//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//
Akhir-akhir ini Bundo and Abah mulai
serius mikirin 2 masalah ini:
1.
Masalah kendaran
Kita ga punya kendaraan apapun, baik
itu sepeda, sepeda motor apalagi mobil. Dulu sebelum nikah, Abah memang punya
sepeda motor. Tapi karena bundo paranoid dengan sepeda motor dan suka cemas
sendiri memikirkan kondisi jalan raya dan dunia persilatan motor di Jakarta ini
(Suka deg deg an euy, jadi ga tenang), maka bundo minta agar abah gak bergaul
lagi dengan sepeda motor, daripada bundo kepikiran terus. Alhasil kita berdua
kemana-mana naik kendaraan umum dan suka ‘terpaksa’ naik taksi. Nah, kondisi
terpaksa nya ini yang tanpa disadari lama-lama jadi pembenaran tersendiri.
Ditambah dengan kondisi angkot yang
jarang banget dari kontrakan kita di Setiabudi ke Sudirman, kita juga jadi
sering naik Ojek. Tahu kan, ojek suka lebih mahal dari taksi. Bundo sebenernya
ga keberatan jalan kaki untuk jarak yang ga begitu jauh (karena selama kuliah
juga terbiasa jalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh sebab tinggal di
kompleks kampus yang luas). Namun kondisi di karet belakang memang tidak
mengkondisikan kita untuk berjalan kaki dengan nyaman. Trotoar mulai dari pasar
mencos nyaris sampai ke kolong karet dipakai untuk berjualan. Kalau mau jalan
kaki ya arada di tengah jalan. Dag dig dug deh
Masalah lainnya timbul ketika beberapa
kali kita punya pengalaman yang tidak menyenangkan di atas Kopaja no 19 dan
604. Walaupun jarak Setiabudi-Thamrin cuma ‘sejengkal’, namun potensi
kriminalnya memang tidak bisa dianggap remeh. Sejak itu bundo hampir selalu
dianter abah ke kantor. Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan juga adalah
karena sekarang sudah ada pendatang baru yang mungil dan lucu. Hafidz!!! ^_^
Juga ibu yang selalu stand by ngejaga Hafidz. Ini juga harus jadi bahan
pertimbangan. Dan tentunya juga budget harus sesuai :)
2.
Masalah Rumah
Abah dan Bundo so far cukup nyaman
ngontrak di daerah Setiabudi sini. Selain karena rumahnya bersih, cukup lega,
pengelolanya professional, lingkungannya bagus, ga jorok, dan bisa taruh
kendaraan (kalau punya). Yang paling penting deket banget ke Thamrin,
sehingga dalam 15 menit Bundo sudah bisa ketemu Hafidz sayang :), tidak stress
di jalan karena kelamaan dst dst.
Namun tentu saja lambat laun harus
mulai nyari2 rumah sendiri. Nah, pertanyaan pentingnya adalah: LOKASI. Beli
rumah di Jakarta (dalam kota), almost imposible. Selain karena harganya pasti
selangit, juga ga jelas potensi banjirnya. Ga jelas peta daerah2 yang aman
banjir.. siapa yang menjamin?
Pilihannya tentu di pinggir atau di
luar kota (depok, bogor, bekasi, tanggerang). Moga-moga nemu kompleks perumahan
yang cukup bagus dan bersih dan harus memikirkan suasana sekolahan buat Hafidz
juga, ya nak J. Saat ini lagi cenderung pengen tinggal di Bogor kelak. Selain
karena udaranya relative lebih bersih, mestinya aman dari banjir. Bundo dan
Abah ke Jakarta tinggal naik kereta.
Selain itu harus dipikirkan juga
kemungkinan bundo untuk sekolah lagi dan mungkin di tempat yang agak jauh. Lalu
bagaimana jika rumahnya ditingal kosong untuk waktu yang lama. Hmm memang
banyak yang perlu dipertimbangkan
Begitulah,
sekarang lagi mencari solusi-solusi yang memungkinkan untuk 2 hal di
atas.Sharing disini barangkali ada masukan. Doakan ya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar