Senin, 15 September 2014

Tidak Mudah

Saya tahu dan sadar diri bahwa yang sedang dan akan saya lakukan ini tidak mudah. Banyak faktor emosional bermain di dalamnya, terutama menyangkut perasaan was2 kepastian kapan anak2 bisa datang ke sini. Rindunya hati ini tak tertahankan. Bahkan sekedar mengungkapkannya melalui tulisan pun saya tidak berani. Saat rindu begitu memuncak, bahkan saya takut memandang foto-foto mereka, takut saya jadi tidak bisa menahan perasaan, lalu menghabiskan diri untuk melamun.

Saya harus realistis, karena rupanya terkadang hidup tidak memberi kita pilihan lain selain maju terus berjalan, dan hadapi semuanya dengan gagah berani. Segala tangisan, air mata, kesedihan, pada dasarnya gak pernah memberi bantuan apapun. Itu selalu yang saya tekankan jika lemah mendera. Do'a.. ya, do'a adalah perisai saya berikutnya.

Rasanya saya sedang diuji di titik yang paling lemah dalam diri saya, ketakutan terbesar dalam hidup saya, yaitu jauh dari anak-anak. Suatu hal yang tak pernah menjadi lintasan fikiran walau sekejap. Saya jadi berfikir, jangan-jangan kebutuhan seorang Ibu untuk berada di sisi anaknya malah jauh lebih tinggi dari kebutuhan anak itu sendiri. Saya jadi bertanya-tanya, mungkinkah setiap kali kita berbuat sesuatu atas nama "demi anak saya", tanpa sadar kita sebenarnya sedang melakukan pemenuhan paralel, yaitu "demi saya juga". Jangan-jangan begitu. Entahlah,...

Ya, begitulah jalan hidup, sebuah tikungan perjalanan tak selalu membentangkan panorama yang indah pernah dan penuh pesona. Ternyata terkadang ada jalan terjal yang harus didaki dengan mengerahkan segala daya upaya. Dan sayangnya kita gak ada pilihan untuk mundur.

Seperti kata Dory dalam Finding Nemo : 
"Keep keep swimming, keep keep swimming"

Den Haag, 
15 September 2014, menjelang tengah malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar