Rabu, 11 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Parent's Meeting Day di sebuah SD di Belanda

I have just attended parent's meeting at the primary school this morning. In Dutch . Fortunatelly, one of the teacher decided to sit next to me and being a translator. Kalau gak ada guru baik itu, puyeng banget dah. Cuma ngerti beberapa butir vocab, itupun karena diajarin anak2 di rumah.

Pertemuan diadakan untuk membahas bagaimana sekolah melakukan monitoring terhadap perkembangan murid. Sebelumnya pernah juga ketemu guru kelas abang dan dedek, namun sifatnya lebih private. Face to face. Yang ini sifatnya lebih umum, berupa forum. Diawali dengan minum teh bersama, makan kue-kue kecil yang disediakan sekolah, serta ramah tamah dalam beragam bahasa. Bagian ramah tamah diriku cuma cengar cengir tentunya, sebab bahasa utama yg digunakan adalah bahasa belanda (oleh guru), dan sejenis bahasa arab (karena banyak wali murid dari Turki dan Maroko.. kayaknya sih).

O iya, lagi-lagi 1 hal yang selalu menarik perhatian saya terkait SD di sini. Mereka gak punya staf! Sebutlah sekretaris, tata usaha, you name it lah, apapun. Cuma ada 1 kepala sekolah dan para guru. Itu aja. Jadi mulai dari mengoperasikan komputer, nyiapin teh dan cemilan buat orang tua murid, melayani ortu yang mau ingin daftar program buah-buahan mingguan, menjawab telpon, semua dilakukan oleh kepalas seklolah dan guru. Efisien banget. Cerita tentang ini ada di tulisan awal saya saat survey SD-SD di sekitar Delft.

Kembali ke acara rapat, kebanyakan muatan penilaian dan monitoring yang dibahas adalah attitude dan kedisiplinan. Jadi, penilaian secara umum terbagi atas 3 tema : attitude, language, dan pelajaran sekolah.

Lumayan lama membahas tentang attitude. Sebab di dalamnya terdapat prilaku terhadap guru, prilaku terhadap orang lain (kerjasama, pergaulan, inisiatif, cara mengatasi konflik, dll), prilaku saat belajar (stamina, konsentrasi, kecepatan gerak, kemandirian) dan prilaku terkait rasa tanggung jawab (bagaimana menjaga barang-barang di sekolah, bagaimana sikap dalam menyelesaikan tugas), dll. Masih banyak lagi mestinya, sebab pembahasan bagian ini sangat lama. Cuma ini aja yang berhasil dicatat. Tentunya setelah diterjemahin dulu oleh ibu guru baik hati yang duduk di sebelah saya.

Di bagian language, dibahas mendetail tentang aspek listening, speaking, writing, writing stories dan reading. Fokus pembahasan bukan kepada aspek akademis semata tetapi lebih banyak penekanan pada ranah psikologis. Misalnya tentang cara meng-encourage anak untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa, tentang kreativitas yang harus dimiliki orang tua dalam memantau kemampuan berbahasa anak-anak, tentang motivasi untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, tentang keberanian mengemukakan pendapat, tentang sikap yang baik dalam berbahasa, dan masih banyak lagi. Saya pernah dapat penjelasan bahwa metode pendidikan di sini adalah 50% dari sekolah dan 50% dari orang tua. Jadi, orang tua juga dituntut untuk aktif melakukan pendampingan.

Dijelaskan juga, para guru sangat menyadari bahwa aspek bahasa ini tidak mudah untuk anak-anak, apalagi yang sehari-hari memakai 2, 3 bahasa atau lebih. Karena itu kadang mereka menyediakan pendampingan khusus untuk anak-anak yang perlu waktu tambahan belajar bahasa Belanda (seperti halnya abang dan dedek yang dapat pelajaran tambahan tiap hari Kamis). Saking senangnya belajar bahasa, di hari Kamis mereka senantiasa bangun sangat pagi dan berharap semoga cuaca bagus, sehingga tak ada kemungkinan untuk bolos sekolah.

Aspek ilmu pengetahuan tentu juga penting, walau terasa sekali di dalam setiap pembahasannya kembali ditekankan masalah prilaku, bahasa dan kedisiplinan. Dibahas tentang metode pengajaran matematika di sekolah, bagaimana menerapkan belajar matematika sambil bermain, tentang pentingnya memahami peta dunia untuk membuka cakrawala, tentang mengenal diri pribadi, keluarga dan lingkungan. Terus terang nyaris ga ada pembahasan tentang sisi akademis yg canggih2 (fisika, kimia, biologi, kalkulus, apalagi ekonometric...hehe). Tapi saya percaya sekali sekolah juga ngajarin science, sebab setiap pulang sekolah mereka pasti cerita (ceritanya rebutan tentunya, secara bundo kesayangan cuma 1 hehe). Mulai dari cara membuat kertas, daur ulang makanan, organ tubuh, dll. Hanya saja di pertemuan orang tua murid ini nampaknya para guru lebih menekankan pada pentingnya aspek prilaku, kedisiplinan dan kemampuan berbahasa.

Sekolah memantau perkembangan akademis anak secara individual. Jika ada anak yang dicurigai cukup tertinggal secara akademis, maka sekolah akan mendatangkan psikolog untuk melakukan investigasi bertahap agar dapat menggali apa penyebab ketertinggalan itu. Apakah ada masalah pribadi, masalah emosional, masalah dengan teman, atau mungkin ada masalah di rumah. Sebab mencari akar masalah sangat penting untuk mendapatkan treatment yang sesuai.

Akan diadakan ujian akademis secara rutin, baik yang sifatnya nasional maupun yang sifatnya internal sekolah. Jadwal ujian internal di sekolah biasanya tidak diumumkan, karena guru-guru tidak ingin membuat siswa stress dan takut menghadapi yang namanya "hari ujian". Ujian dan test dari sekolah dapat dilakukan kapan saja tanpa ada pemberitahuan. Dengan demikian siswa dapat menikmati nuansa bermain dan belajar tanpa tekanan.

Tentunya dibahas juga tentang aspek motorik (motorik halus dan motorik kasar), yang ditunjang dengan kegiatan olahraga 3x seminggu. Seperti kisah sebelumnya, diriku pernah dipanggil wali murid karena abang dan dedek dianggap masih perlu peningkatan motorik halus dan kasar. Terutama motorik halus sih yang dirasa kurang banget. Sehingga guru kemudian meminjamkan secara rutin alat-alat bantu yang diharapkan dapat men-stimulate perkembangan gerak mereka. Agar lebih gesit, lebih tangkas dan lebih sehat tentunya.

Itu aja yang keinget, ntar kalau hadir di lintasan fikiran, akan ditambah lagi. Semoga abang dan dedek senantiasa mendapat ilmu baru selama 1 tahun mereka bersekolah di sini, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki dibanding teman2 lainnya (terutama kendala bahasa). Cemunguuud!!!

Sabtu, 07 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Suatu hari di Rijksmuseum Amsterdam

Saat syahdu menyusuri lorong mungil yg penuh berisi lukisan2 dan kostum2 negeri Oren masa lampau, tiba-tiba muncul sebuah "gua es" di depan kita. Loh.. loh.. loh.. kok bisa ada gua es ya, ayo kita lihat ada apa di dalamnya. Eh malah ada ruangan berisi kompor, perapian, tempat duduk, dan selimut. Sebuah fragmen diorama masa silam. Coba kita bayangkan sebuah adegan saat itu. Merem, nak. Bayangkan.
Keluar dari "gua es" kita dihadapkan pada sebuah lorong mungil yang rupanya adalah rak buku "raksasa". Wah, besar sekali, sampai sampai kalian bisa leluasa menyelusup di sela-sela raknya, naik turun tangga mini yang diapit buku-buku tua, bolak balik, berulang-ulang. Kadang gantian dengan pengunjung2 dewasa lain yang ternyata juga senang melakukan aktivitas itu. Dan muat juga! Ayo Nak, mainkan imajinasimu.
Puas membuktikan kekokohan rak buku (setelah dipanjat dan ditelusuri berulang2) ), kita jalan lagi di lorong2 lukisan. Wow, ada ruang kerja ilmuwan. Di dindingnya terdapat peta dunia yang menguning, sedang di meja kerjanya berderet2 sistematis seperti tentara bermacam perangkat penelitian. Buku tulis, mikroskop, botol-botol, cairan sesuatu, dan entah apa lagi. Yang jelas terlihat pintar dan rumit. Berada di sana beberapa menit saja, IQ terasa meningkat pesat saking GR nya. Serasa....
Berjalan lagi, tiba2 kita dikejutkan oleh sebuah kursi tua (kosong) yang dikelilingi puluhan buku-buku kuno yang berserakan sesukanya. Ada yang terbuka, tertutup, atau di antara kedua definisi itu. Coba, coba bayangkan, Nak. Gimana rasanya duduk di sana, bersama puluhan buku yang akan membawamu berenang2 di lautan ilmu pengetahuan yang seolah tak ada habisnya. Menyenangkan bukan? kiki emoticon
Ayo kapan-kapan kita ke sini lagi. Atau kita teruskan petualangan di museum-museum berikutnya.
//suatu hari di sebuah pojok Rijksmuseum -Amsterdam.