Jumat, 12 Maret 2021

Hari ke 28


Hari ke 28.

Bangun tidur hati ini rasanya kayak musim semi. Adem, tentram, bahagia, lega. Mekar, syahdu, seperti musim bunga. Semoga untuk seterusnya.
Jadi inget foto ini. c.a 2015. Keukenhoff. 13 kg yang lampau hehehe. Lemak-lemak jangan balik lagi ya. Kasian ban sepeda...

Hari ke 28.
Saya tahu hati ini Allah yang ciptakan, dan Allah yang genggam.
Maka saat berkaratnya semakin luar biasa, saya kembalikan lagi pada pemiliknya dengan seluruh penuh. Untuk segala resah, sedih, tangis, dan airmata, atas kemilau fana yang dihadapanNya gak lebih dari sebelah sayap nyamuk. Awan abu-abu retak yang menggayuti jiwa, sungguh memberatkan rongga dada.

Hari ke 28.
Hati ini Allah yang ciptakan dan Allah yang berkuasa penuh atas terbolak baliknya. Saya kembalikan padaNya, merayu untuk menyembuhkan hati saya. Karena tiada kuasa saya melakukannya sendiri, dan tiada pula manusia mampu melakukannya.

Hari ke 28.
Saya sampaikan padaNya. Tentu ini perkara mudah bagiNya. Pada siapa lagi saya pasrahkan Khouf, Mahabbah, dan Roja'. Gak ada yang lebih hebat dari padaNya. Gak ada.

Lalu saya bilang, jalan berliku, segala perih akan saya hadapi demi sepotong hati yang baru. Jika itulah satu2nya jalan menuju insan baru yg lebih tangguh, bahu yg lebih lapang, dan kaki yg lebih kokoh. Akan saya tempuh, akan saya tempuh. Janji saya.

Memangnya apalagi sih yang lebih penting dibanding Ridho, Kasih sayang, dan ampunanNya?

Hari ke 28
Makasih buat sahabat2 yang sabar banget dengan kisah unfaedah ku. Tanpa kamu, kamu, dan kamu, terus saja aku berkubang dalam kehinaan hati ini.

Karena, seperti kata ustadz Salim.
Ada bagian tubuh yang tak bisa kita lihat tanpa bantuan cermin. Ada sudut pandang yang tak bisa kita pahami tanpa ketelitian telaah saudara.

____

Laa ilaaha illallaahul ‘azhiimul haliim..
Laa ilaaha illallaahu robbul ‘arsyil ‘azhim...
Laa ilaaha illallaahu robbus-samaawaati wa robbul ardhi wa robbul ‘arsyil kariim...

Do'a Kurb di atas diajarkan Rasulullah untuk saat2 genting. Segenting itu buat saya perkara ini.

Kembali mengutip ust SAF:
Segala luka dan kecewa tampaknya kan malu dan meniada: ketika kita insyafi bahwa Allah Yang Maha Mengatur tak pernah keliru, tak pernah aniaya.