Senin, 20 September 2004

untukmu.. wanita shalehah pendamba surga

Aku ke kampus lagi, setelah beberapa lama bertapa di jurong west :D. 
"Mana? mana dia?", tanyaku ke ibu mungil yang lagi final year di NTU.
"Itu tuh.. lagi duduk di halte, nungguin mobilnya mak cik yang nganterin makanan yang kita pesan", jawabnya kalem. Baru pake kacamata euy si ibu. Hasil bermukim 4 thn di NTU :P. Yah.. sore itu memang bakal ada Seminar Nikah: Keluarga Bahagia (Part 2), Membentuk keluarga bahagia islami. Laporannya ada di sini nih <-- klik ajah . Part 1 nya sih udah dulu... dua tahun yang lalu. Waktu kita semua masih sama2 imut2 hehehe *Kebanyakan teori deh kite yak :D

Dari jauh aku sudah mengenali sosoknya dari belakang. Duduk menghadap jalan. Jilbab putihnya yang di bawah siku (kenapa sih, suka bgt pake warna putih :P) memperindah kerapihan busananya. ciyee ada yg terbang :P. Aku berlari lari kecil.
Rindu.. kangen... campur baur. Kalau ga salah udah sebulan ga ketemu yak kita. Dia menoleh... Sayangnya mak cik yang ditunggu dateng. Terpaksalah beliau ikut mobilnya ke tempat acara. Whuiih.. tega banget ninggalin aku, salaman aja belum sempat :P.

Di atas akhirnya kite ketemu juga. Langsung deh tak samperin tanpa basa basi :D.
"Dah lama ya, gak ketemu.. kangen nih" samperku, setelah sun kanan kiri ^_^. Biasaaa..
"Eh iya nih, btw.. gaya amat hari ini.. cie cie.. ada apa nih", serunya setelah kusapa, tentunya dengan senyuman yang khas itu. Ledek2an udah jadi tradisi. Tapi aku menyebutnya cinta :P
"Kamu juga bagus gamisnya, baru yah?. Gak isbal lagi!!!! pas di atas mata kaki. whuiih mantap deh. Udah deh... kalau kamu juga menjaga sholat berjama'ah mu.. udah tak masukin list dari kemaren" Balasku sambil cengar cengir. Sobat yang satu ini memang tinggi semampai. So, rata2 gamis2nya kalau yang gak bikin sendiri, musti berjama'ah sama kulot atau rok. Tapi bukan dia namanya kalau ga bisa lagi ngebalas. Cuma.. udah ah.. kepanjangan kalau kutulis semua di sini :P

Dua tahun sekamar dgn liku2 yang telah dilewati bersama, menempa banyak hal dalam hati hati kita. Kayanya menyebutnya 'saudara' saja masih kurang. Apalagi setelah banyak sekali yang terjadi akhir akhir ini. Memang tiada yang lebih indah dari pada hati hati yang dipersatukan karena kecintaan kepada Sang Pemilik Hati. Memang tiada yang lebih indah daripada kerinduan kerinduan yang dirasakan karena ikatan yang terasa semakin kuat karena hembusan hembusan nafas da'wah yang tetap terhirup dan selalu ingin hidup karenanya. Memang tiada yang lebih indah dari letupan letupan semangat yang disadari tidak akan pernah pudar, karena ia adalah jalan yang panjang, dan kita tidak akan pernah berhenti berjalan, pun ketika kita sama sama sudah melihat ujungnya yang terang benderang.

Dia pernah menemaniku termenung di lorong asrama, saat aku menghadapi masa2 paling sulit dalam hidup. Lalu kita menangis bersama. Aku juga pernah menemaninya dengan perasaan2 yg sukar dilukiskan, saat ia dihadapkan pada persoalan, yang sampai saat ini masih tak kupercayai bahwa tnyata ia bisa menghadapinya dengan ketegaran luar biasa. Kala itu kita juga menangis bersama.

Malam2 yang panjang penuh dengan diskusi2 hangat juga telah kita lalui berbulan2 lamanya. Keistiqomahannya dalam aspek2 peribadatan juga seharusnya memicuku untuk selalu dan selalu menjadi lebih baik. Tanpa perdebatan, dukungan, dan cinta darinya, mungkin terlalu sulit rasanya apa2 yang telah kujalani selama ini.

Bahkan iapun tak segan segan membahasakannya. Suatu malam di bulan desember, dia pernah memandangku dengan tatapan sedih, berbulir2 bening di sana. Jatuh luruh. Saat dia mengetahui ada beban berat yg tak ingin kuceritakan. Katanya:
**Apakah, sahabat seperti ini?. Apakah saudari seperti ini?.Kenapa tidak membaginya denganku. Kenapa menyimpannya sendiri?. kenapa?**

Lalu pertahananku bobol sudah. Dan sejak saat itu. Sampai sekarang. Kita selalu bergandengan tangan. Bahkan saat dimensi waktu merasa ingin ambil bagian menguji keistiqomahan itu. Lalu? kenapa tiba2 aku ingin menuliskannya disini?. Karena dari cerita2nya sore tadi. Aku terpaku. Dan aku ingin sekali mengatakan bahwa dukungan moril selalu ada disini. Untuk segala yang telah dansedang dilalui. Bahwa, tangan ini selalu ada, insyaAllah, untuk saling mengenggam erat.

Kamu tahu bukunya salim A Fillah?. **Agar bidadari cemburu padamu**
ah, tiba2 aku ingin bersyair...

untukmu wanita sholehah pendamba surga
yang menjadikan keistiqomahan sebagai mahkota
yg senantiasa takut panah panah setan bersarang di dada
saat lupa menunduk...

untukmu wanita sholehah pendamba surga
yang senantiasa menjaga hatinya dari kerancuan dan hawa nafsu
jangan pernah berhenti menoleh
bukankah kau ingin...
bidadari cemburu padamu?

//bwt yg sedang tersipu2. Ingat pembicaraan kita kemaren sore?. Andai bisa kuhapus parameter2 dunia itu. Betapa ingin aku mengatakan.
Iya.. aku bersedia... Tapi ternyata, aku tidak sehebat itu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar