Senin, 05 Oktober 2009

Duka di Ranah Minang

Duka, duka dan duka menggantung di langit dan menaungi wajah-wajah yang masih terpana dalam kekagetan di sana, di ranah minang tercinta. Tangan inipun rasanya tak mampu mencoba memetakan tentang apapun yang didengar, dilihat dan dirasakan tentang satu episode yang menggayut di sana, di ranah minang tercinta.
Ngeri, jeri.
Hilang kata.

30 September 2009, selamanya akan menorehkan kisah sedih yang begitu memilukan untuk ranah  minang dan segenap penghuninya. Gempa bumi dengan kekuatan 7,6 SR telah mengoyak-ngoyak dan menghancurkan negeri tercinta dengan dampak yang sulit diungkapkan. Pilu rasanya menyaksikan kota Padang, kota yang begitu aku kenal, terkoyak-koyak, hancur lebur, luluh lantak, dengan deraian air mata duka dimana-mana. Hampir semua bangunan bertingkat mengalami kerusakan, mulai dari sedikit runtuh, rusak parah sampai nyaris rata dengan tanah. Ratusan korban berjatuhan dan diyakini masih ada ratusan lagi yang masih tertimbun. Sudut-sudut kota yang kukenal dari kecil, tak akan pernah sama lagi. Gempa ini tak pandang bulu, mulai dari hotel, rumah, ruko, universitas, sampai pusat bimbingan belajar yang sedang dipadati siswa-siswa SD dan SMP. Anak-anak imut yang sedang serius menuntut ilmu. Ya Rabb, bagaimana meleraikan duka yang begini hebat terutama untuk pihak-pihak yang ditinggalkan keluarga tercinta selamanya.

Tak hanya kota Padang, tapi juga begitu banyak kota-kota lain di sekitarnya. Bahkan di Kabupaten Pariaman, 3 dusun hendak dijadikan kuburan massal, karena gempa yang kemudian disusul hujan lebat dan tanah longsor di sana telah menyulap dusun yang tentram menjadi sebuah tanah lapang basah yang menimbun ratusan jiwa di bawahnya. Ya Rabb, bagaimana meleraikan duka yang begini hebat terutama untuk pihak-pihak yang ditinggalkan keluarga tercinta selamanya. Kadang tak hanya 1 orang, tapi bisa 3, 6 bahkan sekaligus ditinggalkan 15 kerabat keluarga untuk selamanya. Bagaimana menguatkan hati menghadapi duka yang demikian hebat.

Kehancuran yang sama juga dialami daerah-daerah lainnya merata hampir di seluruh Sumatera Barat bahkan sampai ke jambi. Duhai Dzat yang menggenggam jiwa-jiwa kami, tolonglah beri ketabahan pada saudara-saudara kami, berilah kesabaran yang berlipat ganda, keikhlasan yang berlapis-lapis, agar kaki-kaki kami yang sangat lemah ini masih mampu terus melangkah menyongsong perjalanan berikutnya demi menggapai cintaMu.

Air mata ini rasanya tak henti-henti mengalir menyaksikan setiap pemberitaan di televisi. Tuhan, deraikanlah duka di hati saudara-saudara kami di sana. Duka yang sungguh tak terperikan rasanya. Perasaan gundah, cemas dan gelisah yang sempat saya rasakan 18 jam lamanya karena tak mampu menghubungi satupun keluarga besar di Padang rasanya tak ada  apa-apanya deibandingkan penderitaan ribuan orang lainnya yang benar-benar kehilangan keluarganya. Keluarga besar kami di Lubuk Minturun Padang Alhamdulillah semuanya selamat. Saya baru bisa menghubungi mereka sekitar jam 12 siang, 1 oktober 2009, berkat XL yang dipakai ibu (provider lain benar-benar mati total). Beberapa rumah keluarga kami ada yang hancur separuhnya, bahkan ada yang hancur berat sampai tidak bisa lagi ditempati sehingga mereka mendirikan tenda di depan rumah. Namun posisi rumah-rumah keludarga yang semuanya berdekatan sangat memungkinkan seluruh keluarga besar untuk bahu membahu saling membantu. Seorang paman saya mengalami cedera di kaki karena kebetulan sedang menghadiri penataran di pusat kota Padang. Beliau baru bisa ditemukan jam 12 malam dan diangkut pulang dengan cedera di kaki.  Dua orang sepupu saya (SMP dan kuliah) sempat tidak diketahui kabar beritanya sampai tgl 1 oktober siang. Alhamdulillah mereka berdua selamat. Kami luar biasa cemas karena salah satu pusat bimbingan belajar yang runtuh adalah tempat bimbel yang biasa mereka hadiri.

Sampai hari ini (5 oktober 2009), diyakini masih terdapat ratusan korban yang tertimbun di balik puluhan puing-puing bangunan di kota Padang dan di seluruh kota-kota yang terkena dampak gempa serta longsor yang menyertainya. Ribuan orang masih gelisah menunggu kepastian kabar sanak saudaranya. Banyak terdengar cerita-cerita yang menakjubkan mengenai orang-orang yang selamat dari gempa, namun tentunya jauh lebih banyak kisah-kisah yang memilukan.

Diyakini juga bahwa korban yang berjatuhan (terutama yang tertimpa runtuhan gedung) banyak yang meninggal karena terlambat mendapat pertolongan. Contohnya anak-anak yang tertimbun di bawah reruntuhan gedung bimbel kabarnya di malam pertama gempa masih terdengar merintih-rintih, menangis, minta tolong, minta makanan dst dst. Namun warga sekitar tak mampu melakukan apa-apa karena tanpa alat berat tak ada hal yang mampu dilakukan. Akhirnya mereka satu persatu meninggal dunia karena proses evakuasi baru dapat dilakukan lama setelahnya. Demikian juga di gedung-gedung lainnya. Beberapa jam pertama masih banyak permintaan tolong bahkan korban-korban yang saling berkomunikasi di bawah reruntuhan. Namun lama-kelamaan satu persatu dari mereka tak dapat bertahan. Sedikit yang bertahan dan diselamatkan 2 hari kemudian, membagi kisahnya kepada media masa.

Yang tak kalah menyedihkan adalah daerah-daerah terisolir ataupun daerah-daerah yang mendadak menjadi terisolir akibat gempa ini, sampai beberapa hari setelah kejadian tetap tak terjamah oleh bantuan medis maupun relawan.

Namun di tengah-tengah suasana duka ini ternyata masih bergentayangan oknum-oknum dengan prilaku yang memuakkan. Di antaranya adalah maskapa-maskapai penerbangan yang dengan semena-mena mematok harga tiket sampai berlipat-lipat walaupun sudah ada himbauan dari pemerintah untuk tidak melakukan hal tsb (well, himbauan tanpa sanksi memang tak akan pernah mempan di negeri kita ini). Biadab, sungguh !

Tuhan,
Duka, duka dan duka menggantung di langit dan menaungi wajah-wajah yang masih terpana dalam  kekagetan di sana, di ranah minang tercinta. Tangan inipun rasanya tak mampu mencoba memetakan tentang apapun yang didengar, dilihat dan dirasakan tentang satu episode yang menggayut di sana, di ranah minang tercinta.
Ngeri, jeri.
Hilang kata.

Tuhan....
Gunung gunung belumlah di hamburkan
Bintang bintang belumlah berjatuhan
Lautan belumlah sempurna meluap..
Matahari belumlah digulung

Langit belumlah terbelah
Bumi belumlah memuntahkan semua isinya
Belum, belum diguncangkan dengan sempurna
Ketika seharusnya saat itu benar benar tiba

Belum.. belum apa apa
Dibanding hari yang Kau janjikan
Tapi kami sudah menggigil begini hebat

Senin, 28 September 2009

Update Perkembangan di Sept 2009

Sejak pindah direktorat, perlu waktu banget untuk menyesuaikan diri. Terutama time schedule. Dari yang tadinya cuma nempel ama 1 projek, sekarang jadi banyak. Nulis kok maleeeeeeees aja. Yang ada malah bawa kerjaan pulang, walau akhirnya kertas-kertas itu diacak-acak, dirobek-robek, dan tak jarang digigit ama dedek...

Mumpung ada waktu bentar sebelum ke dr ony, coret2 aaah... Ntar aja kerjaannya dilanjutin di rumah :( . Kangen ngeblog..

Bayi kecilku makin besar, insyaAllah mau 18 bulan, dan 3 bulan lagi insyaAllah punya adik laki-laki :). Anaknya suka terkesan cuek, apalagi kalau diajak ngobrol. Senangnya maiiiiiin sendiri. Tapi kalau bundo ama abah pura-pura ngobrol ama bantal atau cicak di dinding, baru deh dia ikut-ikutan nyeletuk, mendekat, lalu peluk-peluk bundo cari perhatian...

Kalau ngeliat dedek suka inget Nurul (anaknya mb Anom) yang dulu juga suka pura-pura diem, tapi tiba-tiba suka nyeletuk. O iya, dedek seneng banget disuruh ngikutin solat. Kalau dibilangin "Nak, bundo atau abah mau sholat, Nak.." Langsung deh buru-buru lari ke kamar ambil sajadah, digelar trus sujud. Sujudnya lamaaaaaa banget sambil celingukan. Tapi 'sujud' versi dedek itu gabungan antara sujud dan rukuk (hayooo.. kebayang gak.. hehehe). Begitu juga kalau ada yang sholat, buru-buru duduk di depan trus senyum-senyum. Masih belum tahu gimana cara memberi  pengertian supaya duduknya di samping aja...

Cerita apa lagi ya..
itu dulu deh ^_^

Temans,
Selamat menunaikan Ibadah Ramadhan
Semoga Ramadhan ini menjadi salah satu yang terbaik dalam hidup kita. Amiiiin

Selasa, 21 Juli 2009

Umurku Sudah 16 Bulan


Rasanya udah lama sekali tidak meng-update perkembangan dedek di Blog.
  1. Alhamdulillah sejak sering-sering dibawa ke Taman Menteng di Minggu Pagi, dedek mau serius berjalan. Jadinya benar-benar berjalan (tanpa diselingi merangkak) di usia mencapai 13 bulan. Mungkin terhitung agak telat ya...
  2. Untuk anak-anak seusianya juga cenderung 'sibuk' (kecuali di lingkungan yang baru), tidak bisa lama-lama berdiam diri di satu tempat dan sibuk menjelajahi, memanjat, mengamati barang2, mengguncang2 apapun
  3. Kkadang2 masih suka diam-diam memasukkan benda-benda baru ke mulut, tapi  cepat-cepat dibuang pas ketahuan sama Bundo (sambil cengar cengir)
  4. Dedek yang tergolong 'aktifis' ini membuat penjagaannya juga harus ekstra hati-hati, karena sering membahayakan. Misalnya aktivitas mengosongkan lemari-lemari plastik, dan berusaha merubuhkannya. Menarik-narik hiasan lemari plastik sampai dia juga nyaris terpelanting. Kadang malah narik2nya sama gigi (haduuh..). Mendorong TV, berusaha menggunakan sapu (sering hampir terjungkal karena sapu kan tinggi..), manjat tangga, agak berlari kalau melihat ibu (sampai terjungkal2), atau tiba-tiba kabur ke dapur kalau lagi  iseng (padahal dapur licin)
  5. Cenderung responsif dengan suara-suara yang menurut dia menarik, dan langsung antusias menanggapi. Misalnya ringtone HP, suara musik, suara Azan (terutama subuh) dan suara penjual makanan.
  6. Cenderung menyukai kucing dan cicak. Kalau lagi nangis, ada suara kucing atau lihat kucing lewat perhatiannya bisa teralihkan. Juga kalau lihat ada cicak merayap, langsung pengen kejar sambil diajak ngobrol.
  7. Menikmati kebiasaan bundo merapikan tempat tidur dan mengibas-ngibaskan seprei. Biasanya kalau lagi uring-uringan, diajak merapikan tempat tidur juga langsung anteng. Ketika seprei dikibas2kan,  langsung naik ke atasnya, loncat-loncat, guling-guling sambil bicara dengan bahasanya sendiri.
  8. Sudah memahami instruksi2 sederhana, walaupun belum bisa menimpali dengan jawaban, tapi dengan aksi. Misalnya, disuruh masuk ke kamar untuk ngambilin sisir, botol minum, bantal kecil, tas bundo atau benda-benda lain yang dia sangat familiar, insyaAllah akan dilakukan. Juga misalnya disuruh cium tangan, dadah2, atau cium kita
  9. Kacamata Bundo dan dompet hitam Abah, entah kenapa masih menjadi benda favorit yang sering 'diam-diam' diincar. Kenapa diam-diam? karena dedek tahu kalau benda-benda itu suka diumpetin. Lucunya, kalau tiba-tiba dia berhasil memegang salah satu (kacamata atau dompet), tidak diguncang2, dibanting, digigit ataupun ditekuk2 seperti thdp benda lainnya. Malahan benda itu disodorin lagi ke Bundo/Abah, lalu pura-pura kaget,lari dan sembunyi sambil ngintip2 dan cengar cengir (seolah-olah ketahuan berbuat salah). Lucu... ^_^
  10. Tak bisa dipungkiri, dedek paling dekat dengan ibu ketimbang dengan Abah/Bundo. Walaupun  sangat dekat dengan bundo/abah, namun untuk kondisi-kondisi ekstrim, misal : merasa sakit sekali, tidak enak badan, ingin digendong dgn kain dst dst, pasti ibu lah yang dicari. Dedek biasanya mengawali dengan ngambil kain panjang trus jalan ke kamar ibu sambil nangis. Kadang Abah/bundo sangat iri, tapi jika Abah/bundo di rumah, diusahakan untuk bisa seakrab mungkin dengannya
  11. Tergolong anak yang suka makan (kecuali dalam keadaan sakit) atau habis minum susu dalam jumlah besar.
  12. Kemampuan berbicara masih standar. Baru bisa menngucapkan kata2 yang memang sering digunakan seperti 'dedek!' (menyebut dirinya sendiri, atau lagi kaget/antusias), numnum (minum), nyamnyam(makan), icak (cicak), abuuu (ibu), pah (abah). Dengan catatan : itu juga semuanya disebut kalau lagi moood aja, kalau ga mood bakalan diem aja atau keluar deh bahasa bikinan sendiri. Kadang-kadang seperti sedang curhat, bisa berkalimat2, tapi 1 patah katapun bundo gak ngerti :(. Apalagi kalau liat kucing/cicak. Bisa puanjaaaaang curhatnya.
  13. Sabtu/minggu kalau bundo ada di rumah, jadwal tidur siangnya masih 2 kali, yaitu jam 10 pagi dan jam 2 siang. Tapi kalau bundo ga ada di rumah, cuma 1 kali sehari, banyak mainnya.
  14. O iya, dedek belum begitu ngerti kalau akan punya adik. Bundo juga bingung bagaimana lagi mengkomunikasikannya. Akhir-akhir ini jadi sering diliatin foto-fotonya waktu kecil yang dicetak waktu nenek berkunjung, dan dedek kelihatan senang dan gemes (foto-foto itu sering dicium-cium)
  15. Bangun paling pagi dan membangunkan kita semua untuk sholat subuh ^_^
Itu dulu deh updatenya ya....

Selasa, 30 Juni 2009

Telah Terbit : La Tahzan for Working Mothers. Beli ya...



Numpang promosi buku baru, terbitan Forum Lingkar Pena.
Senangnya bisa ikutan nulis keroyokan dengan penulis favorit saya (mb Izzatul Jannah) dan penulis-penulis lainnya ^_^

Apakah cinta itu berarti harus selalu ada setiap saat? Apakah bukti cinta berarti dapat dipeluk kapan saja saat hati merana? Tak pernah pergi walau sesaat? Apakah cinta berarti menjadi sosok yang pertama kali terlihat saat mata terbuka, dan menjadi yang terakhir ditatap saat mata terpejam?

Beberapa ibu rumah tangga yang juga sehari-harinya menjalani profesi sebagai ibu bekerja (baik yang berkantor di luar rumah maupun di dalam rumah), ataupun sambil bersekolah, membagi pengalamannya di sini. Cerita tentang menyeimbangkan rumah tangga dan pekerjaan, suka duka membagi waktu, membagi perhatian sembari mengukuhkan cinta dan sayang terhadap keluarga.

Saat bekerja menjadi sebuah keniscayaan. Berkahnya bukan hanya bagi sebuah keluarga, tapi juga bagi banyak pihak lainnya. Saat bekerja menjadi sebuah pilihan hidup, sehingga harus siap dengan segala efek samping di baliknya, siap dengan pahit, getir dan (tentunya) manis gulanya. Saat bekerja menjadi kebutuhan jiwa, stimulus energi, ruang aktualisasi intelejensi, ruang eksplorasi diri, geliat tantangan yang menggoda, dan juga separuh napas kehidupan.

Ibu, tanganmu yang mengepal adalah kepak sayap burung-burung
yang membawa benih
dan menebarkannya
di belantara matahari

Anakku sayang,
Ibu ingin engkau menjadi penyejuk mata,
penentram jiwa,
asa dalam diam, dan sujud kami
mengirimkan lantunan doa ke 'arasy
dalam berlapis harapan semoga engkau menjadi anak yang shaleh...

Buku yang perlu dibaca oleh Ibu-ibu bekerja, ibu rumah tangga, calon ibu, bahkan calon istri sekalipun. Bagi ibu-ibu bekerja, buku ini mungkin dapat menjadi sedikit penawar dahaga dan pembasuh jiwa dalam menghadapi lika liku membagi waktu, tenaga dan perasaan antara rumah dan keluarga. Bagi ibu-ibu rumah tangga yang tentunya sepak terjangnya mengurusi keluarga tiada henti juga demikian hebat, buku ini juga dapat menjadi sumber inspirasi tak bertepi. Bagi calon ibu dan calon istri, buku ini juga dapat menjadi cermin tempat berkaca akan sebentuk tantangan dan anugerah yang kelak akan dijumpai pula.

Dan bagi para calon Ayah serta para Ayah.... buku ini juga dapat menjadi telaga yang jernih untuk menyelami isi hati para istri agar hal-hal yang kadang mungkin tak terucapkan dapat dipahami, hingga tak ada yang pernah merasa terzalimi karena semua hak telah dipenuhi, dalam suatu bahasa cinta.

Di buku ini juga dibahas tips-tips menarik yang mudah diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam keluarga dan di lingkungan kerja.

Buku yang menarik untuk dimiliki sendiri, atau untuk hadiah kepada orang-orang terkasih.

Jadi, tunggu apa lagi???

Jumat, 12 Juni 2009

Setelah menonton "Ketika Cinta Bertasbih - The Movie"

"Jika saya punya anak gadis seperti Anna, lalu datang dua lelaki yang melamarnya, yang satu sangat serius belajar dan sedang menyelesaikan program masternya, sedangkan yang satu (belum lulus s1) dan sibuk berjualan tempe dan bakso, kira-kira yang mana yang akan saya pilih?" demikian kira-kira petikan ucapan ustadz Mujab kepada Azzam.

Dialog ini salah satu yang paling membekas dalam diri saya setelah menonton film ini. Tentunya tiap penonton akan membawa pulang kesan yang berbeda. Tapi bagi saya inilah salah satu realitas hidup sesungguhnya yang kadang-kadang oleh sebagian novel/film/cerpen/dst kadang tersingkirkan oleh entah melankolisme yang berlebihan atau keinginan untuk menyenangkan pemirsa sesegera mungkin.

Jika anda-anda sekalian berada dalam posisi sebagai orangtuanya Anna, siapakah yang akan anda pilih? Furqon yang akan segera menyandang titel S2 atau Azzam yang sudah 9 tahun belum lulus s1 dan malah sibuk berjualan tempe dan bakso untuk menghidupi dirinya, ibunya dan adik-adiknya? Apakah ada hal-hal lain yang jadi pertimbangan juga atau itu sudah harga mati?Tentu andalah yang paling tahu jawabannya :)

Ketika Cinta Bertasbih (KCB), novel fenomenal karya Kang Abik pada dasarnya menceritakan perjalanan seorang Azzam, mahasiswa Universitas Al-Azhar Cairo yang 'terpaksa' harus melakoni hidup sebagai mahasiswa dan sebagai pengusaha (penjual tempe dan bakso kan pengusaha juga walau lingkupnya masih kecil) untuk menghidupi diri dan keluarganya di Indonesia semenjak Ayahnya meninggal dunia. Sebelum sang Ayah meninggal, Azam memiliki prestasi belajar yang sangat bagus. Setelah ia membagi waktunya antara menjadi mahasiswa dan pengusaha tempe-bakso, mau tak mau dia harus tunggang langgang melakoni hidup sehingga setelah 9 tahun pun belum juga meraih gelar sarjana.

Di novel maupun Film nya juga hadir tokoh Furqon, seorang ikhwan kaya, modis, yang bersahabat dengan Azzam, sedang menyelesaikan S2 nya di Mesir. Gaya hidupnya jauh berbeda dengan Azzam, untuk menghadapi sidang S2 nya saja, Furqon sampai harus menginap di hotel mewah 'Presiden suite', sampai harus ditimpa sebuah tragedi mengerikan yang akhirnya mempengaruhi jalan hidupnya seumur hidup. Namun secara umum, Furqon diceritakan sebagai tokoh yang baik.

Lalu siapa Anna Althafunnisa? Bagaimana pula sebenarnya kehidupan keluarga sederhana Azzam di kampung halamannya? Bagaimana peranan Husna (adiknya Azzam) sebagai tokoh utama lainnya di dalam Film ini? Dan bagaimana pula sebenarnya karakter Eliana? Seorang artis dan putri duta besar yang pernah 'menggoda' hati Azzam. Loh? kok bisa ikhwan sekaliber Azzam tergoda oleh Eliana? Kenapa tidak? Itulah manusia.

Naaah, baca di novelnya aja ya, KCB 1 dan KCB 2. Atau kalau tidak sempat baca novelnya, tonton aja filmnya, insyaAllah meninggalkan sesuatu yang berkesan di hati. Saya memang tidak berniat mengupas tuntas mengenai film itu di tulisan kali ini (karena itu lah judul tulisan ini bukan Resensi KCB the movie), selain kuatir menyuguhkan spoiler, percayalah bahwa kejutan-kejutan di Film tersebut beserta segala kelebihan dan kekurangannya lebih indah untuk dinikmati secara langsung. Antusias penonton pun sangat terasa, ikut larut dalam setiap adegan-adegan. Sangat terasa bagaimana penonton sangat menjiwai film yang kemarin saya saksikan. Mereka ikut senang dan bahagia ketika tokoh utama sedang berbahagia. Mereka ikut berseru kuatir, sedih, dan (ada yang) menangis, ketika tokoh utama mengalami kesusahan. Dan ikut tertawa gembira ketika disuguhi adegan-adegan lucu.

Berikut adalah beberapa hal yang menurut saya menjadi nilai lebih dari film ini :

  1.  Setting film sebagian besar benar-benar di Mesir. Kita jadi ikut larut menikmati indahnya pesona alexandria karena beberapa kali adegan diambil di pinggir lautan yang indah. Seringkali kitajuga serasa berada di tengah hiruk pikuknya kota Cairo dengan segala keunikannya. Serasa berada di apartemen mahasiswa Indonesia di sana. Kita juga dibawa melayang ke suasana akademis kampus al-Azhar university Cairo. Dan tentunya menyusuri eksotisnya sungai nil di beberapa kesempatan. Indah ! Bagi saya ini pengalaman visual yang jarang didapati.
  2. Di Film juga cukup terasa nuansa beragam suku mahasiswa Indonesia, dengan masing-masing dialek yang khas. Bahkan ditampilkan suatu acara perkawinan dalam suku tertentu, beserta lagu dengan bahasa daerahnya. Bagus! Daerah manakah itu? Penasaran kaaan, yang jelas suatu daerah di Sumatera.  Bagi saya ini merupakan nilai plus, karena di sebagian besar (mungkin seluruhnya?) novel-novel karya kang Abik sangat kental dengan nuansa jawa terutama solo. Di filmnya kita disuguhi suasana yang lebih kaya.
  3.  Unsur edukasinya sangat bagus, namun tidak terasa menggurui. Mengalir begitu saja, namun melekat dalam ingatan. Hal ini tentu tak lepas dari banyaknya terlibat seniman-seniman besar yang sudah menghasilkan karya-karya yang tidak sekedar profit oriented tapi juga kaya edukasi. Sebut saja Chaerul Umam, Deddy Mizwar, Neno Warisman, Didi Petet dll
  4. Terasa lebih manusiawi. Tak jarang (yang saya rasakan) karya-karya yang bergenre islami, kadang-kadang tanpa disadari menghadirkan tokoh-tokoh bersifat 'malaikat' di dalamnya. Di sini rasanya mengalir lebih alami, lebih natural, dan kealamian sikap serta perasaan tokoh dapat kita rasakan dengan wajar. Tokoh utamanya tetap dihiasi karakter yang memukau, akhlak yang baik, tutur kata yang santun, perilaku yang halus dan ilmu agama yang luas. Namun beliau tetap 'pernah' tergoda ketika godaan duniawi menerpa. dst dst.
  5.  Diselilingi humor-humor segar. Film ini walaupun sarat nilai-nilai islami, kesantunan, dst dst, namun kita tetap dapat menikmati adegan-adegan lucu yang tetap santun dan alami. Hal ini sangat jarang kita jumpai di jaman ketika kelucuan-kelucuan biasanya tak lepas dari olok-olok terhadap fisik seseorang, terhadap ras, kebiasaan, atau bahkan menertawakan keabsurdan gender yang akhir-akhir ini sedang marak. Humor-humor di film ini tetap tidak melepaskan diri dari kesopanan dan kesantunan.
  6. Mengenai poligami. Jika selama ini  isu poligami yang diangkat  selalu menyangkut fenomena seorang suami yang beristri lebih dari satu dengan segala pro dan kontra-nya. Maka percayalah bahwa di film ini diangkat sisi yang lebih berbeda. Yaitu ketika seorang calon istri mensyaratkan untuk tidak di'madu' sepanjang masih hidup dan sepanjang masih bisa memenuhi kewajibannya sebagai istri. Loh? memangnya bisa? Penasaran kan? makanya baca novelnya atau tonton filmnya :)
  7. Menyentuh. Tentuuu. Ini kan ciri khas (novel) karyanya Kang Abik. Siapa yang tidak terbuai dengan pilihan-pilihan kalimat beliau di dalam Ayat-ayat cinta, Ketika cinta bertasbih, Langit Makah berwarna merah dll. Penikmat karya beliau pasti tak asing dengan kalimat-kalimat berikut : "Wahai orang yang lembut hatinya. Aku tak ada siapapun kecuali Allah di hatiku. Aku hanya ingin menjadi yang halal bagimu".Atau di Ayat-ayat cinta...

"Assalamu 'alaikum warahmatullah wa barakatuh.Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi. Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam segala musim dan peristiwa" 
Atau ketika Anna Althafunnisa mendefinisikan cinta, setiap kalimatnya menyentuh hati (sayangnya gak apal) 
Atau ketika perasaan rindu dan kasih kepada orang tua yang jauh dilukiskan dengan pilihan-pilihan kalimat yang begitu indah, atau ketika perasaan rindu kepada Rasulullah digambarkan begitu hebat, atau ketika perasaan takut dan harap kepada Allah diceritakan begitu kuat, sehingga menggetarkan perasaan.
Itulah ciri khas kang Abik. Kekuatan kang Abik dalam mendeskripsikan sesuatu yang menyentuh hati mungkin (buat saya - untuk kalangan penulis Indonesia) baru bisa ditandingi oleh kekuatan metafora Andrea Hirata yang begitu kuat, ilmiah, dan khas (tentunya dalam konteks dan genre yang berbeda).

Namun bagaimanapun Novel dan Film tentunya berbeda. Untuk saya pribadi, bagaimanapun kemampuan novel untuk mendeskripsikan segala sesuatu dengan sepanjang-panjangnya, seindah-indahnya, sejelas-jelasnya, sekuat-kuatnya, adalah suatu seni tersendiri yang kadang tak selalu mampu didefinisikan oleh kekuatan visual.

Demikianlah sekelumit 'nilai lebih film ini di mata saya, tentunya yang saya rasakan berdampingan dengan segala kekurangan-kekurangannya. Kekurangannya di mata saya, durasi film ini cukup panjang (2 jam), dengan dialog-dialog yang terlalu panjang. Namun dialog yang panjang ini pada dasarnya menjadi 2 sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan dengan edukasi dan pesan-pesan moral yang ingin disampaikan.

Itu sajalah dulu, kalau terlalu panjang kasian yang belum nonton atau yang belum baca bukunya. Kuatir merusak imajinasi ^_^

Di bagian penutup film ini juga ditampilkan sekilas proses audisi untuk mencari 5 bintang utama film ini, di berbagai kota di Indonesia.

Sungguh 2 jam yang sangat berkesan. Demikian juga bagi lelaki yang menemani saya sepanjang 2 jam ini. Seorang lelaki yang pernah harus tunggang langgang membagi waktu kuliahnya dengan berbagai usaha-usaha kecil yang kerap kali jatuh bangun. Lelaki yang harus merelakan masa akademisnya berjalan begitu lama karena harus diselingi dengan aktivitas mencari nafkah dengan cara menjual ikan bakar, jualan kaos kaki, jaulan pernak pernik seribuan, jualan sayur-mayur dst dst. Nah, sekarang pembaca paham kan, mengapa saya membuka tulisan saya dengan paragraf di atas ^_^

Selasa, 26 Mei 2009

Saat Terindah

Akhir-akhir ini berada di kantor rasanya begitu melelahkan. Apalagi sudah lama tidak bergaul dengan komunitas orang-orang sholeh. Rasa tidak ada penawar :P. Tapi tak tahu lagi hendak cari di mana komunitas itu, sebab arti dari 'keinginan' berkumpul dengan orang-orang sholeh saat ini artinya harus siap membahas dunia politik... dan aku tidak siap....

Namun tetap ada momen-momen terindah yang rasanya mengguyur segala penat, letih, dan duka lara. Ianya adalah ketika melihat senyum anak-anakku (eits, 1 lagi masih di dalam ^_^, tapi serasa udah bisa senyum aja he.. he...)

Senyummu Nak,
adalah bahagia tiada akhir.

Jumat, 15 Mei 2009

[Cluster] Kematian dekat saja

Kami disambut oleh lelaki itu dan keluarganya dengan ceria, seolah hari itu adalah hari yang biasa saja sama seperti hari lainnya. Lelaki itu masih cukup muda, mungkin belum sampai 30 tahun usianya. Namun mendung di wajahnya tak bisa sempurna disembunyikan, pun raut-raut keletihan dan kelelahan yang terlihat jelas. Kami mengamati di daerah tengkuk terdapat bekas di'bekam'. Setelah sejenak berbincang-bincang dengan beliau dan keluarga, kami kemudian dikejutkan oleh seorang bocah usia 3 tahun yang dengan cerianya berlarian memasuki ruangan, dan berusaha mengeluarkan serta memainkan beberapa benda yang menarik hatinya. Lucu! menggemaskan :), khasnya anak kecil.
Bocah itu telanjang dengan bekas air mandi  menetes dari seluruh tubuhnya. Sang bocah diikuti oleh neneknya yang sibuk mengejar-ngejar sambil membawa handuk kecil dan membujuk cucunya untuk mau memakai baju. "Ayo nak, pake baju duluuu, baru main mobil-mobilan yaaa..." dst dst Bocah kecil lucu itu berkelit! tidak mau, malah meronta-ronta ketika si nenek berhasil 'menangkap'nya, oh.. oh si  bocah mulai 'tantrum'!.

Abinya akhirnya turun serta membantu dan menggendong bocah kecil yang terlihat tersinggung berat. Bocah mungil itu pun mengeluarkan request baru supaya digendong keluar rumah (masih dalam keadaan belum pakai baju dan meronta-ronta). Khasnya anak kecil :), mengekspresikan diri dengan berbagai cara jika merasa 'tersinggung'. Keluarga itu juga sibuk meminta maaf karena tidak bisa meladeni kedatangan kami.

Kami berdua tentunya sangaaat maklum dengan keadaan ini. Karena kami juga punya putra dalam usia 'berontak'nya, walau mungkin paling banter cuma diekspresikan lewat tangisan semenit kemudian asyik bermain lagi. Sungguh kami sangat sangat paham.

Kembali ke bocah lelaki usia 3 tahun tadi dengan Abinya yang masih berjuang keras menjelaskan bahwa sebaiknya memakai baju dulu sebelum keluar rumah, bahwa hari sudah menjelang sore, sebaiknya di rumah saja dst dst. Namun sang bocah tetap ngotot ingin melihat matahari senja.

Sang nenek kemudian menjelaskan kepada kami bahwa kalau sudah begitu biasanya cuma bisa dibujuk oleh Abi atau Umminya. Abinya telah membujuk dengan berbagai cara. Tapi umminya.... Wahai ummi, kemana engkau ummi sayang? Bocah kecil itu... Terlalu dini untuk paham arti dari kematian. Yang dia pahami saat ini hanyalah keinginannya untuk digendong keluar rumah (bahkan dalam keadaan basah dan belum pakai baju) dan ditemani melihat matahari senja...

Bocah kecil itu... Belum sadar bahwa ummi nya tercinta baru saja dimakamkan malam sebelumnya. Bocah kecil itu... Belum sadar bahwa ummi tercinta tidak akan pernah lagi datang padanya, menggendongnya, menciumnya, memeluknya, mendendangkan syair hiburan untuknya,membacakan murotal untuknya, memakaikan bajunya, menggendongnya, memujinya, menghiburnya, bercanda tergelak-gelak bersamanya, dan segudang aktivitas indah lainnya

Bocah kecil itu... Belum sadar bahwa tak akan ada lagi senyum sayang ummi, canda tawa ummi, bujukan ummi, tatapan ummi yang penuh khawatir, rindu, cinta. Ah Ummi, engkau di mana ummi... Anakmu masih begitu kecil... Sebentar lagi rentetan rindunya akan mulai mencari-cari kehadiranmu Sebentar lagi dia akan kebingungan mengapa kau tak kunjung datang Sebentar lagi dia akan mencari-cari sosokmu ke seluruh sudut rumah Saya berusaha keras menahan sesak di dada. Bagaimana mungkin saya yang menangis di hadapan mereka sementara keluarga ini terlihat begitu tabah.

Mengapa saya yang harus menyulut luka yang sedang berusaha keras mereka padamkan. Trenyuh.. sangat trenyuh. Namun cukuplah di dalam hati saja.. Lihatlah kedua kakek nenek itu! yang begitu tabah menceritakan kepada kami perihal sakit mendadak yang diderita putrinya, yang membuatnya begitu cepat kembali padaNya dalam usia yang masih sangat muda, meninggalkan keluarga, suami dan anak-anaknya. Meninggalkan anak yang masih sangat kecil... Lihatlah bocah kecil itu. Masih begitu panjang masa depannya dan tentunya masih sangat butuh perhatian dan kasih sayang seorang ibu dalam hidupnya. Dekapanmu ummi, sungguh masih sangat dibutuhkannya. Kemana dicari penggantinya, yang akan memahami setiap relung hatinya. Cuma engkau, wahai ummi... Wahai sang ummi, semoga engkau mendapat tempat terbaik di sisiNya. Dan semoga keluarga yang engkau tinggalkan selalu dilimpahi ketabahan dan kekuatan.

Senja beranjak, kamipun harus pamit mundur diri. Potret keluarga itu masih terpeta jelas di ruang mata saya. Terutama bocah kecil itu. Naluri kelibuan saya terusik sangat. Wahai anak, semoga ketiadaan ummi-mu tetap mampu menempamu tumbuh menjadi pribadi yang hebat! Wahai anak, semoga engkau menjadi anak yang sholeh yang selalu melimpahi ummi-mu di alam sana dengan do'a-do'a mu. Tentunya nanti sayang, ketika kau sudah paham arti dari perpisahan ini.. Tiba-tiba saya menjadi begitu rindu dengan putra kecil saya di rumah. Ingin lekas memeluk, menggendong dan mendendangkannya syair-syair indah. Kematian, sungguh dekat saja. Semoga kita selalu teringat untuk selalu bersiap menghadapinya.

Kamis, 14 Mei 2009

Lamaran Euy

Subhanallah...
Hati ini berbunga-bunga, sungguh riang tak terkira...
Semoga dimudahkan yaaa urusannya...

Dikau yang akan menjalani itu, tapi aku yang tiap hari tak bisa berhenti tersenyum dan gembira sangat.
Sangat...
Sungguh sangat bahagia untukmu...

Jika air mata ini tumpah, haru...
Sungguh karena rasa bahagia yang rasanya meluap-luap memenuhi rongga dada...

Tak sabar berjumpa denganmu dan menggenggam erat tanganmu...

Semoga selalu dimudahkan urusanmu dan indah hendaknya jalan yang akan kau tempuh menuju ke sana, maupun kesudahannya...
InsyaAllah barokah juga pada akhirnya, karena kutahu engkau sungguh sekuntum bunga indah yang layak bertaburkan benih iman pilihan..

Senin, 20 April 2009

Pengen Punya Adik

Halooo..
kenalkan.. aku anak sayangnya Bundo dan Abah. Aku tinggal di Jakarta, walau aku sebenernya keturunan padang-sunda, sebab Bundo dan Abah kerjanya di Jakarta. Aku pengen deh jalan-jalan ke kedua kampung halaman itu, tapi belum boleh sama Bundo dan Abah, katanya aku masih kecil (padahal umurku udah 1 tahun lebih 1 bulan lhoo..) dan juga karena aku sering sakit.

Kalau Bundo dan Abah lagi kerja, aku main di rumah ama Ibu (nenek dari Padang), sekarang aku lagi belajar jalan dan mulai bicara sedikit-sedikit. Aku lincah lhooo, jadinya harus selalu dikejar-kejar biar ga nyungsep ke area-area bahaya, misalnya yang ada colokan listrik dst dst. Aku juga lumayan cerewet, dan suka ngobrol walau banyakan pake bahasa ciptaanku sendiri.

Bundo dan Abah, juga ibu sayaaaaang banget sama aku, aku juga sayang mereka walau kadang aku suka gemes ga sengaja gigit mereka. Gigiku kan udah 8 buah dan sering gatel-gatel, maapin aku yaaah. Aku jugasering ngintipin jendela nunggu mereka pulang, lalu main sampe aku capek dan ketiduran.

Akhir-akhir ini ekspresiku macem-macem lhooo, mulai dari suka manyun (seperti foto di atas), geleng-geleng kalau ga pengen sesuatu, sampai loncat-loncat kayak kodok kalau pengen sesuatu yang lagi dipegang Bundo. Aku juga seneng makan lho, makanku banyaaaak banget. Kalau ada yang makan di dekatku, aku pengeeeen aja nyobain. Jadinya Bundo dan Abah suka sembunyi-sembunyi kalau makan sesuatu yang aku belum bisa makan. Padahal kan aku pengen nyicipin loh, dikiiiiiiiiiiiiiiiiiit aja. Bener deh, dikiiiiiiiiiiiiiiit aja. Hmm.. nyam.. nyam

O iya, aku sekarang udah mulai suka bosen ama mainan-mainanku dan suka gemes aja bawaannya. Aku jadi pengen punya adik kecil seperti yang ada di rumah sebelah itu. Biar aku ada temennya. Doain yaaaa..

Duh, udah dulu nih, aku pengen menjelajah lagi. Rasanya badanku ini ga enaaaaaaaaaaaaak deh kalau diam sebentaaaar aja. Bawaannya pengen gerak terus. Makanya itu aku kalau tidur malam jadi pulaaaaaaaaaaas banget. Capek euy.

Kapan-kapan aku sambung lagi yaaaa ceritanyaaa...

Senin, 13 April 2009

Baju Minang kok getooo

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Pada kesempatan ini saya ingin ikut menyuarakan unek-unek dunsanak, uni-uni dan kawan-kawan di milis wanira (wanita minang perantauan) tentang baju Adat Pengantin MinangKabau yang akhir-akhir ini makin mengalami modifikasi yang membuat 'mato kalimpanan' (kelilipan-red).
Baju-baju adat MinangKabau yang kami pahami biasanya adalah semacam baju kurung yang longgar (tidak ketat), tebal (tidak transparan, tidak menerawang, tidak tembus pandang), sopan, tertutup mulai dari leher sampai ke mata kaki dan dihiasi dengan tutup kepala yang bentuknya beraneka ragam sesuai dengan daerah asal yang lebih spesifik.
Khusus untuk baju penganten wanita, kami mengenal 2 jenis pakaian :
1.      Pakaian adat minang standar, yaitu baju kurung dan kain yang dilengkapi dengan suntiang, yaitu semacam hiasan kepala yang menyerupai kipas - seperti pada gambar terlampir.
2.      Pakaian adat minang Koto Gadang, yaitu baju kurung dan kain yang tidak dilengkapi dengan suntiang namun dilengkapi dengan selendang yang disampirkan di kepala.
Note : jika ada pembaca yang lebih paham, mohon dikoreksi ya, mengenai pakem baju penganten di atas.
Demikian juga halnya denagn warna, sepemahaman saya baju adat MinangKabau punya warna-warna pakem yang menjadi ciri khasnya.
Oleh karena baju adat minangkabau yang cenderung tertutup, longgar dan tidak transparan ini, maka sangat mudah memadukannya dengan jilbab tanpa menghilangkan unsur budaya aslinya. Waktu saya bergabung dengan Unit Kesenian Minangkabau Institut Teknologi Bandung (UKM-ITB) tahun 1999-2000 untuk setiap kegiatan yang dilakukan yang menggunakan baju adat (baik itu pagelaran seni, penampilan di acara baralek alias perhelatan) hampir selalu dipadukan dengan jilbab. Setahu saya, sampai sekarangpun masih begitu.
Namun akhir-akhir ini gerah juga memperhatikan modifikasi baju pengantin minang yang dibuat jadi super duper modern. Ciri khas MinangKabau yang masih melekat erat satu-satunya tinggal ‘suntiang’ di kepala, baju dan kain yang melekat di badan sudah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga memerihkan mata. Bajunya lebih menyerupai kebaya modern, yang super ketat, kebanyakan transparan dan dengan belahan di bagian dada yang super rendah (ambooi deh, sejak kapan baju minang pake belahan di bagian dada).
Contohnya baju pengantin yang dipakai oleh beberapa artis. Yah, terserah sih, namanya juga public fugure tentunya punya kebutuhan dan tuntutan yang berbeda dan sejuta alasan lainnya blablabla pyarpyarbum... Tserah dah! Kagak ngarti lah awak.
Tapi sebagai seorang generasi MinangKabau yang masih sangat peduli dengan keelokan budaya Minang, satu saja pesan awak buat  Please, Tolong jangan katakan itu Baju adat Minangkabau (mambana Ha…). Katakan saja yang kalian pakai adalah baju campur-campur antara adat anu, adat ini, kreasi modern gabruk-gubrak serta dipadupadankan dengan budaya ano ito blablabla pyahpyahbruk jger. Pliiss ya, jangan bilang itu baju minangkabau. Kagak rela awak! Kagak rela !