Tampilkan postingan dengan label holland2015. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label holland2015. Tampilkan semua postingan

Selasa, 12 Januari 2016

Suntikan Semangat dari Pembimbing Proposal



Baru saja menghadiri pertemuan dengan pembimbing buat proposal thesis.
Dia tanya "Why did you  radically change your topic?". Saya jelaskanlah alasan saya kenapa mendadak ganti topik tesis, di saat-saat injury time deadline buat submit proposal. Alasan teknis, dan non teknis. Trus dia bilang lagi "did you do the proposal yourself? and how long?". Saya  jelaskan lagi bahwa saya hanya ada waktu mengerjakannya 4 hari,  sebab baru ada lampu hijau dari seorang kawan setelah konsultasi ama professornya (boleh sebut nama gak di sini? hehe). Sambil saya minta maaf juga karena terlalu mendadak melakukan perubahan, dan mohon maaf jika banyak kekurangan. Maklumlah, proposal yang udah digarap 1 bulan mendadak harus digantikan oleh yang baru mulai ditulis kamis malam. 4 hari 4 malam. Sampai demam kemaren malam, hehe...

Lalu beliau melanjutkan. "Kamu tahu gak kenapa saya menanyakan ini sejak email semalam?". Saya bilang, saya gak tahu pak, mungkin karena terburu-buru jadi banyak kekurangan. Trus dia jawab "because, I think your proposal is outstanding, and I suspect that it is belong to someone else, not you".

WUTT. Sempat bengong dulu sebentar. Antara senang karena dipuji, dan sedih karena dicurigai. Terus saya jelaskan bahwa ini beneran saya yang nulis sendiri, from scratch. Saya sampai memperlihatkan backup2 dokumen di google drive. Karena setiap progress pasti di back up minimal 2x sehari. Jadi terlihat segala history perubahan dokumen, dll. Saya tambahkan, karena ini tahapnya proposal, tentunya banyak sekali literature dari jurnal-jurnal lain. Pastinya. Tapi proposal ini beneran milik saya. Terus dia tertawa terpingkal-pingkal. Kenceng banget.  "the grammar is outstanding, and the proposal has been written in a very good logical order. Very scientific". Serius deh, ampe gemeteran dengerinnya. Dia menambahkan bahwa menurut dia ini dah hampir selesai, kalaupun ada input hanya minor. Jika terbukti original, dia akan memberi nilai yang sangat bagus. Dst dst.... berkuah-kuah lah itu pujian.

Speechless banget. Dan saya gak tahu apa kisah ini pantas disharing di sini. Tapi beneran gak nyangka pujiannya bakal berkuah-kuah begitu. Dan gak mengharapkan segitunya juga. Sebab selama 4 hari ini saya begitu kuatir bahwa yang saya kerjakan gak berarti, karena dikerjakan terburu-buru. Dan selama 4 hari ini saya sibuk berprasangka buruk terhadap hasil yang akan diterima. Sempat marah juga pada diri sendiri, kenapa kok jadi orang plin plan banget. Malah sempat berfikir ga akan lulus mata kuliah ini. Kasian sama anak-anak karena selama 4 hari ini selalu dikasih lampu merah
"Nak, main berdua dulu ya hari ini bunda sibuk banget"
"Nak, bunda mau sendirian dulu 3 jam, jangan masuk kamar bunda ya"
"Nak, bunda gak masak, kita pesen delivery aja ya"
"Nak, bunda ga masak sayur, ga sempat"
"Nak, sabtu minggu ini kita di rumah aja ya"
dll.

Pada akhirnya bapak pembimbing tetap memberi beberapa saran perbaikan. Pastinya. Sebab bagaimanapun pasti banyak hal-hal yang kita belum tahu tentang penulisan ilmiah. Tapi saya sibuk grogi, gemeteran, ke GR an, dll. Maklum, orangnya grogian dan GR an, walau dah emak-emak... hehe

Lama sekali kita diskusi. Saya jelaskan gimana proses penulisannya. Hal-hal yang masih gak saya pahami baik dari buku maupun dari literatur. Kebingungan-kebingungan saya. Sempat bilang juga bahwa setahu saya bahasa Inggris saya gak bagus, karena saya lulusan S1 di Singapore, yang mana selama di sana  bukannya belajar bahasa Inggris yang baik dan benar, saya malah Singlish abieeez. Speaking berantakan, nulis apalagi. Kalau bicara lebih kayak uncle-uncle di pasar malam di Boon Lay, atau makcik makcik yang jualan jilbab di Pasir Ris. Makanya suka ga PD kalau disuruh presentasi, apalagi nulis. Saya bilang juga score terjelek saya kalau test IELTS adalah writing. Pokoknya segala borok2 dikeluarin lah.

Saya juga bilang, nanti kita lihat aja di TurninIt, aplikasi buat cek originality sebuah karya tulis, tentang originalitas tulisan ini. Saya bahkan minta di test saat itu juga. Soalnya ga enak banget dicurigain.....

Tapi bapak ini baik banget. Dia bilang soal originalitas nanti bisa kita cek,dan itu adalah proses yang akan dilalui semua murid, tapi yang mau dia tekankan adalah bahwa dia suka sekali dengan apa yang telah saya tulis. Saat diskusi selesai, dia menutup dengan kalimat berikut "We need to have a good contact, and I am sure that you will have a very good career in your life"

Kalimat penutup yang bagi dia mungkin biasa aja, tapi tanpa dia sadari telah menajamkan tekad seorang emak-emak paruh baya untuk berusaha lebih keras lagi dalam hidup. Untuk berusaha meningkatkan prasangka positif terhadap diri sendiri, terhadap usaha yang sudah dilakukan, dan terhadap jalan hidup yang telah dipilih dan digariskan oleh Allah. Telah membuat seorang emak emak yang tadinya sempat putus asa, lelah, kehilangan kepercayaan diri, dan sibuk menyalahkan diri sendiri atas banyak hal, kembali ingin bangkit berdiri, berjalan.... berlari.

Teko's in de Holland [Adegan 18] Ayam Tepung Oatmeal


Dalam 2 minggu terakhir, resep ayam goreng tepung dengan oatmeal muncul terus di newsfeed. Pengen banget coba bikin karena masakan kesukaan anak-anak adalah : segala jenis masakan Padang (yang tak pernah mampu saya sajikan dengan baik dan benar) dan ayam goreng tepung.

Alhamdulillah tadi malam mendadak gak enak badan, jadi merasa berhak istirahat dulu sejenak dari tugas-tugas kuliah. Semalam bolehlah. Hipotesis penyebabnya : karena dah 4 hari kebut2an ngejar deadline tugas dan jam tidur agak galau , plus cuaca dingin banget setiap antar jemput anak2 ke sekolah. Tepat setelah tugas di submit, bundo meriang... hehe. Kayak ada tombol alarm yang langsung bekerja setelah email ke dosen terkirim. Rejeki banget. Akhirnya, daripada sibuk melow sakit kepala, coba2 deh eksekusi resepnya, trus disimpan di kulkas.

Paginya, Alhamdulillah badan enakan. Emang cuma minta bobok lama aja ~_~. Lagi manja. Digoreng deh tuh ayam yang udah dibumbuin dan udah semalaman disimpan di dalam kulkas. Hasilnya.... kriuuuuk dan renyaaah bangeet! Kalau digigit bunyinya sampai krenyes.. krenyes.

Selama ini, bermacam jenis resep ayam tepung dah saya coba dan baru kali ini anak2 sampai nambah makan 3 kali dan bilang "Bunda, enak banget, seperti ada tentara berjalan di dalam mulut. Kriuuuk... kriuuk".
Hati ini terharu maksimal.
Bahagia.
Seperti sebuah bunga yang tumbuh di awal musim semi.
Walau agak kaget ternyata tentara kalau jalan bunyinya kriuk.. kriuk. Baru tahu.

Demikianlah sekelumit kisah hari ini. Terimakasih banget buat yang udah berbagi resep.

*Bundo yang lagi berbunga-bunga

Rabu, 11 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Parent's Meeting Day di sebuah SD di Belanda

I have just attended parent's meeting at the primary school this morning. In Dutch . Fortunatelly, one of the teacher decided to sit next to me and being a translator. Kalau gak ada guru baik itu, puyeng banget dah. Cuma ngerti beberapa butir vocab, itupun karena diajarin anak2 di rumah.

Pertemuan diadakan untuk membahas bagaimana sekolah melakukan monitoring terhadap perkembangan murid. Sebelumnya pernah juga ketemu guru kelas abang dan dedek, namun sifatnya lebih private. Face to face. Yang ini sifatnya lebih umum, berupa forum. Diawali dengan minum teh bersama, makan kue-kue kecil yang disediakan sekolah, serta ramah tamah dalam beragam bahasa. Bagian ramah tamah diriku cuma cengar cengir tentunya, sebab bahasa utama yg digunakan adalah bahasa belanda (oleh guru), dan sejenis bahasa arab (karena banyak wali murid dari Turki dan Maroko.. kayaknya sih).

O iya, lagi-lagi 1 hal yang selalu menarik perhatian saya terkait SD di sini. Mereka gak punya staf! Sebutlah sekretaris, tata usaha, you name it lah, apapun. Cuma ada 1 kepala sekolah dan para guru. Itu aja. Jadi mulai dari mengoperasikan komputer, nyiapin teh dan cemilan buat orang tua murid, melayani ortu yang mau ingin daftar program buah-buahan mingguan, menjawab telpon, semua dilakukan oleh kepalas seklolah dan guru. Efisien banget. Cerita tentang ini ada di tulisan awal saya saat survey SD-SD di sekitar Delft.

Kembali ke acara rapat, kebanyakan muatan penilaian dan monitoring yang dibahas adalah attitude dan kedisiplinan. Jadi, penilaian secara umum terbagi atas 3 tema : attitude, language, dan pelajaran sekolah.

Lumayan lama membahas tentang attitude. Sebab di dalamnya terdapat prilaku terhadap guru, prilaku terhadap orang lain (kerjasama, pergaulan, inisiatif, cara mengatasi konflik, dll), prilaku saat belajar (stamina, konsentrasi, kecepatan gerak, kemandirian) dan prilaku terkait rasa tanggung jawab (bagaimana menjaga barang-barang di sekolah, bagaimana sikap dalam menyelesaikan tugas), dll. Masih banyak lagi mestinya, sebab pembahasan bagian ini sangat lama. Cuma ini aja yang berhasil dicatat. Tentunya setelah diterjemahin dulu oleh ibu guru baik hati yang duduk di sebelah saya.

Di bagian language, dibahas mendetail tentang aspek listening, speaking, writing, writing stories dan reading. Fokus pembahasan bukan kepada aspek akademis semata tetapi lebih banyak penekanan pada ranah psikologis. Misalnya tentang cara meng-encourage anak untuk mengoptimalkan kemampuan berbahasa, tentang kreativitas yang harus dimiliki orang tua dalam memantau kemampuan berbahasa anak-anak, tentang motivasi untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, tentang keberanian mengemukakan pendapat, tentang sikap yang baik dalam berbahasa, dan masih banyak lagi. Saya pernah dapat penjelasan bahwa metode pendidikan di sini adalah 50% dari sekolah dan 50% dari orang tua. Jadi, orang tua juga dituntut untuk aktif melakukan pendampingan.

Dijelaskan juga, para guru sangat menyadari bahwa aspek bahasa ini tidak mudah untuk anak-anak, apalagi yang sehari-hari memakai 2, 3 bahasa atau lebih. Karena itu kadang mereka menyediakan pendampingan khusus untuk anak-anak yang perlu waktu tambahan belajar bahasa Belanda (seperti halnya abang dan dedek yang dapat pelajaran tambahan tiap hari Kamis). Saking senangnya belajar bahasa, di hari Kamis mereka senantiasa bangun sangat pagi dan berharap semoga cuaca bagus, sehingga tak ada kemungkinan untuk bolos sekolah.

