Jumat, 26 Juni 2020

2.5 bulan pendidikan

Alhamdulillah, perjalanan panjang 2 bulan itu akhirnya menemukan ujungnya.


Dear workstation,
Terima kasih sudah setia menemani malam-malam panjang dan berbagai perenungan. Ada sedih, takut, cemas, panik, stres, bahkan pernah ada air mata. Namun tak jarang juga ada haru, bahagia, tawa, senyuman usil, hati yang mekar bahagia, bahkan kangen dan rindu. Menemukan masa-masa mengakui kekurangan diri, menemukan kelemahan jiwa seutuhnya.

Dear partikel-partikel udara,
Terima kasih sudah menjadi saksi bisu. Menemaniku dalam menyadari bahwa, hidup memang akan selalu begitu. Kadang jatuh, sedih, nangis lagi, jatuh lagi, sedih lagi, nangis lagi. Laluuu, habis itu tinggal berdiri lagi, senyum lagi, ketawa lagi. Daaan, saat energi cukup banyak, sesekali melompat dan berlari. Karena memang opsi menyerah itu gak ada rupanya. Habis menyerah trus apa? Gak ada.

Dear anak-anakku,
Terima kasih atas segala sabar punya Ibu yang kadang tak mampu membelah peranan seketika untuk menjadi Ibu kesayangan. Tenggelam dalam kesendirian. Tersadar saat mulut2 lugu berkicau menyindir "diriiiku sayang sayang, belahan jiwa bunda. Diriiiku sayang sayang, ingin dipeluk bunda". Modifikasi lagu suka suka 😆

Dear kamu,
Di tengah semua diksi, kadang lintasan fikiran semena-mena menghadirkan dirimu. Jauh betul jarak denganmu, menembus ruang dan waktu. Tapi mantraku juga bernama do'a. Mendoakan kamu selalu bersinar dalam terang cahaya.
Dan berharap suatu hari aku bisa ikut serta, walau dari jauh. Dalam diam tentunya, sebab lebih manis perbincangan dengan pemilikmu, pemilik alam semesta. Saat kening bertemu sajadah, dalam narasi yang penuh harap diaminkan Malaikat.
Walau, bahkan ku tak tahu siapa namamu.

Dear aku,
Jangan terfikir lagi membandingkan perjalanan dengan orang lain. Justru kisah unik yang membuat kita spesial.
Sungguh, kita tak tahu akhir perjalanan ini seperti apa.
Tapi yakin saja, rencana Allah itu selalu luar biasa. Sementara itu, mari mengkoreksi hati, mengikhlaskan apa-apa yang memang bukan milikmu.
Biarkan pergi 😆
Karena apa2 yang menjadi takdirmu, pada akhirnya akan mencari jalan menemukanmu (Ali bin Abi Thalib), dan mungkin begitu juga sebaliknya.

//end of Sesmabi 3, 2020

Rabu, 17 Juni 2020

[Goresan] ...kepemilikan

Sering kehilangan sesuatu yang disayangi, mungkin bukan musibah. Tapi bentuk kasih sayangnya Allah kepada kita untuk lebih memahami konsep kepemilikan.

Gak ada rupanya yang benar-benar milik kita di dunia ini. Semuanya titipan dan amanah yang dipinjamkan. Sebut saja keluarga, pasangan, keturunan, teman, harta, dan, jabatan. Ada yang hadirnya sebentar, ada yang cukup lama.

Atau bisa jadi bentuknya non-material, sebut saja kesehatan, kekuatan, masa muda, waktu luang, yang dapat juga dipandang sebagai sarana yang Allah hadirkan untuk mendidik kita. Apakah kepemilikan akan hal tsb membuat kita jadi lebih baik, atau sebaliknya.
Lalu saat yang meminjamkan mengambil kembali yang dititipkannya, selapang apa hati menerimanya? Susah sekali untuk mengingatkan diri kembali bahwa dunia hanya di tangan, bukan ditanam di dalam hati.
Memang perlu diasah terus skill itu, agar senyuman tetap cemerlang. .
.
Lebih jauh lagi, kepemilikan ini akan membawa kita kemana? Apakah ia membantu kita menuju ultimate goal: kebahagiaan jangka panjang yang hakiki. Yang indah, yang penuh berkah, yang membuat Malaikat tersenyum, dan membuat mahkluk langit merindukan kita.
Atau ia hanya menyemaikan kenyamanan semu yang membuat kita semakin sibuk dalam senda gurau yang entah sampai kapan.

Istafti qalbak.
Walau saya juga tidak paham hati seperti apa yang telah memenuhi pre-requisite untuk dimintakan fatwa.

17 Juni 2020
^^susah sekali melepaskan rasa kepemilikan itu ya...