Jumat, 24 September 2021

Nyasar di Delft



2014 (7 tahun silam)

Suatu siang.
Sudah hampir pasti, saya akan terlambat ke appointment buka rekening bank. Tapi sudah belasan menit mengayuh sepeda dengan panik, saya masih gak ketemu lokasinya. Padahal udah ke sana H-1, dan nandain lokasi "bank nya dekat jembatan, yang ada bunga cantik, dan airnya hijau"

Daan ternyata hampir setiap belokan di Delft kayak gitu!! Jembatan, bunga cantik, air hijau. Aaarghhh, unisaa bagaimana seeeh. Lugu bener dah.

Darah didikan Singapura yang mengalir kental dalam diri saya, dengan doktrin mengharamkan terlambat, bergejolak-gejolak menahan luapan emosi. Bagaimana ini? Bagaimana ini?

Daan untungnya, 5 menit sebelum waktu janjian, mata saya bersirobok dengan plat bank itu. Ini dia!!! Alhamdulillah. Bergegas parkir sepeda, dan melompat masuk ke ruangan yang hangat.
Yess! Saya tepat waktu. Gak jadi bikin malu bangsa, negara, instansi, dan almamater 😴😴😴. Gak boleh terlambat, uNisA!

Postingan foto ini adalah kenang-kenangan. Betapa dulu di hari-hari pertama di Delft saya selalu nyasar karena gak paham beda antara satu belokan dan belokan lainnya.

Semuanya sama.
Ada jembatan, bunga cantik, dan air hijau.
Aah, saya memang cinta sekali sama kota ini. Cinta sejak pandangan pertama.

2021
Bahkan saat ini, ketika kehidupan rasanya begitu menantang. Udah bingung bagi waktu antara memainkan peran sebagai ibu kesayangan dan mahasiswa disiplin penuh tanggung jawab. Bingung membagi fokus antara bersemedi syahdu dalam aroma kampus Delft yang bagaikan lautan ilmu pengetahuan tanpa batas, dengan mobilitas fisik ke kota sebelah: Den Haag yang modern dan hiruk pikuk, tempat tekos menuntut ilmu.

Namun, cinta akan mengalahkan segala rintangan bukan?

Karena itu, Nak
Kata saya ke duo H
Kita cari terus pola yg ciamik, dan strategi menuju win-win solution, sampai kita menemukan titik equilibrium itu.
Mempertanggungjawabkan segala amanah yg dititipkan kepada kita. Menjadi pelajar, menjadi mahasiswa..
Menjadi anak, menjadi Ibu..
dan menjadi hamba Allah yang fokus menemukan jawaban

Sementara itu, kita nikmati angin syahdu Negeri van Oren, ini

Tawakal, setelah sepenuh2nya ikhtiar. Begitu bukan?
Apakah ikhtiar kita sudah maksimal?
That is a question