Selasa, 10 April 2007

[Cluster-6] Yang paling dekat dengan kita: Kematian

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//


Cerita tentang Bapak itu saya dengar baik dari buletin interen kantor maupun cerita beberapa orang. Yah, sesuai dengan judul di atas, cerita saya kali ini masih berhubungan dengan kematian. Kematian menjadi hal yang akrab bagi kita mestinya, setelah belasan (atau puluhan?) ujian tak henti-henti menerpa negeri.

Cerita tentang Bapak itu saya dengar baik dari buletin interen kantor maupun cerita beberapa orang. Anaknya meninggal 2 orang sekaligus! Kembar, masih TK, sedang lucu-lucunya, dalam peristiwa kebakaran di rumahnya. Dari cerita yang saya baca dan dengar penyebab kebakaran tersebut adalah korslet dari kipas angin yang menimbulkan percikan api, lalu membakar kasur busa. Kasur busa yang jika terbakar cenderung menimbulkan asap yang sangat hitam dan bau yang memusingkan. Katanya saat lampu padam (diduga ketika korslet) beliau ini masih sempat mendengar jeritan putra kembarnya tersebut, lalu kebakaran terjadi begitu cepat, dan dia tidak mendengar apa-apa lagi setelah api padam. Beliau sempat menerobos kamar tersebut dan pada akhirnya mengalami luka bakar serius pada beberapa bagian tubuhnya. Tak sanggup membayangkan sesakit apa yang dirasakan putra kembarnya. Duh, sedih banget membaca kisahnya.  Buat teman-teman yang sudah punya putra dan putri, hati-hati ya dengan kipas angin ataupun benda-benda yang bisa menimbulkan korslet (emak yusuf, emak majid, emak zhafran, emak nida aufal.. dan buat emak emak sedunia)

Dan pagi ini aku melihat bapak itu secara langsung. Diperkenalkan kepada semua di ruangan untuk suatu keperluan pekerjaan. Mungkin berlebihan jika aku menganggap bahwa di wajahnya terlihat sebuah kesedihan yang amat sangat. Selaku pribadi yang suka melankolis, aku kadang bertanya-tanya sendiri. Kesedihan seperti itu sanggup diredam berapa bulan? tahun? puluhan tahun? entahlah.
Sehabis berkenalan dengan beliau tiba-tiba aku ingin menangis. Kenapa reaksiku begitu berlebihan? Bukankah kematian itu hanyalah suatu antrian yang pasti? Bukankah setelah mati justru kita tidak akan merasakan kesedihan lagi? Tapi manusia memang cenderung takut untuk ‘ditinggalkan yang tersayang’. Tiba-tiba aku teringat my Ibu yang dulu juga kehilangan dua anaknya (kakak laki-laki dan kakak perempuanku dalam selang waktu hanya beberapa bulan). Meninggal karena sakit. Kata ibu juga setelah mengetahui uda dan uni meninggal dunia, ibu tidak sanggup lagi melihat wajah mereka. Seperti itu juga yang dilakukan bapak tersebut. Tidak sanggup menatap wajah-wajah terkasih untuk terakhir kalinya. Hmm, ibu. Bahkan ibu tidak punya foto uda (kala itu foto masih barang langka). Ah ibu, Seperti apa rasanya kehilangan yang begitu hebat? Mungkin karena itu juga ibu tidak pernah mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan kepada kami. Walaupun cuma sekali. Mungkin karena itu juga aku tidak berani bertanya, seperti apa uda dan uni. Tak sanggup membayangkan berapa lama waktu itu untuk melupakan kenangan tentang mereka. Saat mereka lahir, saat mereka tumbuh, sakit lalu meninggal. Aku belum menikah, apalagi mengandung dan punya anak. Jadi belum berhak untuk mengaku bisa merasakan seperti apa kesedihan itu. Yang aku pahami, ibu kemudian menjadi sosok yang luar biasa.

Teringat kisah tentang 6 pertanyaan imam Ghozali.

Suatu hari, Imam Al Ghozali  berkumpuldengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya….

Pertama, “Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia  ini?”. Murid- muridnya menjawab “orang tua,guru,kawan,dan sahabatnya”.  Imam Ghozali menjelaskan semua jawapan itu BENAR.
Tetapi yang paling  dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab, sememangnya janji Allah SWT bahwa  setiap yang bernyawa pasti akan mati.(Ali Imran 185)
“Ya Allah, ya Rabb berikanlah hidayahMu agar kami dapat menjalankan perintahMu. Jadikanlah Al Qur’an dan As Sunnah menjadi pegangan hidup kami dan keluarga kami. Selamatkanlah kami dan keluarga kami dari siksa api neraka dan matikanlah kami dan keluarga kami dalam khusnul khatimah“
- teman-teman… pls take care of your buah hati



Tidak ada komentar:

Posting Komentar