Sabtu, 11 Juli 2020

[Goresan] Wahai Ayah

Seseorang tiba2 membahas sosok ini semalam. Sedemikian rupa, sampai pada level yang kudefinisikan "tak tertanggungkan perasaan". Berat sekali.

Maka sisi introvert ku terusik. Jadilah seharian re-charging sendirian. I need to find myself again. Masa re-charging itu pecah sejenak karena online meeting Sabtu sore.

Dia adalah ayah...
However, I barely know him. Ini foto kami satu2nya. Beliau hilang saat usiaku 3 tahun. Tak ada kenangan tentang beliau di lapisan-lapisan memoriku. Tak kutemukan juga beliau di sudut manapun di ruang-ruang hatiku.
Suatu hari beliau menemuiku saat kelas 5 SD, sejenak, lalu pergi lagi. Awkward moment. I was like "ini siapakah?"
Saat aku hijrah ke Singapura, sanak saudaranya titip salam, katanya "Ayah bangga". Aku diam, gak ada rasa. Sampai usia itu aku selalu tahu kami di kota yang sama. Ingin kubertanya: "Titip salam? Gak rindukah sama aku, pengukir jiwa ragamu?"

Dia adalah ayah...
Tampaknya situasi begitu rumit, bahkan beliau tak sanggup hadir di acara sakral itu. Pernikahanku. Kudengar beliau sakit, tapi lokasinya rahasia. Aku diam, gak ada rasa. Ingin kubertanya: "Apa yang engkau rasakan, ada dimana, apakah hidupmu bahagia?"

Dia adalah ayah.
Tak lama setelah nak Hafidz lahir, kudengar beliau berpulang. Itulah kali pertama rasa itu datang. Oh, aku sedih rupanya. Ternyata kita gak pernah ditakdirkan berjumpa, berdialog, berkata2. Apalagi selfie kayak anak jaman now.

Ayah...
Seringkali berbagai pertanyaan berkejaran. Kenapa kau tak pernah datang. Kenapa kau biarkan kenangan akanmu perlahan hilang. Kenapa kau biarkan rinduku perlahan tergerus berganti tanda tanya dan kehampaan. Kemana engkau? Suatu saat aku pernah sangat ingin bertemu. Sekadar menatap wajahmu, sekadar mencari garis-garis wajahmu di wajahku, sekadar membandingkan seberapa jauh wajahmu dimakan usia dibandingkan dengan foto usang itu. Tak bisakah kau melipat jarak walau sejenak? Begitu pikiran kekanak2an dulu...
Tapi setelah dewasa aku tahu, hidup rupanya tak sesederhana itu. Sudah paham, tak lagi bertanya.

Percakapan tadi malam sungguh berat.
Namun foto ini membesarkan hatiku.
Aku yakin, setidaknya saat itu, aku sangat disayang.

//12 tahun kepergian beliau...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar