Minggu, 24 April 2011

Dinner di Bandar Jakarta

Akhir maret kemarin (2011)  tiba-tiba Abah ngajak Bundo ke Bandar jakarta, yaitu sejenis restoran seafood di ancol (di pinggiran pantai) yang terkenal kelezatannya. karena rutenya cukup jauh dari Ciputat, Bunda sempat agak ragu karena kasihan anak-anak nanti kecapean. Maklum kita kan ga punya mobil, so harus gonta ganti kendaraam umum berkali2 yang tidak semuanya nyaman.

Eh rupanya Abah merencanakan acara ini hanya untuk berdua saja. Selain jauh, rute yang akan ditempuh juga tidak nyaman untuk anak-anak. Selain itu memang sejak punya anak belum pernah bepergian berduaan ke suatu tempat dengan tujuan cuma untuk makan dan ngobrol, jadinya Bundo dan Abah pergi ke Ancol.

Karena daerahnya jauh, kami memutuskan naik kereta api dulu. Bukan karena murahnya saja tapi karena waktu yang ditempuh akan jauuuuuh lebih hemat. Bayangkan, untuk mencapai tanah abang dengan bis/angkot bisa memakan waktu 2-3 jam, tapi dengan kereta cuma 30 menit saja. Namun dunia perkereta-api-an di waktu wik en tidak begitu ramah. Tidak ada kereta express dan sangat jaraaang ekonomi AC, bahkan KRL ekonomi biasa pun jarang.

Terpaksa deh kami naik kereta Diesel. Ternyata ga nyaman banget, bau aneka rupa, sumpek dan pedagang hilir mudik kesana kemari, nyenggol sana sini. Namun ya begitulah kondisi perkereta-apian di Jakarta. Ga bisa berharap banyak.

Akhirnya petualanganpun dimulai. Lama-lama kondisi yang ada dinikmatin aja. Untungnya jendela2 terbuka lebar so angin segar bisa menghambur masuk ke seantero ruangan. Kita turun di daerah Angke, dan kemudian bingung gimana nyambung ke Ancolnya. Dari Angke naik angkot yang brenti di daerah Asemka, dan dari sana akhirnya naik taksi ke Ancol tuk mencapai restoran.

Makanannya lumayan enak. Apalagi ikan, cumi dan seafood lainnya masih hidup ketika siap untuk dimasak. Segar lah pokoknya mah. Asyik sekali melewatkan early-dinner berdua sambil memandang suasana restoran yang rame serta melayangkan pandangan ke panorama lautan (yang menjorok ke daratan) dengan batas pandangan nun jauh ke samudra lepas. Indah sekali.

Suasana makin seru ketika Abah kemudian menyewa perahu yang memang biasa dipakai untuk keliling2 teluk, hanya untuk kami berdua saja. Bukannya mau sok romantis, emang karena pengunjung yang lain lagi pada asyik makan dan rombongan pelancong lainnya baru selesai muter2in teluk naik perahu yang lain. Harga sewa perahu ga terlalu mahal, satu perahu gede (kapasitas 15 orang) boleh disewa 50rb saja...

Namun seindah2nya bepergian berdua, tetep aja Bundo kangen anak-anak. Seribet apapun amunisi yang harus dibawa tiap kali ngajak mereka namun itu ga ada apa2nya dibanding kebahagiaan bisa menghabiskan waktu bareng anak-anak... precious banget dah pokoknya mah..

Pulangnya, kami naik taksi dari Ancol ke stasiun tanah Abang trus naik kereta ekonomi (soalnya yang Ac belum datang). Asyik juga naik kereta ekonomi, walau tanpa AC tapi ruangannya cukup lega. Cuma Rp.1500 saja, dan jauh lebih nyaman daripada kereta Diesel. banyak banget pedagang hilir mudik, dan bundo pun kalap belanja di atas kereta ekonomi hehe. Ngeborongin jepitan, peniti2, jarum2, sisir2 kecil sampe sebarek2  mainan anak2 yang murah meriah...

Nah gitu dulu deh kisahnya.