Aspek ilmu pengetahuan tentu juga penting, walau terasa sekali di dalam setiap pembahasannya kembali ditekankan masalah prilaku, bahasa dan kedisiplinan. Dibahas tentang metode pengajaran matematika di sekolah, bagaimana menerapkan belajar matematika sambil bermain, tentang pentingnya memahami peta dunia untuk membuka cakrawala, tentang mengenal diri pribadi, keluarga dan lingkungan. Terus terang nyaris ga ada pembahasan tentang sisi akademis yg canggih2 (fisika, kimia, biologi, kalkulus, apalagi ekonometric...hehe). Tapi saya percaya sekali sekolah juga ngajarin science, sebab setiap pulang sekolah mereka pasti cerita (ceritanya rebutan tentunya, secara bundo kesayangan cuma 1 hehe). Mulai dari cara membuat kertas, daur ulang makanan, organ tubuh, dll. Hanya saja di pertemuan orang tua murid ini nampaknya para guru lebih menekankan pada pentingnya aspek prilaku, kedisiplinan dan kemampuan berbahasa.

Sekolah memantau perkembangan akademis anak secara individual. Jika ada anak yang dicurigai cukup tertinggal secara akademis, maka sekolah akan mendatangkan psikolog untuk melakukan investigasi bertahap agar dapat menggali apa penyebab ketertinggalan itu. Apakah ada masalah pribadi, masalah emosional, masalah dengan teman, atau mungkin ada masalah di rumah. Sebab mencari akar masalah sangat penting untuk mendapatkan treatment yang sesuai.

Akan diadakan ujian akademis secara rutin, baik yang sifatnya nasional maupun yang sifatnya internal sekolah. Jadwal ujian internal di sekolah biasanya tidak diumumkan, karena guru-guru tidak ingin membuat siswa stress dan takut menghadapi yang namanya "hari ujian". Ujian dan test dari sekolah dapat dilakukan kapan saja tanpa ada pemberitahuan. Dengan demikian siswa dapat menikmati nuansa bermain dan belajar tanpa tekanan.

Tentunya dibahas juga tentang aspek motorik (motorik halus dan motorik kasar), yang ditunjang dengan kegiatan olahraga 3x seminggu. Seperti kisah sebelumnya, diriku pernah dipanggil wali murid karena abang dan dedek dianggap masih perlu peningkatan motorik halus dan kasar. Terutama motorik halus sih yang dirasa kurang banget. Sehingga guru kemudian meminjamkan secara rutin alat-alat bantu yang diharapkan dapat men-stimulate perkembangan gerak mereka. Agar lebih gesit, lebih tangkas dan lebih sehat tentunya.

Itu aja yang keinget, ntar kalau hadir di lintasan fikiran, akan ditambah lagi. Semoga abang dan dedek senantiasa mendapat ilmu baru selama 1 tahun mereka bersekolah di sini, dengan segala keterbatasan yang mereka miliki dibanding teman2 lainnya (terutama kendala bahasa). Cemunguuud!!!

Sabtu, 07 November 2015

Teko's in de Holland [Adegan 16] Suatu hari di Rijksmuseum Amsterdam

Saat syahdu menyusuri lorong mungil yg penuh berisi lukisan2 dan kostum2 negeri Oren masa lampau, tiba-tiba muncul sebuah "gua es" di depan kita. Loh.. loh.. loh.. kok bisa ada gua es ya, ayo kita lihat ada apa di dalamnya. Eh malah ada ruangan berisi kompor, perapian, tempat duduk, dan selimut. Sebuah fragmen diorama masa silam. Coba kita bayangkan sebuah adegan saat itu. Merem, nak. Bayangkan.
Keluar dari "gua es" kita dihadapkan pada sebuah lorong mungil yang rupanya adalah rak buku "raksasa". Wah, besar sekali, sampai sampai kalian bisa leluasa menyelusup di sela-sela raknya, naik turun tangga mini yang diapit buku-buku tua, bolak balik, berulang-ulang. Kadang gantian dengan pengunjung2 dewasa lain yang ternyata juga senang melakukan aktivitas itu. Dan muat juga! Ayo Nak, mainkan imajinasimu.
Puas membuktikan kekokohan rak buku (setelah dipanjat dan ditelusuri berulang2) ), kita jalan lagi di lorong2 lukisan. Wow, ada ruang kerja ilmuwan. Di dindingnya terdapat peta dunia yang menguning, sedang di meja kerjanya berderet2 sistematis seperti tentara bermacam perangkat penelitian. Buku tulis, mikroskop, botol-botol, cairan sesuatu, dan entah apa lagi. Yang jelas terlihat pintar dan rumit. Berada di sana beberapa menit saja, IQ terasa meningkat pesat saking GR nya. Serasa....
Berjalan lagi, tiba2 kita dikejutkan oleh sebuah kursi tua (kosong) yang dikelilingi puluhan buku-buku kuno yang berserakan sesukanya. Ada yang terbuka, tertutup, atau di antara kedua definisi itu. Coba, coba bayangkan, Nak. Gimana rasanya duduk di sana, bersama puluhan buku yang akan membawamu berenang2 di lautan ilmu pengetahuan yang seolah tak ada habisnya. Menyenangkan bukan? kiki emoticon
Ayo kapan-kapan kita ke sini lagi. Atau kita teruskan petualangan di museum-museum berikutnya.
//suatu hari di sebuah pojok Rijksmuseum -Amsterdam.

Rabu, 28 Oktober 2015

Awal Musim Dingin di Belanda - 2015

Sejak tanggal 25 Oktober 2015 kemarin, resmi winter time bermula untuk tahun ini.
Dengan demikian jarak waktu dengan Indonesia (WIB) menjadi 6 jam, yang tadinya berjarak 5 jam.
Maksudnya, Belanda yang tadinya GMT+2 menjadi GMT+1.

Nanti saat musim dingin berakhir (sekitar April apa May ya?), akan kembali ke GMT+2.
Berikut beberapa kondisi terkini di seputaran Delft


[Intermediate Economic] NKE vs Structural Keynesian

Ini jawaban dosen kita untuk pertanyaan dari Adiska tentang Neo Keynesian, Neo classical dan Structural Keynesian. Kalau gak salah pertanyaannya adalah tentang Full Employment di NKE vs NCE.

NKE vs Structural Keynesian:

===========
Dear Adiska,
This is a big question, and not easy to answer in a short email. But I will try.
The New Keynesian Economics (NKE) approach shares most of the assumptions with the New Classical Economics (NCE) approach, including:
  • optimizing economic agents, 
  • rationality, 
  • rational expectations (= perfect foresight = all future options are known with given probabilities), 
  • and a basically unstable economic stable which has to be kept at “equilibrium” at the NAIRU. 
The big difference between NKE and NCE is that NKE assume that in the short run, markets do not work without frictions and are not efficient (in the short run). Reasons for this include the possibility that agents may be having the wrong expectations (they are “myopic”), or that there is asymmetric information due to which (financial) markets do not function in an optimal manner. This means that in the NKE approach, the short-run situation is different from the long-run (NAIRU) outcome, because adjustment process take long. (How long we don’t know). But in the long run, the economy has to converge back to the NAIRU equilibrium, which means in the long run NKE = NCE. Specifically it means that in the long run, fiscal stimulus is ineffective and monetary policy (interest rate policy) should be used to target inflation (<= 2%)

Structural Keynesianism (SK) is totally different. It argues, following Keynes, that there is fundamental uncertainty – we don’t know the risks or probabilities of possible future outcomes, and hence cannot make precise rational decisions based on optimalization. Basically what we do is to rationalize our decisions, and one major way to do this is by looking at what your peers do. This means, for instance, that our expectations about the future state of the economy are heavily influenced by what we think the others think, or by what we think is average opinion. This in turn means that expectations are socially constructed, influenced by social psychology, and often self-fulfilling, i.e. if we think there is a crisis, we reduce our spending and save more; AD goes down, the crisis becomes deeper, we feel reinforced in our pessimism, cut spending even more etc.

In addition to this, SK emphasizes structural factors including:
  • the way income is distributed across wages and profits;
  • the way the financial sectors supports or obstructs the real economy; 
  • the way an economy is integrated into the global economy (trade deficit or trade surplus); 
  • and the way technological progress affects and interacts with the economy (through the Kaldor-Verdoorn relation). 
Palley for instance argues that the wage stagnation in the US, and the decline in the wage share, lead to stagnation of AD and growth --- and only by taking on more debts, could spending and AD be raised to let the US economy grow. For the structural Keynesian view, you should carefully read Palley’s chapter 4 (America’s exhausted paradigm).

I hope this will be helpful.

Best regards,
Servaas Storm

Selasa, 27 Oktober 2015

[Intermediate Economic] ULC

This is our lecturer's answer about ULC (question asked by Erwanda)


Dear Erwanda,

It is true that I defined ULC = real wage / lambda.
In the price-setting equation, we indeed get:
growth (W) - growth (P) = growth (lambda), and hence growth (w) = growth (lambda).
What this means is that growth(w) minus growth(lambda) = 0, or ULC (as defined in the 1st line) has to be constant.

The definition of ULC is the same in both instances. The difference is that in the 1st case we define the level of ULC, whereas in the PS-curve we are dealing with the growth rate of ULC.  Note that  growth (W) - growth (P) = growth (real wage), or if we define w = W/P and express in (log) growth rate form, we get:

 log w = log W - log P
d log w/dt = d log W /dt  - d log P/dt
growth (w) = growth (W) - growth (P)

Senin, 26 Oktober 2015

[Intermediate Economic] Philip Curve

I asked my lecturer about philip curve in the question about Keynesian. In my understanding, the philip curve should be vertical. And this is the explanation.

Dear Reni,

You are correct - in the New-Classical case there is immediate and rational adjustment. This means that the Phillips Curve is not downward sloping (as in the graph) but a vertical line (at the NAIRU u*). The graph shows the general case - but when one applies the New Classical logic, then one should read the graph in this particular way, i.e. having a vertical Phillips Curve.

The meaning of a vertical Phillips Curve is that there is (in the New Classical case) NO trade-off between unemployment and inflation. The downward sloping Phillips Curve implies that one can have - at least in the short run - lower unemployment (u < u*) in exchange for a higher inflation (and the risk of accelerating inflation). With a vertical Phillips Curve there is no such trade-off and any situation in which u < u*  would mean run-away inflation (along the vertical Phillips Curve).

Minggu, 25 Oktober 2015

[Intermediate Economic] Kaldor Paradox

This is the answer from our Economic lecturer in TU Delft. The question is about Kaldor Paradox.

Dear Reni,

Kaldor found a paradox: countries which featured the highest growth of relative unit labour cost, were also gaining export market share. He explained this paradox by pointing out that export competitiveness depends most strongly on the quality of your products. High-tech high-quality products are in strong demand, and their price and unit labour costs do not matter (much).

In the book we do not find exactly the same thing as Kaldor found. We find that export demand is mostly insensitive to RULC or there is a weak negative association between export growth and RULC-growth. The interpretation is however similar:   unit labour costs and prices do matter much less for export growth than people believe, especially for higher-tech (manufactured) goods. This means that if one wants to promote export growth, cutting wage costs and reducing the price may not lead to a big increase in exports; instead, to increase one’s export market share one should try to produce high-quality goods (embodying the latest technology), which are superior to the goods produced by your competitors.


Best regards,
Servaas Storm

Sabtu, 24 Oktober 2015

Menanti matahari pagi

...karena aku tak ingin kalian terbuai dan berfikir bahwa perjalanan kalian untuk meraih mimpi itu akan mudah. Jangan kau berfikir perjalanan meraih mimpi itu akan mulus, Ikal (Pak Mustar, Sang Pemimpi)

Hal-hal yg tidak terduga justru adalah hal yg memberi warna dalam perjalanan kita, dan membuat kita punya cerita. (Agustinus Wibowo)

Kadang kita perlu menikmati pekatnya malam, untuk bisa kembali ceria menyambut pagi (Yansen)
--

10 bulan lagi insyaAllah. Semoga Allah memudahkan perjalanan ini ya, Nak....

Rabu, 09 September 2015

Teko's in de Holland [Adegan 15]


Abis pertemuan orang tua murid, setelah 2 minggu anak-anak sekolah. Melongo aja dengerin presentasi guru, tapi abis itu dijelasin private sih. Makin mabok kepayang lihat buku latihan si kakak di sekolah. Ngobrol serius ama gurunya apa kira2 kakak masih sanggup ngikutin, karena kelas kakak sudah penuh diskusi (beda ama adik). Walau mereka nampak selalu happy sih...

Yah, kalau soal kemampuan kognitif emak ga akan berharap macam2, karena bagaimanapun kendala bahasa itu sangat prinsipil. Mungkin akan tertinggal dibanding teman seusianya di Indonesia sana. Semoga di sisi lain Ranah Afektif dan Ranah Psikomotorik akan berkembang pesat, ibarat ikan-ikan di kolam kecil yg terpaksa berenang sekuat tenaga saat diserang hiu.

Emak akan sangat menghargai peningkatan kemampuan kakak berjuang menghadapi situasi ini. Bagaimana bisa survive berinteraksi dan menghadapi tantangan dalam segala keterbatasan. Bagaimana memposisikan diri saat keluar dari comfort zone. Bagaimana menghargai setiap jengkal pencapaian. Semoga setiap peluh perjuangan itu  akanmenjadi bagian dari pondasi kepribadian menghadapi tantangan jaman kelak.

Senin, 31 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 14]

Teko's in de Holland

Adegan 14

[Emak kuliah]
Hari pertama kuliah, dan langsung bolos karena jadwalnya sore. Segala kuliah sore dipastikan bolos karena anak2 dah pulang sekolah. So far, setahun kuliah di sini, belum ada kuliah yg diabsen (sama seperti jaman di NTU lah). Yang penting datang ujian (dan lulus, tentunya).
Ayo kita lihat seberapa membaja tekad itu, saat sadar bahwa waktu yang dimiliki sangat terbatas, karena harus dibagi dengan manajemen teko-teko.
Puluhan tahun silam sesorang pernah berkata "kalau sadar bahwa diri kita miskin dan ga punya fasilitas, belajarlah 4x lebih rajin dari anak2 lain yang punya kelebihan rejeki, jangan cengeng!". Sedikit kasar dan vulgar. Namun saat sakit, kadang kita lebih butuh pil pahit daripada permen gula.
Bapaknya teko-teko, di suatu hari yang cerah pernah berkata "saya sadar saat kecil kalo gak punya listrik di malam hari, karena itu saya melecut diri sendiri utk belajar sampai ujung tenaga, kala masih bermandi kemewahan sinar matahari. Bukan menyalahkan nasib!".
Dan pada Sang Pemimpi ada sebuah dialog : "Biar kau tahu, Kal, orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu. Tanpa mimpi,orang seperti kita akan mati" (Arai, Sang Pemimpi)
Nah kita lihat bagaimana aplikasinya untuk episode hidup kali ini. Jangan sampai api itu padam karena keterbatasan keadaan. Seseorang juga pernah berkata bahwa hidup tidak memberi kita pilihan, selain terus bergerak maju dan berlari.
Kalau kata Dory di Finding Nemo : keep swimming!

Kamis, 27 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 13]

Teko's in de Holland

Adegan 13

[Tiang Listrik]

Salah 1 aktivitas yang butuh seni ternyata : ngebangunin bocah-bocah pagi hari (dan masih belum nemu seni-nya). Bolak balik bangunin dari semenjak sisa-sisa badai galau semalam mulai menguap, sampai ayam jantan bosan berkokok (anggap aja ada ayam hidup di sekitar sini). Bangun sih, tapi cuma buat ganti ganti posisi tidur, atau merengek2 bilang baterei di dalam badannya belum penuh (generasi gadget!), sampai pindah-pindah kamar biar disangka lagi mandi ~_~ (kreatif!).

Sholat subuh setengah sadar.
Sarapan sambil merem.
Yang semangat cuma mandi aja, karena salah 1 kalimat horor buat teko-teko adalah : "ya udahlah, gak usah mandi". Mereka si tukang mandi.

Si kakak juga sepedaan sambil sesekali merem. Emak udah kehabisan ide. Sampai suatu ketika.
BRAAKKK!!!
Sepedanya sukses nabrak tiang listrik.
Sebelah sepatu copot.
Akhirnya nangis, dan bangun dengan sempurna.

Terimakasih tiang listrik. Mereka sekarang siap menghadapi hari ini kiki emoticon

Rabu, 26 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 12]

Teko's in de Holland

Adegan 12

[Hari pertama sekolah]

Si Kakak (7 yrs) bingung karena pulang sekolah gak dikasih PR. Padahal awalnya dia sempat kuatir gimana mau ngerjain PR, sepanjang pelajaran gak ngerti sama sekali guru dan teman-teman ngomong apa kiki em
Menurut gurunya, kakak terlihat cuek tapi capek, jadi sempat ketiduran di kelas. Dugaan kepala sekolah, dia capek dengerin bahasa Belanda di sekitarnya, jadi saat tidur gak dibangunin. Dugaan emaknya, dia kecapean naik sepeda. Maklum belum lancar dan jarak sekolah mayan jauh. Semoga lama kelamaan kakimu makin kuat ya, Nak! Lawan angin yang kencang itu! Berjuang!

Kata gurunya lagi, dia bangun saat pelajaran Matematika, dan Alhamdulillah cukup berjaya (ternyata Matematika tu bahasa yang paling universal yah). Abis ngerjain penjumlahan, dia tidur lagi hehe. Pulang sekolah sangat gembira, selain gak ada PR, katanya lebih banyak bermain aja. Dia juga senang karena merasa pelajaran berhitungnya lebih santai dari pada saat sekolah di kelas 1 SD di Padang maupun saat TK di Jakarta.
Gak tahu deh, emak harus sedih karena anak yang tadinya biasa ngerjain banyak PR dan les, tiba-tiba menjadi santai. Gembira aja kali yah, karena anaknya heppii... kiki emoticon. Kepala sekolah bilang, bulan depan juga ada guru spesial untuk membimbing anak-anak yang belum bisa bahasa Belanda. Selain itu dia juga punya teman khusus untuk membantu dia dalam ketertinggalan masalah bahasa.
Sedangkan si adik seperti sudah diduga, ngompol di kelas ~_~. Katanya udah berusaha ke toilet tapi terlalu sering ingin pipis, jadi kadang gak tahan. Alasan ajah hehe . Dia senang di sekolah karena banyak permainan yang seru. Gurunya seru. Teman-temannya seru seru. Kebunnya seru seru seru. Peralatan gambarnya seru seru seru seru. (Seru adalah kata kesukaan adik saat ini ~_~). Tapi dia kecewa karena gak disuruh membaca buku dan gak ada pelajaran perkalian (ya eyalaaah bro).
Soal pelajaran, adik agak sedikit kiasu. Dia membuat dirinya bisa baca di usia 4 tahun, dan akhir2 ini ambisius banget ingin belajar perkalian (tapi emak gak kunjung ngajarin, Zzzzz, santai lah dikit Nak). Gak tahu dapet gen kiasu dari mana, secara bundo nyantai abiezzz, juga bapak.
Yang jelas hari ini beban di dalam tas jauh berkurang. Hanya bawa bekal aja. Rupanya segala alat tulis dan keperluan belajar udah disiapkan sekolah, jadi ga bawa apa-apa lagi. Emak gak ngeh, karena ini kan sekolah gratis, masa alat tulis disediain juga, begitu pikir emak yg lugu ini.
Begitulah. Semoga seterusnya adik gak ngompol lagi dan abang gak bobok lagi di kelas . Ayo Nak, kurikulumnya rupanya menekankan aktivitas bermain, mengenal diri sendiri dan lingkungan. Maka bermain dan bergembiralah. 
Bermainlah dengan gembira, di masa kecil yang hanya sekali kiki emoticon

Minggu, 23 Agustus 2015

Ini tidak mudah tapi akan kita lewati, Nak

Jauh sebelum mereka datang ke Belanda, aku tahu dan sadar banget bahwa hari ini akan datang. Tepatnya malam ini. Malam menyiapkan keperluan sekolah mereka besok hari. Hari pertama mereka sekolah di Belanda. Dengan bahasa Belanda!

Ketika mereka mendarat di Schipol lebih dari 1.5 bulan yang lalu, kepercayaan diriku begitu tinggi. Ah, masih ada 1.5 bulan, fikirku saat itu. Masih cukup waktu untuk ngajarin mereka tentang toilet ala Belanda. Masih cukup waktu untuk belajar dasar-dasar bahasa Belanda bersama (aku buta banget soal ini). Masih cukup waktu belajar memasak, akan aku pelajari banyak resep masakan yang enak. Masih cukup waktu kami untuk saling mengenal lagi setelah 1 tahun gak berinteraksi intensif. Masih cukup waktu untuk kami memahami bahwa kita ber-3 memang harus saling membantu untuk menghadapi 1 tahun ke depan. Bahkan aku cukup percaya diri aku akan ada waktu untuk nyicil belajar pelajaran tahun ke-2 kuliah, karena yakin banget bakal sering bolos kuliah (terutama kuliah sore). Atau kalau bisa malah mulai mikirin thesis. Terlalu pede!

Namun aku salah.
Bergulirnya sang waktu ternyata jauh lebih cepat dari rencana-rencana kita di atas kertas.

Berpisah selama 1 tahun adalah waktu yang tidak singkat. Apalagi mereka di usia-usia pertumbuhan. Aku memang tak mampu mengembalikan waktu. Dan tak ada yang akan mampu aku lakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu. Hanya berbekal tekad untuk menghadapi segala rintangan bersama, dan bermodal keyakinan bahwa abang dan adik adalah anak-anak yang baik.


Toilet issue
Toilet things bagi Abang sama sekali gak masalah. Entah kenapa, Abang membuat dirinya begitu mandiri gak lama setelah adik lahir. Di usia 3 tahun kurang udah gak ngompol. Di usia menjelang 4 tahun udah minta bobok sendiri dengan lampu dimatiin. Abang gak banyak ngomong, anaknya indirect. Bahkan jika ada yang dia inginkan, akan dia sampaikan secara tidak langsung. Misal, abang akan memilih ngomong "sepertinya donat itu enak, gimana ya cara bikinnya", daripada "aku ingin makan donat". Lalu matanya akan berbinar-binar bahagia saat aku sambung "hmm, kayaknya enak deh, bunda mau makan donat, abang mau?"

Sebaliknya, bagi adik toilet issue ini adalah hal yang berat. Sodara yang mengasuh adik dari kecil begitu menyayangi adik, bahkan merasa seperti anak sendiri. Masalahnya, kadang bentuk ungkapan rasa sayangnya tidak aku setujui. Misalnya, dengan tetap memakaikan diapers ke adik selama 1 tahun terakhir di Padang, dengan alasan kasihan ~_~. Hasilnya, adik tampak tertatih-tatih belajar mengurangi ketergantungan pada diapers. Minggu-minggu pertama begitu sulit. Adik ngompol, pup di celana, bisa berkali-kali dalam sehari. Dia lelah dan merasa bersalah. Aku juga lelah, sedih dan merasa bersalah atas segala yang dia alami 1 tahun terakhir. Kami berdua belajar. Aku tahu ini gak mudah.

Hal yang membahagiakan adalah, walau adik terllihat tidak semandiri abang dalam mengurus dirinya, namun adik begitu perasa. Aku tahu dia berusaha keras membuktikan dirinya gak ngompol dan gak pup di celana lagi. Diam2 menangis, meminta maaf berulang2, menggigau, bahkan menghukum dirinya jika suatu hari dia keseringan ngompol dan BAB.

Suatu hari saat kita bertiga jalan-jalan ke Leiden, adik ngotot gak mau dipakein diapers. Aku biasanya pakein kalau bepergian ke luar Delft. Dia ngotot, katanya dia ingin seperti abang. Sesampainya di Leiden ternyata dia pup di celana. Saat bersihin celananya, kran air macet, tanganku belepotan BAB-nya. Perasaanku campur aduk, dan tanpa sadar aku menangis. Hahla cengeng yak. Setelah itu aku pindah toilet, dan membersihkan tanganku dan membersihkan badan adik dalam diam.

Malamnya, abang bilang adik barusan curhat bahwa dia menyesal membuat bunda menangis. Adik meminta supaya abang menyampaikan ke bunda bahwa : "Dedek juga akan sehebat abang, gak akan ngompol lagi, karena dedek juga sayang bunda".

Adik yang belum lagi 6 tahun menyampaikan pesan itu untukku. Aku mencari adik. Memeluknya. Mengatakan bahwa bunda juga selalu menyayangi adik, dan bunda sangat bahagia dan menghargai usaha adik untuk gak pakai diapers lagi.

Aahhh, sayang. Di umur sekecil ini kalian dihadapkan pada kondisi-kondisi seperti ini hanya karena aku gak ingin lagi berpisah dengan kalian. Semoga kita semakin saling paham ya, Nak.

Dan besok adalah hari pertama kalian sekolah. Semoga adik dberi kemampuan ya untuk ke toilet sendiri dan belajar membersihkan sendiri, walau dengan kondisi hanya ada tisue. Khas toilet Belanda. Sekolah ini menekankan dari awal bahwa kemandirian adalah salah satu hal yang mereka tekankan di sini. Setiap anak harus bisa ke toilet sendiri dan membersihkan dirinya sendiri. Semoga adik kuat dan semakin tangguh!

Selera Makan

1 tahun sudah mereka di Padang, dan rupanya banyak sekali ketertinggalanku dalam memahami selera makan mereka. Rupanya selama di sana, atas dasar kasih sayang, menu makanan mereka sehari-hari adalah "mau makan apa Nak?", dan bukan "ayo Nak, kita makan".

Lumayan lama waktu yang aku butuhkan untuk menanamkan kembali kepada abang dan adik tentang konsep syukur atas nikmat, termasuk rejeki makanan. Bukan hanya karena kemampuan memasakku yang terbatas, namun aku tak ingin mereka berfikir bahwa rumah adalah restoran, sehingga apapun jenis makanan yang mereka minta akan segera tersedia.

Akhirnya kami belajar lagi dari dasar tentang penghargaan terhadap masakan. Kami bahkan kadang memasak bareng. Mereka jadi tahu proses bikin gulai ayam, cara membuat bakso, dan konsep-konsep dasar memasak sayur. Mereka juga belajar tentang manfaat makanan-makanan itu. Perlahan mereka belajar untuk menghargai apapun yang tersedia di meja makan. Mensyukuri dan menikmati. Tentang berterimakasih. Menghargai perjuangan menghadirkannya ke meja makan. Menikmati sebuah proses, terlibat di dalamnya, dan menghargai hasilnya.

Alhamdulillah sekarang apapun yang aku masak mereka akan makan. Namun tentunya pembelajaran ini masih terus berlanjut. Tarbiyah untukku dan untuk mereka. Luar biasa. Kepayahan dan keletihan yang aku yakin akan menghasilkan buah yang insyaAllah manis. Aku yang tadinya bahkan gak tahu bedanya ketumbar, jahe dan lengkuas, tiba-tiba menjadi harus mampu menghasilkan sesuatu yang layak dimakan di meja makan.  Mereka yang tadinya terbiasa menyebutkan menu-menu lauk pauk, tiba-tiba dihadapkan pada sebuah rumus-rumus panjang tentang dunia dapur, mengolah makanan dan menghargai setiap prosesnya.

Selera Belajar 

Seperti sudah kuduga, rasa ingin tahu adik terhadap pelajaran semakin tak terbendung.  Di usia 2 tahun sudah mengerti abjad, di usia 4,5 tahun sudah lacar membaca textbook berbahasa Indonesia. Sebuah kondisi yang terus terang bukan aku yang merancangnya. Adik sendiri yang menantang dirinya dan mengkondisikan dirinya menjadi seperti itu. Selama di Jakarta aku nyaris selalu pulang malam, yang aku lakukan biasanya hanya menyediakan alat2 bermain dan perangkat belajar mandiri. Dan aku tidak membuat target apapun buat mereka di usia dini. Yang penting masa kecil mereka bahagia, mereka menghargai dirinya dan orang lain. Jadi hanya bisa  terkaget-kaget setiap kali adik menunjukkan progress yang mencengangkan.

Namun aku mulai menangkap perasaan tak nyaman pada diri Abang, ketika dia menceritakan bahwa setiap kali ngerjain PR di Padang, beberapa anggota keluarga selalu meminta agar adik yang ngajarin. Dan aku yakin sesekali pasti terselip ucapan-ucapan yang membanding-bandingkan mereka berdua. Maka di Belanda ini, aku berusaha menetralkan segala perasaan-perasaan yang tak nyaman yang mungkin pernah ada. Baik perasaan tak nyaman Abang yang selalu merasa dibandingkan, mau pun perasaan tak nyaman adik yang selalu di kondisikan pada ultimate position "pasti lebih tahu".

Lagi-lagi ini gak gampang. Akupun masih belajar. Belajar mengenal mereka kembali. Belajar memahami kembali apa core interest masing-masing mereka. Aku masih meyakinin bahwa, setiap anak unik, dan memerlukan penanganan yang berbeda.

Belajar Mandiri

Demikianlah beberapa issue utama yang kami hadapi. Adapun  dalam hal urusan kerumahtanggaan, kami bagi-bagi tugas, Abang dan adik belajar memahami bahwa kerapian dan kebersihan rumah adalah tanggung jawab bersama. Perlahan mereka juga mulai merhargai usaha  mereka untuk membuat suasana rumah menjadi rapi dan bersih. Sebuah pengalaman yang setahun terakhir tak lagi mereka dapatkan, karena masalah kebersihan dan kerapian rumah adalah sesuatu yang berada di luar diri mereka.

Demikian, sekelumit kisah.

Besok mereka sekolah untuk pertama kalinya di Belanda. Alhamdulillah jadwal sekolah mereka 1 minggu lebih awal daripada jadwal kuliahku. Sehingga aku masih ada waktu 1 minggu untuk mempelajari bagaimana mereka menghadapi situasi baru ini. Aku ada waktu seminggu untuk meng-adjust diriki, menyesuaikan ekspektasi, menyamakan persepsi, dll, sehingga berharap menemukan sebuah pola yang akan menjadi win win solution untuk kelanjutkan perkuliahanku di Belanda ini sambil tetap menjalankan keselarasan fungsi sebagai ibu bagi mereka.

Berpisah selama 1 tahun adalah waktu yang tidak singkat. Apalagi mereka di usia-usia pertumbuhan. Aku memang tak mampu mengembalikan waktu. Dan tak ada yang akan mampu aku lakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu. Hanya berbekal tekad untuk menghadapi segala rintangan bersama, dan bermodal keyakinan bahwa abang dan adik adalah anak-anak yang baik.

Semoga Allah memampukan diriku untuk menjadi ibu yang membuat mereka kembali nyaman. Menjadi ibu yang membuat mereka akan selalu berfikir bahwa kelak mereka akan punya bekal yang selalu membuat mereka yakin bahwa "tak ada badai yang tak selesai".

Selamat berjuang, wahai anak-anakku sayang...

Delft,
23 Agustus 2015

Sabtu, 22 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 11]

Teko's in de Holland

Adegan 11

Akhirnya hari itu segera datang. Menuju hari pertama abang dan adik masuk sekolah.
Emak kena sindrom mellow lebay, harus melepas anaknya sekolah setelah 1.5 bulan lamanya 24 jam bareng-bareng terus. Rasanya proses saling 'mengenal kembali' belum selesai (dan mungkin ga akan pernah selesai...)


Perpisahan kita 1 tahun terakhir memang tak akan pernah terbayarkan. Dan tak akan ada yg mampu dilakukan untuk menebus kehilangan 1 tahun kebersamaan itu.

Semoga Allah memampukan emak untuk menjadi ibu yang kembali membuat mereka nyaman. Menjadi ibu yang membuat mereka akan selalu berfikir bahwa 'tak ada badai yang tak selesai' 😅😅

Ganbatte, Nak.
Hadapi pelajaran di sekolah itu, walau berbahasa Belanda. 
Belanda sudah tak lagi jauh, segera angkat senjata! Angkat pena denk ^_^

Kamis, 13 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 10]

Teko's in de Holland
Adegan 10
[Eksperimen gulai ayam]
Lokasi : dapur
B : ayo cobain, udah enak belum?
H1 : enak, tapi kurang pedas
B : (tambahin cabe besar, aduk2, bbrp menit kemudian) ayo cobain lagi.
H1 : enak, udah mulai mirip ama yang di Padang, tapi masih kurang pedas. Tadi bundo dah kasih jahe?
B : (tahu jahe dari mana pula ~_~. Tambahin cabe lagi, aduk2, bbrp menit kemudian) sekarang gimana?
H1 : masih kurang pedas. Tapi ya udahlah, udah lapar. Makasih bunda. Makan yuk.
*hehe ada yang pasrah* cuma 1 tahun on the job training di Padang, standar pedasnya nak H1 kadang ngalah2in amaknyo ~_~

Senin, 10 Agustus 2015

Turunkan Standar, Mak

Beberapa waktu lalu, seorang kawan menasehati (setelah sebelumnya minta ijin mau ngomel) :
"Suatu saat tiba masanya ketika kita harus berdamai dengan diri sendiri. Menurunkan standar. Sambil menengok ke belakang, dan menunduk takzim. Mengucapkan selamat tinggal kepada masa-masa ketika tempat tidur harus licin sempurna, lantai bebas dari remah-remah, semua baju harus disetrika, dan tata letak barang sesuai definisi".
Lalu tambahnya "gw bisa survive setahun di sini tanpa nyetrika baju! jadi begini tipsnya... blablabla dst dst"
Sip deh. Ayo kita move on :D:D:D

Jumat, 07 Agustus 2015

Teko's in de Holland [Adegan 9]

Teko's in de Holland
Adegan 9

Bahagia itu gak selalu sederhana.
Kadang rumit, berat, besar, sangar, dan bertaring.
Dinosaurus!


Teko's in de Holland [Adegan 8]

Teko's in de Holland.
Adegan 8.

Niat hati mau bikin rendang dengan bumbu2 seadanya. Tapi penampakannya galau antara rawon dan daging berkuah ~_~.
B : gimana? Enak gak?
H1 : enak sup nya.

Malah dikira sup kiki 
emoticon