Jumat, 23 Februari 2018

[Goresan] On progress move on (5)

Karena abangnya sakit sudah beberapa hari ini, maka sesi "evaluasi harian" hanya dihadiri adik. Abang harus tidur lebih awal setelah minum obat.


Saya dan nak H2 kemudian diskusi macam2, berharap setiap pertemuan singkat kami penuh kualitas. Biasanya di evaluasi malam, saya usahakan memposisikan diri sebagai "teman", supaya dia nyaman menceritakan harinya. Berbicara dalam "bahasa mereka". Bicara dengan H2 yg berusia 8 tahun dan suka merasa dirinya balita, beda strategi dengan H1 yang berusia 10 tahun tapi kadang menyangka dirinya udah dewasa, si anak serius.

Tak lama kemudian saat kantuk mulai hinggap di wajah mungilnya, tiba2 nak H2 nyeletuk "Jangan lupa baca surat al Kahfi ya bunda, banyak manfaatnya kan. Baca malam ini atau besok"

Saya jawab "emang dedek tahu manfaatnya apa?"
Tapi dia udah keburu mendengkur...
Saya jadi malu, karena sempat diam-diam punya rencana mau keluar kamar lalu nonton tv. Ihiks. Malah dinasehatin anak kecil tentang surat al Kahfi.

Malam kemudian semakin pekat.
Jauh sebelum Subuh menyapa, tiba2 dia bangun lagi
"Bunda, dedek belum pernah tahu rasanya sholat tahajud. Boleh gak ajarin? Mau doain abang cepat sembuh supaya bisa puasa sunnah lagi"

Saya yang tadinya masih melayang2 di alam mimpi langsung terjaga maksimal sambil membawa anak mungil ke kamar mandi. Lalu dia berwudhu dalam diam. Tanpa dia tahu bahwa hati emaknya mendadak menghangat walau mata penuh embun.

Terbuat dari apakah hati seorang Ibu?
Anaknya ujian taekwondo, emak terharu...
Anaknya presentasi lomba science, emak terharu...
Anaknya mendadak rajin puasa sunnah, emaknya terharu...
Anaknya ingin belajar tahajud, emaknya terharu.. Dikit2 terharu...
Apakah hati Ibu terbuat dari air mata?