Sabtu, 06 Maret 2004

Kenapa ragu memakai jilbab?

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

ah sedih juga itu ngeliat website min62.tk jadi belum terupdate. Artikel2nya ada banyak . numpuk ^_^, tapi ibu2 nya lagi pada busy. Soalnya pengeditan kan makan waktu juga. hiks. mencari volunteer. At least sampe first draft nya pada dikumpul. ayo, pada semangat ya FYP nya. Jangan lupa jaga kesehatan dan tidur yang cukup ya temen2.. *ngelirik diri sendiri ^_^

baru dapet artikel bagus dari milis surau. Sementara lagi ga ada ide menulis *ada sih, tapi ga mood menuliskannya hehe*. Btw mbak ade anita mana ya? hiks... *menanti jawaban terbaru dari beliau*. Anyway, dibaca dulu aja deh artikel berikut. *uNi lagi serius mode :D **


(Kutipan dari milis surau)
Kenapa ragu memakai jilbab?

Jilbab, sebuah kata yang cukup menakutkan di awal tahun 80-90an. Jilbab di caci, jilbab dimaki, jilbab difitnah, jilbab ditangisi, jilbab dicampakkan, dan jilbab dipandang sebelah mata. Detik terus belalu, tahunpun berganti, keberadaan jilbab terus menjadi sesuatu yang pro dan kontra. Bahkan jilbab yang merupakan kewajiban bagi ummat Islam inipun (QS, An-Nur: 31) oleh negara yang mengaku beradab dan menjunjung HAM ditentang habis-habisan.

Saya termasuk manusia yang terlambat memakai jilbab. Umur saya saat ini 29 tahun. Tapi baru 10 tahun terakhir ini saya mengenakannya, itupun awalnya karena dipaksa ibu. Sama halnya dengan alasan yang lain, awalnya saya berfikir jilbab hanyalah kebudayaan orang Arab. Jilbab hanya akan mengganggu aktivitas dan juga cita-cita saya untuk menjadi "wonder women"

Untuk memantapkan hati, saya buka sesuatu yang kita sebut sebagi kitab suci dan pedoman hidup. Ternyata perintah itu ada, "?..dan hendaklah mereka menutup kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya, kecuali kepada suami mereka, ayah mereka?."
(QS, An-Nur: 31)

Karena kekerasan hati ini, saya berusaha untuk berkelit, "sayakan
masih muda, nanti sajalah kalo sudah kerja, atau nanti sajalah kalau
sudah punya suami, " begitu kata hati saya yang dunggu mencari
kebebasan.

Tapi yang namanya usia, siapa bisa memutuskanya? Kita tak bisa mengelak, apa lagi menghindar darinya. Jodohpun begitu, betapa banyak gadis-gadis yang tidak memakai jilbab ternyata jodohnya sampai sekarangpun belum ada? Bahkan betapa banyak perempuan yang tidak memakai jilbab ngantri ingin bekerja bahkan rela menjadi TKW ke negri asing? Saya pun berkesimpulan jilbab bukan penghalang, sayapun harus tunduk pada Zat yang jiwa saya ada dalam gengaman-Nya.
Bismillah, karena kasih sayang Allah, kedungguan hati saya berubah menjadi sebongkah hidayah yang tidak semua manusia mendapatkannya. Alhamdulillah, terima kasih Allah.

Tidak sedikitpun jilbab ini menganggu saya. Sejak awal kuliah dulu hingga kini, alhamdulillah dengan jilbab lebar yang menutup rapat tubuh ini, saya telah banyak mencatat prestasi yang tidak semua orang bisa melakukannya.

Alhamdulillah saya tidak menjadi orang bodoh, alhamdulillah saya tidak menjadi miskin, alhamdulillah saya tidak menjadi perawan tua, alhamdulillah saya bisa menjadi pembicara dalam seminar dan bisa menulis, alhamdulillah saya dapat memberikan bayak hal untuk kebaikan orang lain.

Alhamdulillah saya memiliki pekerjaan yang amat baik, pendidikan yang amat baik, suami yang subhanallah tampan dan baik hati. Alhamdulillah saya mendapatkan apa yang orang tidak pakai jilbab cita-citakan.

Walaupun jilbab saya lebar, tetapi saya bisa berada di tengah lingkungan yang heterogen. Saya bisa bergaul dengan siapa saja, bisa chating dengan siapa saja, bisa SMS dengan siapa saja, bisa diskusi dengan siapa saja, tanpa harus menjadi orang yang tetutup dan kolot. Bahkan ketika kontrak kerja saya habis pada sebuah institusi, mereka mengharapkan agar saya bisa memperpanjangnya. Subhanallah...

Jika saya mengurainya, akan banyak lagi profil-profil perempuan yang memakai jilbab yang jauh lebih sukses dari saya. Sahabat yang seusia dengan saya dan juga memakai jilbab lebar, misalnya Tika, kini beliau mengambil program Doctor ilmu biologi di Jerman. Kemudia Ari mengambil program Doctor ilmu matematika di Australi. Riska yang sedang mengambil master bidang Fisika di Jepang dan banyak lagi sahabat saya yang seusia bahkan jauh lebih muda dari saya yang memiliki ketenangan hidup dan kesuksesan dengan jilbab yang ia kenakan. Belum lagi yang memang namanya sudah top seperti Helvi Tiana Rosa. Saya tidak bisa menyebutkan semuanya.
Apakah Allah akan menyusahkan hamba-Nya?

Jawabanya tentu tidak, justru ketenangan hidup yang akan kita dapatkan jika kita taat atas apa saja yang Allah perintahkan, tidak mengambil yang mudah-mudah saja, tidak menjalankan yang hanya sesuai dengan logika kita saja.

Hanya saja manusia sering angkuh dan sombong terhadap Tuhan-Nya. Jika sudah mendapat bala, baru manusia bersujud, jika sudah mendapat petaka baru manusia ingat akan Tuhanya. Kemudian meratap memohon pertolongan, subhanallah Allah tidak pernah memelingkan wajah-Nya, Allah tetap mengulurkan tangan-Nya?..

Walahualam nis showab

Al-fakir ilallah
yesi elsandra
________________________________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar