Minggu, 29 April 2018

[Goresan] berlalu

 29 April

11 tahun berlalu
Saat ketika seorang ikhwan sholeh menjabat tangan wali saya, menggumamkan surat ar Rahman sebagai mahar, dlm sebuah perjanjian yang agung. Allah menyebut perjanjian itu Mitsaqan Ghaliza. Perjanjian yang amat kukuh. Saking kukuhnya ikatan itu, Allah swt hanya menyebutnya 3 kali dalam al Quran: perjanjian dengan nabi, perjanjian dengan bani Israil, dan saat pernikahan. Perjanjian itu dengan Allah SWT. Bukan lagi antar 2 manusia.Suci sekali

Lalu saya larut dalam bahagia. Puisi tulisannya Isti mungkin mewakili
....dan ketika kami memutuskan untuk saling mengerti, kami biarkan dua hati kami bicara.
....tentang impian-impian kami,
....tentang hasrat dan kerinduan.
....kemudian kami menjadi takjub,
karena ternyata kami begitu berbeda,
sekaligus juga begitu serasi.
....maka kamipun berjanji untuk menyatukan dalam satu bahtera,
....agar yang berbeda jadi serasi,
....agar yang kosong, dapat terisi dengan sempurna

Kepada laki2 itu kemudian saya menambatkan banyak kuatir sekaligus harap. Tolong ajarkan saya memahamimu, kata saya. Sebab sungguh saya tak paham laki-laki. Ayah saya tiada sejak usia 3 tahun, kakak laki-laki saya berpulang jauh sebelum saya lahir
Ajarkan saya memahami kamu, ucap saya. Saya takut salah, dan juga selalu takut kehilangan. Sungguh, saya menambatkan harapan pada manusia

29 April
Sekarang saya akan mengenang semua itu sambil tersenyum.
Tersenyum karena kesabaran ketika ditimpa ujian sesungguhnya adalah derajat sabar terendah.
Jika derajat sabar terendah saja tak nampu saya raih, alangkah malunya.
Jika semua dimudahkan, darimana lagi kita dapat pahala sabar?

29 April
Apa pantas, dengan limpahan nikmat yang luar biasa ini, saya tetap bersedih saat sedikit kemilau dunia pudar dan hilang dari hidup saya?

50.000 tahun sebelum bumi diciptakan, nama saya dan namanya telah Allah sandingkan dalam skenarioNya.Dan Allah juga yang berhak menentukan takdir sebuah perjalanan

Ibnu qayyim al Jauziyah bersyair:
Di dalam hati kita ada kesemrawutan yang takkan terurai selain dgn menghadap pada Allah dlm berdiri, ruku', dan sujud
Di dalam hati kita ada kegalauan yang takkan dapat ditentramkan selain dengan mengingat Allah & berlari menujuNya