itu sampai dengan lingkungan Senso Ji temple.
Banyak spot-spot foto menarik di Senso ji temple ini. Sepanjang jalan dari gerbang sampai ke temple dipenuhi oleh souvenir shop, kuliner, dan lain-lain. Tokonya bentuknya seragam dan berjejer rapi.
Temple di Asakusa |
Pertokoan di sepanjang gang menuju temple di Asakusa |
Pertokoan di sepanjang gang menuju temple di Asakusa |
Pertokoan di sepanjang gang menuju temple di Asakusa |
Di depan kuil |
Gadis berkimono di sebuah sudut di Senso Si Temple |
Sebuah sudut di taman |
Yang khas dari temple ini adalah sandal Jepang kuno raksasa di salah satu dinding gerbangnya, pohon-phon sakura mini, sebuah tiang dengan bendera Koinobori yang berkibar kibar, serta pilar pilar penuh dengan tulisan kanji.
Tami dan sandal raksasa |
uNisA dan sandal raksasa |
Suasana di depan kuil yang juga dipenuhi pelajar |
Masih di komplek kuil di Asakusa |
Ini spot yang instagrammable banget. Cocok buat Tami :-) |
Kami makan siang di SekaI Kafe. Sebuah kafe yang muslim friendly (menyediakan burger halal, tempat wudhu, bahkan tempat sholat yang bersih). Sayangnya saya lupa motret pojokan yang dia sediakan buat sholat. Lengkap dengan spot buat wudhu. Terima kasih warga Jepang atas pengertiannya :-)
Sorenya kami ke Harajuku (sekitar 1 stasiun saja dari Shibuya). Harajuku ini persis banget Orchard Road nya Spore. Sempat mampir ke toko sepatu kebangaan Jepang yang lagi heitz, Onitzuka tiger, dengan rata-rata harga 8000 yen (atau sekitar 850rb). Kabarnya di Jakarta harganya mencapai 1.5 juta rupiah. Sayangnya saya lagi gak berminat belanja, apalagi jualan hehe. Padahal lumayan tuh prospeknya.
Stasiun Harajuku |
Dari Harajuku kami balik ke Shibuya. Dari Shibuya sempat salah naik kereta (sesuatu line express), padahal mestinya naik line Tokyu Den-en toshi line. Baru nyadar saat tiba-tiba ngeh kok keretanya cepet banget dan lamaaa antar stasiunnya. Akhirnya kami buru-buru turun dan naik kereta yg benar. Ternyata makin disadari bahwa jalur kereta di Tokyo ini lumayan rumit.
Kami menutup perjalanan hari ini dengan tersenyum, sambil merebahkan badan kembali di sebuah penginapan berbau harum karena persis di atas toko roti. Selamat malam Tokyo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar