Kamis, 13 September 2018

[Goresan] Mencarimu di sepertiga malamku

Awalnya saya tidak pernah memikirkan kamu. Saya merasa semua membaik, dan akan selalu menjadi lebih baik.


Sampai pada suatu hari, pada sebuah ajang muhasabah rutin malam hari, saya katakan pada 2 wajah kecil itu:
"Maafkan, hari ini bunda kebanyakan marah. Ayolah kita sama2 kasih masukan lagi. Bunda juga ingin jadi Ibu kesayangan dan kebanggaan"

Jawab mereka "Kami juga banyak salah. Maaf ya. Ayo kita tidur, nyalain al Baqarah" (entah kenapa tidur sambil dengerin al Baqarah mulai jadi kebiasaan, dan mereka pelan2 menghafalnya patah2)

Saya menimpali "bunda terlalu banyak kekurangan, kadang sedih juga. Suka baper. "
.
. "Enggak, kami sayang bunda", katanya sambil menahan kantuk. "Walau memang ada yg bunda belum bisa lakukan..."
.
. "Apa?, apa?" Saya memaksa .
.
"Kami rindu ada yang mengantar dan menemani sholat Jumat. Kami juga rindu ada yang menjadi imam bagi kami shalat jamaah. Dengan suara yang bagus. Seperti yg kita dengar ini"

Saya terdiam.
Benar rupanya. Ada ruang yang tak kan selalu mampu saya isi.
Lama saya terdiam...
Suara hati mereka adalah amanah buat saya.

Maka kemudian, diam-diam saya menuliskan ini. Untuk kamu.
Maka kemudian, diam-diam, saat hati di puncak syahdu, saya berdialog dengan Pemilik Jiwa, untuk menyampaikan ini padamu.

Aku...
Mencarimu dalam sujud di penghujung malam...
Dalam deru rindu yang seumpama hujan...
Di balik sebuah doa yang semoga juga diaminkan oleh malaikat... .
.
Kupinjam, namamu...
Di sepertiga malamku..
Untuk kuperbincangkan dengan Rabbku

Walau, entah siapa namamu...
Dan jika tak di dunia,
Semoga di akhirat kita bersua.

Dan semoga,
Dua wajah kecil itu berdamai dengan pertanyaannya, seiring bahu yang semakin kokoh dan hati yang semakin kuat.. .
.
.
Nak..
Kita akan menggoreskan sejarah yang indah,
atas apapun skenario yang Allah gariskan...