Rabu, 01 Juni 2005

[Cluster 7]: Bukan cinta benalu

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Ada sosok-sosok dengan jiwa-jiwa yang mengagumkan bertebaran di sekeliling saya. Sosok-sosok yang tidak hanya hadir ketika matahari kehidupan bersinar cerah. Namun mereka juga hadir ketika langit hitam dan awan retak retak. Menawarkan kehangatan, menenangkan, menangis bersama, sekadar mendengarkan dengan sabar berjam-jam atau melesat bagai anak panah menembus jarak-jarak yang jauh ketika saya dirundung duka lalu menyodorkan bahunya sehingga kesedihan bisa menjelma seketika menjadi senyuman. Senyuman yang begitu indahnya.

Di depan mereka saya kadang-kadang merasa begitu minder. Merasa kalah dan tertinggal jauh dalam fastabiqul khairat. Dalam hal ini cukuplah goresan saya membicarakan tentang kualitas muamalah di luar konteks peribadatan kepadaNya. Walau saya percaya untuk soal yang inipun saya jauh tertinggal di belakang mereka.

Banyak hal-hal kecil yang mereka lakukan tampak biasa-biasa saja, namun terasa begitu menyentuh jiwa. Misalnya selalu ada saja yang ingat dan mengirimkan do’a ketika saya sedang mempersiapkan diri untuk hal-hal kecil yang wajar saja adanya, seperti ketika bersiap menghadapi ujian di kampus, ada benda-benda yang rusak, hari pertama masuk kerja bahkan tentang perkembangan urusan-urusan kecil yang sedang ditangani. Maka email-email, telpon dan SMS-SMS dari mereka tak pernah berhenti mengalir walau saya tak pernah merasa mampu membalas kepedulian mereka walau ingin sekali berusaha sekuat tenaga.

Kadang ketika bertemu wajah-wajah tulus itu ingin sekali hati berkata, wahai saudara-saudariku, maafkan kalau selama ini sering terlalu apatis dan tidak peduli walau sudah berusaha setengah mati. Maafkan jika terlupa hari ujianmu, lupa hari interviewmu, lupa hari-hari pentingmu atau tidak menanyakan "Apa kabar, cinta?" saat sebenarnya kau ingin ditanya. Sungguh, aku mengharap kita akan terus bergandengan tangan selamanya.

Padahal kejelian kita memanfaatkan hal-hal kecil dalam memberikan perhatian telah terbukti sebagai resep yang istimewa untuk merekatkan ukhuwah dan keberhasilan dakwah. Adalah Imam Hasan Al Banna yang tidak pernah melupakan nama ikhwan-ikhwan yang pernah ia temui. Tidak hanya nama juga informasi-informasi lainnya sehingga sang ikhwan yang ditemui lagi suatu masa di kemudian hari begitu tersentuh oleh hal tersebut. Adalah Rasulullah sendiri yang begitu cerdasnya menyentuh hati Adas -seorang Nasrani (ketika Rasulullah berlindung di kebun anggur milik dua saudara 'Uthba dan Syaiba) dengan menghubungkan antara daerah asal Adas dengan Nabi Yunus bin Matta. Maka bagi saya begitu berharganya buku “Sentuhan hati penyeru dakwah” karya Abbas As-sisi, yang tentu saja banyak mengupas tentang bagaimana cara-cara menyentuh hati. Semoga Allah merahmati penulis buku ini yang beberapa bulan yang lampau telah pergi menghadapNya.

Perasaan ini masih terbalut iri dengan ketangkasan sahabat-sahabat terbaik di sekeliling saya dalam mencurahkan perhatian terhadap hal-hal kecil dengan begitu indahnya. Apalagi saya tahu tindakan itu mereka lakukan spontan dari ketulusan jiwa tanpa sebelumnya menerima teori-teori tentang menyentuh hati. Saya hampir memutuskan untuk berhenti mencari-cari referensi dan mempelajari teori menyentuh hati ketika semakin hari saya sadari makin jauh tertinggal di belakang mereka. Senyum-senyum tulus itu masih ditebar setiap hari juga SMS-SMS indah pengikat ukhuwah.

Saya benar-benar ingin berhenti dan berharap mereka memaklumi segala keterbatasan saya dalam menunjukkan cinta dan perhatian. Ditambah lagi oleh sifat yang pelupa. Saya benar-benar hampir memutuskan untuk tidak lagi terlalu memikirkan hal ini ketika pagi ini secara kebetulan saya membaca tulisan salah seorang dari mereka di jurnal onlinenya. Begini kira-kira bunyinya:

“Aku termasuk orang yang senang sms-an.
Selain suka sms, senang juga me-review sms-sms yang masih disimpan. Sms-sms yang disimpan antara lain sms taushiyah dan do’a-do’a dari orang-orang tersayang. Dan inilah dua yang paling lama bertengger di inbox saya :

"Seorang mukmin adalah sahabat sejati, ia mengetahui berat beban saudaranya, memaafkan & memberi uluran tangan, serta mendorong dengan memberinya kebanggan, pengertian & harapan"
Sender: +62…
Sent : 14 April 2003

"Apa kabar iman? Semoga slalu menapak maju. Apa kabar hati?Smoga bersih dari kelabu. Apa kabar cinta? Semoga tetap berpeluh rinduNya. May Allah always love you.
Tetap semangat,OK."
Sender: +65…
Sent : 21 Sept 2003

Aku seneng banget sama dua sms itu. Kenapa? coba deh dibaca, diresapi, dan direnungkan. Uhibbuki fiLlah yah ibu-ibu. Walau dua-duanya udah ga tiap hari ketemu insyaAllah jauh dimata dekat dihati ya.

Demikian bunyi tulisannya.

Saya tertegun ketika membaca sms yang ke-dua. Sms itu dari saya ketika kita masih kuliah dan bertemu tiap hari. Saya dulu memperolehnya dari seorang teman dan mengirimkannya kembali ke sahabat-sahabat terbaik namun tidak pernah menyimpannya. Tanggal yang tertera di sana nyaris dua tahun yang lalu. Subhanallah, dia masih menyimpannya padahal sudah selama itu. Hati ini bergetar dan haru memenuhi rongga dada.

Tekad saya kemudian berubah total. Saya rasa saya tidak seharusnya berhenti berusaha untuk menjadi lebih baik lagi dalam mencari teori-teori menyentuh hati (dan tidak lupa mempraktekkannya!, itu yang paling penting). Karena ternyata hal-hal kecil yang kita lakukan dan telah kita lupakan bisa jadi ternyata membekas erat kepada orang lain. Karena itu janganlah pernah berhenti memperindah ukhuwah dengan sentuhan-sentuhan kecil yang insyaAllah akan menjadi kekuatan besar karena Allah saja landasannya.

Namun yang lebih penting lagi kali ini lagi-lagi saya merasa kalah. Sahabat yang ini mengalahkan saya tidak saja dalam hal perhatian-perhatian kecilnya namun juga dalam cara dia memaknainya dan cara dia mengekalkannya. Yang jelas menurutnya ukhuwah kita bukanlah cinta benalu, yaitu cinta yang pupus seiring berlalunya waktu.

uNisA@spore
Juni 2005 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar