Rabu, 29 Juni 2005

Buku: Ayat ayat cinta...

"wahai yang memiliki hati yang lembut..."
Demikian cara seseorang menyapa Fahri dalam suratnya berulang ulang. Dua duanya adalah tokoh fiktif dalam ayat ayat cinta-nya Habiburrahman El Shirazy. Begitu sejuk terdengar. Fahri sendiri sangat pantas dipanggil demikian. Karakternya yang memukau, akhlak yang baik, tutur kata yang santun, prilaku yang halus dan ilmu agama yang luas.

Untuk menghasilkan karakter sehalus Fahri di AAC bukanlah hal yang mudah. Kadang2 aku berfikir Fahri adalah kang Abik (penulisnya) dan kang Abik adalah Fahri. Aku pernah nemu kalimat indah berbunyi: "Tulisan adalah cerminan jiwa dari penulisnya".
Bahkan sejuknya terasa setiap kali aku ngobrol dengan sang istri. **Waduh mbak muya, jangan terbang.. jangan terbang :D. Tokoh yang indah, walau kurang manusiawi,lebih kayak malaikat ^_^

Jika mbak dilsky mengupas buku ini dengan metoda perbandingan with karya penulis lain. Aku mau mengomentari dari sisi keilmuannya saja. Karena aku sendiri juga belum banyak membaca karya karya fiksi yang benar benar bermutu (kebanyakan baca komik ^_^). Setiap halamannya tidak hanya berisi kandungan hikmah dari segi akhlak, tapi juga ilmu agama yang sangat bermanfaat. Rasanya ingin melihat buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa. Banyak sekali kesalahan2 persepsi tentang islam yang dijabarkan dengan indah di sini.

"wahai yang memiliki hati yang lembut..."
(Kudoakan deh, semua teman2ku adalah orang2 yg memiliki hati yang lembut.
Amiiiiiiin) Jangan lupa baca buku ini ya =). Highly recommended as well as The Atlas of the Qur'an


Kamis, 23 Juni 2005

Lembar-lembar berganti

episode kanak kanak

Perempuan itu (tepatnya, anak itu) masih kelas 2 SMA. Senja baru saja merayap menutup malam. Begitu asyik menemani ibunda memotong2 daun pisang di pelataran warung sate milik Abak(kakek) dan Amak(nenek). Ibunda masih suka bantu bantu kegiatan di warung tersebut kalau lagi tidak mengajar tambahan atau sibuk dengan hobi mencuci, menyetrika dan beres2.

"Aku ingin sekolah di luar negeri" katanya memecah hening. Sang ibu terperanjat. Sesaat saja. Lalu kembali meneruskan aktivitasnya sambil bergumam kecil, "Mau bayar pake apa? ngejual sawah orang sekampung?". Lalu mereka pun tertawa bersama. Renyah. Manis tanpa beban. "Boleh", kata ibunda tiba tiba. "Kalau memang mungkin, pergilah menuntut ilmu. Namun jangan pernah lupa adat basandi syara', syara' basandi kitabullah", lanjut ibunda yang erat melekat dgn budaya minang.

Tapi tiba2 ibu menoleh lagi.. "Alah, bandel kayak kamu mau ke luar negeri. Bisa2 ilang ntar. Kemaren aja naik gunung gak bilang bilang". Si anak kecil cengengesan. Maaf .. maaf..

Lalu percakapan itupun terlupakan sampai bertahun tahun kemudian. Sampai suatu hari ketika perempuan itu benar2 menemani ibunda berkeliling sebuah instansi pendidikan. Beradanya di luar negeri.Seperti cita citanya. Di negeri singa yang sama sekali tak pernah dihuni seekor singa-pun :D.Seperti do'a ibunda. Saat itulah ibunda buka rahasia tentang do'a2 yang selalu terucap tentang cita2 'iseng' anaknya.

episode remaja

Saat itu masa SMA berakhir sudah. Pagi baru akan menggantikan tugasnya malam, seperti janji Ar rahman. Perempuan itu menatap ibunda yang sibuk dengan cuciannya di sebuah sumur tradisional, sementara perempuan sudah rapi ingin minta diri. UMPTN!!! "Takut... bagaimana kalau aku gagal bu?" dia menatap ibunda mengharap mulutnya mengucapkan sesuatu. Sesuatu yang selalu menghadirkan nyala tentang pentingnya sebuah tekad dan optimisme.

"Ibu tahu kamu bisa. Tinggal bawa tisu yang banyak untuk melawan keringat di tangan. Bisa kok.. pasti bisa" Jawabnya singkat. Perempuan itu menangkap kalimat sang ibu sbg sebuah pendar harapan. Lalu kenangan itu menjadi penghibur kala ketakutan tiba tiba menerpa.

Percakapan itupun terlupakan sampai berbulan bulan kemudian. Sampai suatu hari ketika perempuan itu benar2 menemani beliau berkeliling kampus ganesha. Saat itulah ibunda kembali buka rahasia tentang do'a2 yang selalu terucap semenjak anaknya minta ijin.

episode pematangan jiwa

Saat itu masa perkuliahan berakhir sudah. Namun ternyata dunia di luar kampus demikian kerasnya. Bolak balik interview di Singapura, bahkan sampai ke Batam dan Jakarta, belum juga menunjukkan hasilnya. sementara sisa sisa beasiswa mulai menipis. Putus asa mulai menerpa. "Ibu... aku takut, kemana lagi kaki harus melangkah, semua usaha sudah dicoba", kata perempuan suatu ketika padanya yang jauh di mata. "Memintalah padaNya, seharusnya kamu lebih paham" kata ibu singkat. "berjuanglah.."

Lalu perjalanan takdir membawanya kembali ke Singapura, setelah sempat berikhtiar penuh mengikhlaskan Jakarta sebagai tujuan berikutnya. Belantara beton yang saat itu begitu menakutkan di kepala. Ratusan malam berlalu tanpa perempuan itu sadari bahwa setiap malam do'a do'a bunda begitu larut dalam kesabaran yang berlipat ganda.

episode pendewasaan

Suatu siang terasa begitu penuh semangat kala perempuan itu menghabiskan detik demi detik ber-brainstorming bersama seorang brother di seberang benua sana.
Tentang kontribusi buat ummat, pencerdasan di bidang IT, islamic enterpreneur, dst dst. Seorang brother yang sepengetahuannya begitu patuh dan tunduk pada seorang wanita bernama ibu. Bahkan pada konteks yang kadang2 membuatnya mengerutkan kening. Misal, masalah suku dalam memilih calon istri, dst dst. Namun pada hakikatnya tak mengapa. Sepanjang apa yg diperintahkan itu tak menyuruh kita kepada maksiat, syirik dan pelanggaran. Dan memanglah akhir yang sangat baik yang dipahaminya dari kisah tentang brother. Sang calon istri begitu sesuai dengan kriteria (perempuan itu lebih suka menyebutnya do'a) ibundanya. Bagus agamanya. Indah akhlaknya.

"Akhir yang sangat indah" perempuan berujar di sela sela pembicaraan.
"Mungkin berkat do'a ibu" jawab brother. "Karena itu selalulah berdiskusi dan minta restu ibu dalam apapun perbuatan" nasehatnya singkat.

Do'a ibu. Ridho ibu. Ya... ternyata benarlah indah adanya do'a do'a yang selama ini kita pintakan padaNya...
Yaa Rabb, kami mengharap ridhoMu... dan juga ridho orang tua kami...

Begitu istimewanya kedudukan orang tua dalam agama kita. Mudah2an jiwa jiwa kita tak pernah lupa untuk selalu berusaha menyalakan binar binar kebahagian di mata mereka. Pengukir jiwa raga kita.

Yakinlah, tak ada do'a yang tulus yang tak dikabulkanNya. Mungkin cuma caranya saja yang berbeda. Atau waktunya saja yang ditunda. Dan jawaban dari do'a do'a kita tidaklah musti "iya", namun adalah apa apa yang terbaik menurut ilmuNya...

Yaa Rabb, jikapun terasa belum Engkau kabulkan apa2 yg kami pinta saat ini. Kami percaya, akan datang jawabanMu dengan cara yang berbeda. Atau masalah waktu saja yang tertunda. Atau ada jawaban yang lebih indah yang mungkin belum bisa kami tebak skenarionya.

...apakah do'a bunda buat KITA hari ini?
...yang tak kalah pentingnya
...apakah kita juga selalu mengingat dan mendoakannya? ...kalau belum, mari renungkan sama sama...
...sungguh merugi jika kita tidak sempat banyak berbakti kala orang tua kita masih di dunia 

Minggu, 19 Juni 2005

...Buku: AtLas of tHe Qur'an...

Mungkin kita sering baca2 buku tentang sejarah2 dunia islam, tokoh tokoh yang terlibat di dalamnya ataupun tempat tempat penting yang menjadi settingnya. Namun belum ada satupun yang mendokumentasikannya beserta peta yang memuat dengan jelas 'places, nation and landmarks'nya. Padahal jika itu diikut sertakan tentunya akan memperkuat pengetahuan teoritis yang diperoleh pembaca.

Di awal tahun 1990, Dr Shauqi Abu Khalil tergerak untuk memulai project penulisan buku Atlas of the Qur'an ketika melihat peta Peninsula Arab dan melihat titik kecil bertuliskan "the grave of prophet Hud". Saat itu beliau mulai menyadari perlahan-lahan. Apakah ketika muslim mempelajari tentang suatu peristiwa, tokoh atau tempat tertentu dalam Qur'an ataupun hadist shohih mereka benar2 mengetahui dimana semua kejadian2 itu berlangsung dan bagaimana kaitannya secara geografis dgn tempat2 lainnya.

Bukankah kita akan lebih bisa meng'appreciate' ilmu yg kita dapat jika dilengkapi dengan penggambaran secara fisikal?. Bagi saya buku ini sangat menarik. Sebagai seorang yang suka sejarah (sekadar suka namun tidak punya memori yang bagus untuk menghafal) namun sangat payah dalam ilmu geography (coba deh tuker2in kota2 di sulawesi ama kalimantan, aku ga bakal tahu ^_^) buku ini bagiku sangat sangatlah menarik. Setiap cerita2 dari Qur'an dilengkapi dengan petanya sehingga lebih mudah untuk dipahami, diingat dan di appreciate (untuk kata ini belum nemu padanan yg tepat).

Sangat disarankan untuk dimiliki, namun harganya cukup mahal dan belum ada yg jual di daerah sini. Kemaren itu ustadz bawain langsung dari Riyadh karena kebetulan abis umrah. Kapan2 covernya aku taruh di sini insyaALLAH. 

Rabu, 15 Juni 2005

wafatnya ustadz Rahmat Abdullah

Turut berduka cita atas wafatnya ustadz Rahmat Abdullah
penulis buku "Untukmu Kader Dakwah"
bener gak sih? correct me if i'm wrong... maklum, gak gaul

Aku baru sekali ngeliat ustadz, itupun dari jauh
waktu dateng ke acara miladnya izzatul islam di Jakarta, awal January tahun ini bareng ibu kebagusan raya.
Waktu itu beliau di panggung bareng imam masjid Al Aqsa

Jutaan do'a untuk ustadz.
Semoga Alloh menempatkan ustadz dalam tempat terbaik.
lepas jiwa terbang mengangkasa
cita kita tetap satu jua **Izis lyric

Merendahlah,
engkau kan seperti bintang-gemintang
Berkilau di pandang orang
Diatas riak air dan sang bintang nun jauh tinggi
Janganlah seperti asap
Yang mengangkat diri tinggi di langit
Padahal dirinya rendah-hina

(Rahmat Abdullah) 

Senin, 13 Juni 2005

Lukisan Bulan?

Di tanganku belum ada lukisan bulan
Hanyalah lukisan matahari senja...
semoga tetap teguh hatimu... 

//kapan engkau akan hilang?

Sabtu, 11 Juni 2005

...Qur'an translation dan tips menghafal Qur'an..

Hasil searching berikut, insyaAllah bermanfaat:

The Holy Qur'an : http://www.sacred-texts.com/isl/quran/
keterangan: Quran translation, ada arabic, lafal dan english translationnya. So far menurutku ini yg paling user friendly

Tips menghafal Qur'an:

1. Engkau wajib meluruskan niat dan mengamalkan apa yang telah diajarkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadamu.
Dia berfirman. “Artinya : Dan bertaqwalah kepada Allah ; Allah mengajarimu” [Al-Baqarah : 282]

2. Engkau wajib memperbanyak membaca (Al-Qur’an).
Mantapkan hafalanmu (yang sudah ada), jangan pindah dari satu ayat ke ayat lain, dari satu surat ke surat lain, kecuali setelah engkau memantapkan hafalan yang sebelumnya dan terpancang dalam ingatanmu

point [1], [2] dari Arully's blog: http://blog.ar.or.id/no/2005-04-25/tips-menghapal-quran/

3. Al-Qamar ayat 17:
And We have indeed made the Qur'an easy to understand and remember: then is there any that will receive admonition?

4. Mengakrabkan diri dengan Qur'an dan menjadikannya sahabat karib. Serta membuat diri familiar dengan kata kata di dalamnya. Kalau bisa mengikuti pelajaran bahasa arab.

5. Jika ada waktu waktu kosong yang sedikit, lebih baik diisi dengan mengingat2 hapalan daripada ketiduran atau terserobok pemandangan2 yang tidak halal. Misal: Di bus, di kereta.

6. Membawa bawa Qur'an terjemahan yang kecil kemanapun

7. Menetapkan target dan berusaha mencapainya

8. Sebaiknya berguru kepada al hafidz atau di pusat tahfidz Qur'an, supaya sekalian bisa membenarkan bacaan

ada tambahan? 

Rabu, 01 Juni 2005

[Cluster 7]: Bukan cinta benalu

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Ada sosok-sosok dengan jiwa-jiwa yang mengagumkan bertebaran di sekeliling saya. Sosok-sosok yang tidak hanya hadir ketika matahari kehidupan bersinar cerah. Namun mereka juga hadir ketika langit hitam dan awan retak retak. Menawarkan kehangatan, menenangkan, menangis bersama, sekadar mendengarkan dengan sabar berjam-jam atau melesat bagai anak panah menembus jarak-jarak yang jauh ketika saya dirundung duka lalu menyodorkan bahunya sehingga kesedihan bisa menjelma seketika menjadi senyuman. Senyuman yang begitu indahnya.

Di depan mereka saya kadang-kadang merasa begitu minder. Merasa kalah dan tertinggal jauh dalam fastabiqul khairat. Dalam hal ini cukuplah goresan saya membicarakan tentang kualitas muamalah di luar konteks peribadatan kepadaNya. Walau saya percaya untuk soal yang inipun saya jauh tertinggal di belakang mereka.

Banyak hal-hal kecil yang mereka lakukan tampak biasa-biasa saja, namun terasa begitu menyentuh jiwa. Misalnya selalu ada saja yang ingat dan mengirimkan do’a ketika saya sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal kecil yang wajar saja adanya, seperti ketika bersiap menghadapi ujian di kampus, ada benda-benda yang rusak, hari pertama masuk kerja bahkan tentang perkembangan urusan-urusan kecil yang sedang ditangani. Maka email-email, telpon dan SMS-SMS dari mereka tak pernah berhenti mengalir walau saya tak pernah merasa mampu membalas kepedulian mereka walau ingin sekali berusaha sekuat tenaga.

Kadang ketika bertemu wajah-wajah tulus itu ingin sekali hati berkata, wahai saudara-saudariku, maafkan kalau selama ini sering terlalu apatis dan tidak peduli walau sudah berusaha setengah mati. Maafkan jika terlupa hari ujianmu, lupa hari interviewmu, lupa hari-hari pentingmu atau tidak menanyakan "Apa kabar, cinta?" saat sebenarnya kau ingin ditanya. Sungguh, aku mengharap kita akan terus bergandengan tangan selamanya.

Padahal kejelian kita memanfaatkan hal-hal kecil dalam memberikan perhatian telah terbukti sebagai resep yang istimewa untuk merekatkan ukhuwah dan keberhasilan dakwah. Adalah Imam Hasan Al Banna yang tidak pernah melupakan nama ikhwan-ikhwan yang pernah ia temui. Tidak hanya nama juga informasi-informasi lainnya sehingga sang ikhwan yang ditemui lagi suatu masa di kemudian hari begitu tersentuh oleh hal tersebut. Adalah Rasulullah sendiri yang begitu cerdasnya menyentuh hati Adas -seorang Nasrani (ketika Rasulullah berlindung di kebun anggur milik dua saudara 'Uthba dan Syaiba) dengan menghubungkan antara daerah asal Adas dengan Nabi Yunus bin Matta. Maka bagi saya begitu berharganya buku “Sentuhan hati penyeru dakwah” karya Abbas As-sisi, yang tentu saja banyak mengupas tentang bagaimana cara-cara menyentuh hati. Semoga Allah merahmati penulis buku ini yang beberapa bulan yang lampau telah pergi menghadapNya.

Perasaan ini masih terbalut iri dengan ketangkasan sahabat-sahabat terbaik di sekeliling saya dalam mencurahkan perhatian terhadap hal-hal kecil dengan begitu indahnya. Apalagi saya tahu tindakan itu mereka lakukan spontan dari ketulusan jiwa tanpa sebelumnya menerima teori-teori tentang menyentuh hati. Saya hampir memutuskan untuk berhenti mencari-cari referensi dan mempelajari teori menyentuh hati ketika semakin hari saya sadari makin jauh tertinggal di belakang mereka. Senyum-senyum tulus itu masih ditebar setiap hari juga SMS-SMS indah pengikat ukhuwah.

Saya benar-benar ingin berhenti dan berharap mereka memaklumi segala keterbatasan saya dalam menunjukkan cinta dan perhatian. Ditambah lagi oleh sifat yang pelupa. Saya benar-benar hampir memutuskan untuk tidak lagi terlalu memikirkan hal ini ketika pagi ini secara kebetulan saya membaca tulisan salah seorang dari mereka di jurnal onlinenya. Begini kira-kira bunyinya:

“Aku termasuk orang yang senang sms-an.
Selain suka sms, senang juga me-review sms-sms yang masih disimpan. Sms-sms yang disimpan antara lain sms taushiyah dan do’a-do’a dari orang-orang tersayang. Dan inilah dua yang paling lama bertengger di inbox saya :

"Seorang mukmin adalah sahabat sejati, ia mengetahui berat beban saudaranya, memaafkan & memberi uluran tangan, serta mendorong dengan memberinya kebanggan, pengertian & harapan"
Sender: +62…
Sent : 14 April 2003

"Apa kabar iman? Semoga slalu menapak maju. Apa kabar hati?Smoga bersih dari kelabu. Apa kabar cinta? Semoga tetap berpeluh rinduNya. May Allah always love you.
Tetap semangat,OK."
Sender: +65…
Sent : 21 Sept 2003

Aku seneng banget sama dua sms itu. Kenapa? coba deh dibaca, diresapi, dan direnungkan. Uhibbuki fiLlah yah ibu-ibu. Walau dua-duanya udah ga tiap hari ketemu insyaAllah jauh dimata dekat dihati ya.

Demikian bunyi tulisannya.

Saya tertegun ketika membaca sms yang ke-dua. Sms itu dari saya ketika kita masih kuliah dan bertemu tiap hari. Saya dulu memperolehnya dari seorang teman dan mengirimkannya kembali ke sahabat-sahabat terbaik namun tidak pernah menyimpannya. Tanggal yang tertera di sana nyaris dua tahun yang lalu. Subhanallah, dia masih menyimpannya padahal sudah selama itu. Hati ini bergetar dan haru memenuhi rongga dada.

Tekad saya kemudian berubah total. Saya rasa saya tidak seharusnya berhenti berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dalam mencari teori-teori menyentuh hati (dan tidak lupa mempraktekkannya!, itu yang paling penting). Karena ternyata hal-hal kecil yang kita lakukan dan telah kita lupakan bisa jadi ternyata membekas erat kepada orang lain. Karena itu janganlah pernah berhenti memperindah ukhuwah dengan sentuhan-sentuhan kecil yang insyaAllah akan menjadi kekuatan besar karena Allah saja landasannya.

Namun yang lebih penting lagi kali ini lagi-lagi saya merasa kalah. Sahabat yang ini mengalahkan saya tidak saja dalam hal perhatian-perhatian kecilnya namun juga dalam cara dia memaknainya dan cara dia mengekalkannya. Yang jelas menurutnya ukhuwah kita bukanlah cinta benalu, yaitu cinta yang pupus seiring berlalunya waktu.

uNisA@spore
Juni 2005