Selasa, 31 Januari 2023

Apa yang dicari?



 ”Kita ini memang hanya akan dipertemukan dengan apa-apa yang kita cari"
Demikian jawab buya Hamka ketika seseorang ngotot bahwa dia menemukan wanita tuna susila di Arab, dengan cadar dan hijab. Spontan dijawab buya Hamka "MashaAllah, saya baru dari US, saya jumpa banyak mesjid dan tidak saya temukan satupun wanita tuna susila"

Kalimat buya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), lumayan menampar saya akhir2 ini.

Apa yang kita cari? Apa yang saya cari?
Apakah sibuk menyesaki dada dengan perih getir dunia? Apakah sibuk meratapi ujian2 kehidupan? Atau fokus pada petualangan2 indah yang pastinya membuat bahu lebih kokoh, membuat kaki lebih kuat.

Apakah berlari sambil meratapi penat letihnya raga? Atau berlari sambil tersenyum riang membayangkan kalori2 yang terbakar, dan ragawi yang lebih sehat.
Apa yang kita cari?

Law of attraction menjelaskan bahwa whatever you focus your energy on, will come back to you.

In my case....
Mau fokus menjadikan perjalanan ini win-win solution buat saya dan anak-anak, ATAU mau sibuk meratapi hidup dan lupa dengan segala yang sudah ada di dalam genggaman, serta melewatkan segala window(s) of opportunity yang mungkin tak akan pernah terulang. Dalam hidup yang cuma sekali.

Mau pilih mana?
1. Aduuuh, hidup kok susah amat, sana sini ribet. Masih lama pula ini, bah...🫥
2. Senangnyaa, banyak hal2 menarik, bertemu beragam manusia, dan kita punya begitu banyak warna dan cerita 🍰🧋🏖

//end of January 2023
//teler setelah 2 submission
//Musim dingin sudah jalan sepertiganya...
Semoga semakin banyak senyuman 

Rabu, 07 September 2022

Kembang NTU?



Buket bunga coklat itu,

Kita anggap saja sebagai perlambang ya...
Bahwa dulu kita pernah bisa makan coklat dengan leluasa tanpa kuatir timbangan...
Dan most of us dulu adalah kembang2nya NTU dengan fans dari segala angkatan, wkwkwkw.
Kecuali akuuuh tentunya 😅😅

Buket bunga, yang membantu mengenang kembali masa-masa remaja penuh warna.
Mengingatnya di usia jelang paruh baya?
Ah sudahlah, apa sih artinya angka...🙈

Demikianlah.
Usia-usia tertentu memang suka bikin pikiran berkelana...
Sehat2 yaa buat kita semua...
Sampai menemukan alasan lagi untuk berjumpa... 🌷🌷🌷

Sabtu, 30 Juli 2022

Reunian lagi (NTU-NUS)



Foto tahun lalu, 5 Juni 2021.

Ke-trigger ama ulang tahun tumitum @tamaranurilla dan foto2 di It's Time to Show, baru inget belum sempat posting foto ini. Meet-up yang perencanaannya cuma 1 hari. Tangan dingin Rima memang mencengangkan 🤣

Bingung sih, mau nulis apa.
Yang jelas tiap kali saya bahas ulang tahun teman, tekos akan nanya "ulang tahun teman bunda yang keberapa?". Daaan selalu aku jawab "Yaa, seumuran bunda semuaa laaah, atau lebih muda dikit, seputar 17 plus plus plus"

Gak ada salahnya kan yak 😅
1. Gak bohong. Emang 17 plus plus. Walau mestinya ga cuma plus, tapi pake perkalian juga hehehe.
2. Tiap ketemu yang dibahas juga hal2 lucu di usia super heitzz itulah. 17 lebih dikiiiit. Gak kelar kelar 💅💅🌷🌷🥰🥰. Biasanya aku sih yang paling lemot, and be lyke "eeh kapan emangnya? Kapaan? Pas tahun berapaaa?" 🤣🤣

Yaaa, begitulah.
Sekarang gedung-gedung di NTU (dan mungkin NUS juga yak), sudah banyaaaak berubah. Terakhir main ke sana tahun 2019, banyak bangunan2 baru kece. Ada The Hive, bangunan tinggi melingkar2 yg jadi landmark nya NTU. Lembah hijau lucu sepanjang jalan antara Library 1 dan Hall 8 udah dipenuhi juga gedung2 baru.

