Sabtu, 12 Desember 2015

Seorang Amak

Seorang Amak tidak hanya ahli membuat bumbu sate, atau menanam padi, atau menyulap pakaian dari kain bekas (tanpa mesin jahit!), menjadi baju kebanggaan di masa kanak2 sehingga membuat diri serasa princess!
Tapi kami juga percaya bahwa koleksi lautan do'a, kesabaran dan kasih sayangnya mampu menggetarkan langit... supaya kami senantiasa diberi kemudahan menjalani enigma kehidupan, senantiasa diberikan bahu yang kokoh dan tekad membaja menghadapi rintangan, senantiasa maju terus pantang mundur, walau rasanya tak kan pernah mampu menandingi sepersepuluh saja kesabaran beliau.
Keteladanan Amak mengajarkan kepada kami konsep "rejeki tidak akan tertukar", saat di kondisi ekonomi seperti apapun, rumah kami selalu punya penghuni tambahan, bujang2 rantau atau saudara jauh yang datang dan pergi, menyibak gelanggang mencari peruntungan, bertahun-tahun menjadi anak Amak. Anak Amak menjadi sangat banyak. Sehingga memori masa kecil yang kental adalah : seputaran gerobak sate kebanggan itu senantiasa ramai saat tutup warung, dan kamipun bisa tidur nyenyak setiap malam karena rumah dijaga oleh banyak bujang-bujang.
Bagi saya pribadi, dalam setiap kejadian galau dalam hidup, salah 1 hal pertama yang saya lakukan adalah : menelpon ke Padang, meminta do'a khusus di dalam fragmen tahajud Amak nanti malam. Selalu. Sebab sependek pamahamanku, tiada lewat 1 malampun tanpa gemericik wudhu Amak untuk bermunajat. Bahkan dalam keadaan makin susah berjalan. Bagi Amak, tahajud itu wajib bagi dirinya.
Semoga cepat sembuh wahai Amak yang jauh di mato. Semoga bagi Amak, ringan saja rasanya segala penyakit itu...
Hafidz dan Hanif langsung minta dipulangkan ke Padang begitu tahu Amak sakit. Belanda jadi gak menarik lagi, kata mereka. Pengen pulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar