Sabtu, 13 Maret 2004

[Cluster 2]: senyumnya.. matahari..

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Kalau bukan karena rindu yang menggebu setelah 18 bulan tidak bertemu, pasti kaki ini sudah kubawa berlari sejauh mungkin. Itukah dirimu sekarang wahai adikku?. Demikian bebasnya kamu bergaul dengan mereka yang bukan mahrom-mu, tertawa kesana kemari, juga dengan obrolan2 yang tidak jelas.

Sudut matamu menangkap sosokku dibalik pintu, setengah berlari kau datang menghampiri, dengan sudut2 bibir yang tertarik ke atas.
Cengiran bandel yang masih sama, dan seperti biasa langsung mengacak bagian atas jilbabku. Oww, uni ku pulang... teriakmu riang. Aku tergugu, kau terlihat gagah, dengan postur setinggi ini. Katanya banyak yang suka. Ah miris mendengarnya, lalu siapakah 'rombongan' yang tadi ke sini?. Aku pusing..

Obrolan mengalir seperti air, ternyata kita sama2 kangen ya. 18 bulan mengubah banyak hal. Kamu protes dengan cara berpakaianku yang kau bilang lebih 'emak emak' dari dulu. Akupun protes melihat benda kecil di ujung telingamu. Bukan sekedar protes sayang... tenggorokanku pahit rasanya.

Kau menarikku ke 'markasmu' yang super rapi itu. Kalau yang ini aku bangga. Walau laki2, tapi kerapian dan ketelatenanmu membuatku iri. Oow.. apa itu di sudut kamar? tumpukan koleksi kaset banyak sekali. Jantungku berdebar2, berharap menemukan koleksi murotal atau nasyid jihad tentunya seperti mengharap kejatuhan bulan di tengah siang. Ternyata benar, masih seperti dulu... koleksi2 musik yang melalaikan.. Sekarang lidahku kelu. Seharusnya aku tidak muluk2.

Kau bercerita ttg teman2mu, tentang aktivitas di klub taekwondomu, bahkan ttg teman2 wanitamu. Bahkan satu potonya nempel di meja. Jleb.. satu jarum lagi lewat di tenggorokanku. Rasanya ingin memejamkan mata, masjid ternyata masih jauh dari kosa katamu.

Dengan entengnya, kau juga cerita ttg kegiatan2 begadang yang kadang2 mengharuskanmu pulang dini hari demi toleransi pada kawan2mu. Toleransi yang seperti apa. Aku ingin cerita, tentang pemuda seusiamu, yang senang menghabiskan malam2nya dengan bermunajat kepada sang pencipta. Tentang bersih wajahnya dan tunduk pandangnya yang semata2 karena ingin mengharapkan kelezatan iman. Tentang tilawahnya di malam2 hening dan kenikmatannya berpelukan dengan sujud2 panjang. Tentang gemiricik wudhunya di sepertiga malam tanpa putus.Inginnya kukenalkan dia padamu, sayangnya rumahnya di palestina.

sebentar lagi genap 20 usiamu,adikku. Ternyata aku tidak pernah benar2 disisimu. di saat kau menghadapi semua pergolakan yang entah apa namanya. Padahal seharusnya aku bisa jadi tempat berbagi. Tapi kenapa masih tetap di sini. Memikirkan diri sendiri.... Ah sayang, do'a untukmu tak kunjung padam, bahkan sampai suatu saat kau jadi seperti pemuda itu...

//jika kau berkeluh kesah padaNya saat jiwamu menangis, percayalah, kau tak kan pernah merasa sendiri...

Singapura,
13 Maret 2004


Tidak ada komentar:

Posting Komentar