Udah ga ada kantin A legendaris itu. Es milo 50 sen! Bandung 30 sen! Prata egg 80 sen! Kantin yg malam hari menjelma menjadi ruang belajar raksasa, yg menimbulkan perasaan supeer gado-gado. Kawah candradimuka meresapi Kiasu ala Singaporean 🤣.

Library 1 ganti nama jadi Lee We Nam library.
Lorong bawah sepanjang North Spine yang dulu kosong, dan mayan serem kalau dilewatin malam hari, sekarang diisi oleh mini market, toko souvenir, dan ruang-ruang menarik lainnya. Meriah! Ceria!

Dari jauh, kupandang juga segala Hall of residences (asrama mahasiswa) yg memory di dalamnya juga gak abis2, terlepas dari awal2 kita di sana belum ada kamera digital. Hal-hal istimewa, melekat erat dalam ingatan, di masa2 remaja yang gilang gemilang.
Lucu! Seru! Tentunya di luar segala exam-exam itu 🤣🤣

NTU, NUS, akan terus berubah, menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Adapun kita, entah kenapa, rasanya begitu begitu saja (selain berat badan yang tabu untuk dibahas).
Lucu! Seru!

Aku penasaran, kapan kita akan berjumpa lagi 🌷🌷🌷

Rabu, 29 Juni 2022

Phd Go/NoGo

10 bulan mempersiapkan seluruh fikiran, hati, perasaan, demi pertemuan hari ini.

Ratusan kali sudah melalui lintasan fikiran "udahan aja, kali ya, mungkin bukan ini jalan ninjaku"

Lalu hari itu datang. GO/NO-GO meeting. Yang akhir2 ini jadi mencekam, karena statistik NO-GO tidak lagi menjadi dongeng, tapi nyata di depan mata.
Si A tidak dapat GO karena blablabla
Si B tidak dapat GO karena blablabla, dst dst dst
Jalan takdir cuma 2 opsi
1. GO, lanjutkan risetnya
2. NO-GO, pulang ke kampung halaman.

Maka dipenuhilah lorong2 hati insan fana ini dengan kegelisahan duniawi berbulan-bulan. Seolah tujuan hidup cuma 1 ini aja.
Gak ada yang lain.
Demi nama baik diri sendiri, bangsa, negara, almamater, dan roker KRL Tanah Abang-Serpong.
Gelisah, anxiety, insecure, menemani hari hari...

Lalu, datanglah hari ini..
Beberapa saat sebelum dimulai, Prof Ibo van de poel memasuki ruangan dengan kaos oblong yg mencengangkan (serasa engkong2 lagi kepanasan sore2 di tepi sawah). Tak lama, Prof Frances (yg dikenal menakutkan), datang sambil memegang cangkir super besar "maaf, saya perlu merebus air, dimana dapur terdekat?", sambil mengulurkan tangan. "Hi, saya Frances!", lalu meluncur nyari dapur. Aku melongo 😳

Promotorku, Prof Marijn and Aaron tertawa2 riang "aaah, ini benar-benar suasana summer yang menyenangkan. Ayo Reni, silahkan dimulai, ceritakan segala yang ingin kamu ceritakan, dan kami akan mendebat segala yang perlu kami debat"

Aku merasa berada di dalam sebuah karya sastra. Fiksi. Gak real. Lalu beberapa detik kemudian membulat sebuah tekad "Baiklah, semua akan baik-baik saja, inshaAllah"

Lalu, mengalunlah sebuah episode paling mendebarkan (untukku).
Kami saling berbicara.

1,5 jam berlalu...
Selesai..
Saatnya mereka berunding, lalu saya diminta keluar. Dipanggil lagi 10 menit kemudian.

Dan....
Alhamdulillah, it is a GO.
I am officially a Phd candidate now...
Sebuah milestone yang mungkin buat sebagian besar orang biasa aja. Tetapi bagiku, sungguh perjalanan yang mencekam...

Terima kasih, wahai orang2 yg tak bisa satu persatu disebut namanya. Atas segala dukungan, semangat, dan do'a...

Dan kisah inipun bermula.

Minggu, 07 November 2021

Ibu semakin sembuh



Dapat kabar bahwa Ibu sakit, walau sudah membaik dan dirawat di rumah.

Kebalikan dengan anaknya yang berisik, Ibu saya ini cenderung pendiam, meskipun guru SD. Tetapi di depan kelas gemar bercerita. Ibu, sosok yg unik. PNS pertama di kampung halamannya di tahun 1970-an, pedagang sate yang senang Matematika dan Bahasa Indonesia (Ibu jago pribahasa, pantun, dan puisi). Kemampuan berbahasanya unik, bisa ngomong terbalik, per huruf, kalimat, bukan per kata lhooo...
Diajarkan ke saya 🤣.
UBI NAD AYAS IGAB TEGNAB ASAIB GNAY LAH HIIIS KILABRET GNOMOGN HAAA...

Kebalikan dengan anaknya yang kebanyakan bicara, Ibu cenderung pendiam dan tertutup. 
Sejak stroke 2018, ibu makin pendiam, dan kalau saya tanya "Ibu butuh apa?", Ibu hanya tersenyum dan menjawab singkat "Indak ado, alah ado sadonyo". Walau kemudian saya tetap mengada2 mengirimkan entah apa, yg saya yakin akan membuat ibu tertawa2 (coz I know her 😁). Ya bagaimanalah, ibu kan pintu surga kita, setiap bahagia dan tawanya saya harapkan berkah di dalamnya. Bukankah gak akan mungkin terbalas jasa2nya?

Ibu saya tak pernah tampak sedih. 
Makanya saya dulu kaget saat tahu Ibu ternyata sempat menangis ketika saya terbang sendirian ke Singapura menuju NTU tahun 2000 demi kuliah gratis. Saya menelpon sambil tertawa2. Tenaang, udah gede gak akan hilang. Tangis yang sama ketika saya nekat naik bus ke Cianjur tahun 1999, bersama 2 sepupu cowok yg sama2 gak pernah merantau. 
Lalu kami "hilang" 4-5 hari di jalan, karena bis non AC kami mogok gak karu2an berkali2. Tahulah telpon umum benda langka, apalagi di pinggir hutan lintas Sumatera. Saya menuju ITB, kampus impian saya. Dan Ibu mungkin terlanjur pasrah dgn anak gadisnya yang keras kepala.

Walau gak banyak bicara tapi saya tahu sayangnya Ibu pada anak tak hingga (baru paham juga setelah jadi Ibu). "Kamu akan kuliah ke luar negeri suatu hari", kata Ibu yg ucapannya bertuah itu. Suatu hari saat saya SMP, sambil memandang Ibu yg cekatan dengan setrikaan arangnya. Sampai SMA pun, listrik buat kami benda mahal. Saya cuma tertawa2. Mana ada pemikiran saya kuliah di Luar Negeri. Saya tergelak sambil meneruskan menuliskan khayalan2nya Ibu.

Dulu di Ciputat, setiap pulang kerja, kami selalu "ngobrol" di Meja Makan. Walau saya cenderung monolog, dan Ibu antusias dengan ekspresi2 khasnya. Ibu yg Single Parent sejak kami balita, banyak bicara hanya ketika saya mengambil sebuah keputusan besar dalam hidup. Sambil menggosok2 punggung saya, Ibu berkata "Bisa kok, kamu bisaa. Semua ini bisa dilalui. Ibu bahkan dulu gak punya apa2".

Ya ya. Tahulah saya definisi "gak punya apa2".  
Masih inget kok gimana setiap 20rb-an pun dikirim Ibu ke Bandung walau berjeda-jeda misterius. 
Saya kebayang betapa itu gak mudah buat Ibu. Dan saya yakin doa beliau semata yg mengantarkan saya kuliah gratis ke Singapura, dalam sebuah seleksi yg rasanya mustahil.
Keajaiban doa Ibu.
Keadaan saya jauh lebih baik di mata beliau, dan menurut beliau saya bisa. Dan ucapan Ibu adalah mantra, fikir saya. Makanya setiap kali menelpon, walau gak banyak bicara, saya takzim mendengarkan semua kata terpatah2 Ibu yang bagi saya terdengar seperti doa "Kamu bisa, kamu bisa". Itu adalah diksi favoritnya.

Ibu saya yang sempat 14 hari nyaris koma di RS Pusat Otak Nasional. Sebuah titik yang menghantarkan saya pada sebuah kesadaran bahwa, ternyata saat Ibumu sakit, duniamu runtuh, dan persoalan hidup lainnya jadi gak ada artinya. Jadi receh semua. Seolah terngiang sabda Nabi. "Ibumu, Ibumu, Ibumu...."
..
Semoga Ibu cepat sembuh...
Akan halnya Ibu yang merasa "tak butuh apa apa". Bagi seorang anakpun demikian hakikatnya

"Tak ada yg lebih penting dari Ibunya yang sehat dan bahagia" 


Jumat, 24 September 2021

Nyasar di Delft



2014 (7 tahun silam)

Suatu siang.
Sudah hampir pasti, saya akan terlambat ke appointment buka rekening bank. Tapi sudah belasan menit mengayuh sepeda dengan panik, saya masih gak ketemu lokasinya. Padahal udah ke sana H-1, dan nandain lokasi "bank nya dekat jembatan, yang ada bunga cantik, dan airnya hijau"

Daan ternyata hampir setiap belokan di Delft kayak gitu!! Jembatan, bunga cantik, air hijau. Aaarghhh, unisaa bagaimana seeeh. Lugu bener dah.

Darah didikan Singapura yang mengalir kental dalam diri saya, dengan doktrin mengharamkan terlambat, bergejolak-gejolak menahan luapan emosi. Bagaimana ini? Bagaimana ini?

Daan untungnya, 5 menit sebelum waktu janjian, mata saya bersirobok dengan plat bank itu. Ini dia!!! Alhamdulillah. Bergegas parkir sepeda, dan melompat masuk ke ruangan yang hangat.
Yess! Saya tepat waktu. Gak jadi bikin malu bangsa, negara, instansi, dan almamater 😴😴😴. Gak boleh terlambat, uNisA!

Postingan foto ini adalah kenang-kenangan. Betapa dulu di hari-hari pertama di Delft saya selalu nyasar karena gak paham beda antara satu belokan dan belokan lainnya.

Semuanya sama.
Ada jembatan, bunga cantik, dan air hijau.
Aah, saya memang cinta sekali sama kota ini. Cinta sejak pandangan pertama.

2021
Bahkan saat ini, ketika kehidupan rasanya begitu menantang. Udah bingung bagi waktu antara memainkan peran sebagai ibu kesayangan dan mahasiswa disiplin penuh tanggung jawab. Bingung membagi fokus antara bersemedi syahdu dalam aroma kampus Delft yang bagaikan lautan ilmu pengetahuan tanpa batas, dengan mobilitas fisik ke kota sebelah: Den Haag yang modern dan hiruk pikuk, tempat tekos menuntut ilmu.

Namun, cinta akan mengalahkan segala rintangan bukan?

Karena itu, Nak
Kata saya ke duo H
Kita cari terus pola yg ciamik, dan strategi menuju win-win solution, sampai kita menemukan titik equilibrium itu.
Mempertanggungjawabkan segala amanah yg dititipkan kepada kita. Menjadi pelajar, menjadi mahasiswa..
Menjadi anak, menjadi Ibu..
dan menjadi hamba Allah yang fokus menemukan jawaban

Sementara itu, kita nikmati angin syahdu Negeri van Oren, ini

Tawakal, setelah sepenuh2nya ikhtiar. Begitu bukan?
Apakah ikhtiar kita sudah maksimal?
That is a question

Minggu, 29 Agustus 2021

Delft! Mengulang kisah lama


 


End of August 2021...

Angin bulan September mulai menjelang,
nuansanya bagaikan remaja labil. Bimbang meninggalkan musim panas yang ceria, bersiap menyambut nuansa sendu musim gugur.

Oh, I started to smell the silent dance of the falling leaves...
Just the still melancholy that I love...❤❤

^^uNisA menggigau
^^tapi aku beneran cinta Delft
^^semacam "cinta yang memanggilmu untuk kembali" 🌷🌷

Kamis, 26 Agustus 2021

Belanda - new episodes



"Berkelanalah, jelajahi dan temukan jalan nasibmu di bagian-bagian pelosok tak terduga. Langit adalah kitab yang terbentang, penuh dengan mozaik yang akan membangun siapa diri kita nantinya"
(Sang Pemimpi, Andrea Hirata)

"I know it's not ordinary. But who ever loved ordinary?" (Joan Clarke, Imitation game)

"There’s no point in being nuts if you can’t have some fun with it.” (John Nash, Beautiful Mind)

"You Can't Get Any Further Away, Before You Start Coming Back" (The Truman Show)

Bismillah... 

Jumat, 30 Juli 2021

Bye Ranah Minang

 


ye bye Ranah Minang...
See you when I see you...
Hanya beberapa tahun saja...
Empat atau lima..
Semoga gak lebih lama...


Aku, berpetualang lagi...
Menyusuri bumi Allah yang lainnya ^__^

Minggu, 25 Juli 2021

Ter-covid di kampung halaman



Saya gak tahu mana yang lebih sulit, menjadi sakit, atau menemani orang sakit.

Anyway, things are getting a lot more better now. 
Walau teteup belum bisa ke Jakarta. Mulai dari drama nyari dokter spesialis penjelasan medis anak2 blm vaksin (1 minggu urus ini), PPKM Iedul adha anak<18 thn dilarang terbang, syarat PCR yg hanya bisa di RS tertentu, hasil PCR yg bahkan ga keluar setelah 3x24 jam (keterbatasan fasilitas di daerah, so sad), dan jadwal penerbangan yg tahu2 berubah gak ngejar hasil PCR yangg ga kunjung keluar. Terjebakku di kampùng sendiri 😅

Meskipun banyak sekali agenda tertunda, tapi ada 1 hal besar yang harus selalu disyukuri dalam hidup, yaitu: Kehidupan itu sendiri. Being alive! Di tengah letihnya atmosfer udara menampung segala berita duka, di tengah menderasnya air mata orang-orang yang kehilangan jiwa2 terkasihnya, dan di tengah lelahnya bumi tak henti-henti menampung tubuh-tubuh yang telah kembali kepada Rabb-nya.

Setiap bangun pagi rasanya seperti diberi kesempatan ke-2. 
Sapaan "hai kamu, apa kabaaar hari ini", rasanya luar biasa, baik bagi yang menyapa maupun yang disapa.
Frasa "sehat sehat yaaa kamuuu", bukan lagi sekadar basa basi semu. Sungguh mengandung harapan semoga yg disapa dalam keadaan sehat jiwa dan raga.

Perjalanan ke Negeri Oren tertunda cukup lama. Akibat pandemi global administrasi perjalanan ditangguhkan. Thanks to teknologi sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan daring.

Sekarang, setiap momen menjadi lebih berarti.
Cucian2 yang menumpuk itu untuk disyukuri, karena masih ada kekuatan untuk memeras dan menjemurnya.
Rumah yang berantakan itu untuk disyukuri, karena artinya anak2 cukup sehat untuk beraktivitas aneka rupa.
Jurnal2 yg memusingkan ini untuk disyukuri karena masih ada dosen yg mau repot2 membagi pemikirannya dgn saya.
Target2 paper itu untuk disyukuri krn pembimbing berarti masih belum menyerah dengan saya 💪

Bernyanyi di hari Sabtu...
Dengan nada2 mengalun merdu...
Lagu ini memang bikin tersipu-sipu 😊
Tapi ke Jakarta, aku sudah begitu rindu!