Kamis, 24 Maret 2005

pingkan rahma...

Ingin seperti pingkan. Tulis perempuan itu malu malu. Benar2 sambil tersipu sipu dan wajah yang memanas. Soalnya itu diungkapkannya ke creator tokoh pingkan itu sendiri, uni maimon yang sekarang lagi berdomisili di eropa sana. Bersama jundi jundi lucu cahaya mata. Bersama salju salju. Bersama capucino hangat. Indahnyaa... (jadi kemana2 :D)

Pingkan itu tokoh fiktif di *sehangat mentari musim semi* nya uni Maimon. Ianya gadih minang yang terdampar(baca: mendamparkan diri) di negeri kangguru lalu berislam, merepresentasikan islam, dan menularkan indahnya ke orang orang di sekelilingnya.

Terlalu sempurna sosoknya. Kadang kurang manusiawi (hehe afwan yaa uni ^_^). Pingkan seperti mentari yang menghangatkan orang orang di sekitarnya. Mulai dari nenek lauren, daphne, uni zainab, sampai ke uda Tom. Pingkan seperti bunga pink yang ditaruh di ruangan putih bersih. Menebarkan harumnya kemana mana. Pingkan juga terlalu cerdas. Jurusan fisika dengan IPK 3,75 (glek glek glek). Masih teringat jawabannya yang mempesona waktu berdebat dengan kaum feminis soal jilbab. Masih teringat juga proses emosional yang dilewatinya ketika memutuskan berhijab, luar dalam. Juga cerianya pingkan waktu belajar bikin kue coklat bersama nenek (hmmm.. yummi, terasa sampe sini hehe). Juga kedekatannya dengan orang orang di sekelilingnya yang menghadirkan nuansa hidayah di mana mana. Yaa uni, kenyataan yang dijumpai tidaklah seindah itu. Semoga itu tetap menjadi do'a kita semua.

Perempuan itu sudah cukup terharu waktu ada temannya yang tiba tiba tertarik mengetahui islam dan segala sesuatu dibaliknya. Ada banyak sekali kesalahan2 persepsi tentang dien ini. Perempuan itu sudah cukup senang ketika menjumpai seorang khadimat non muslim yg dalam proses menuju dienul haq. Perempuan itu juga sudah cukup deg degan waktu seorang temannya meminta diajarkan tentang sholat dan segala sesuatu tentangnya, walau pada akhirnya tetap tidak memilih islam. Sehingga dimatanya hal hal yang sempat diwujudkan pingkan sungguh tiada terjangkau.

Ingin seperti pingkan. Tulis perempuan itu malu malu. Benar2 sambil tersipu sipu dan wajah yang memanas. Pingkan yang berbaur dengan muslimah2 dari berbagai belahan dunia, berpegangan tangan dan mengukuhkan barisan. Pingkan yang tetap membawa karakteristik adat minangnya kemanapun pergi sepanjang tidak bertentangan dengan diennya.

Perempuan itu tambah tersipu2 waktu uni maimon memuji kampung halamannya di pinggiran Padang sana. Daerah (baca: kampung) yang asri, teduh, hijau dan sungai sungai besar berair jernih dan deras. Uni maimon katanya sering kesana. Ah, sekarang barulah perempuan itu paham kenapa dalam salah satu karyanya uni maimon bilang sungai lubuk minturun jauh lebih indah dari sungai Thames di Inggris sana (iyo bana tu uni? beko berang urang inggris ka awak ^_^)

Ingin seperti pingkan. Tulis perempuan itu malu malu. Benar2 sambil tersipu sipu dan wajah yang memanas. Karena kalimat itu ditebalkan oleh creator tokoh pingkan itu sendiri, bersama seuntai harapan di bawahnya:
"Pingkan itu adalah hero Imun juo. Dia lembut tapi tegas, bandel tapi cerdas, semoga satu ketika nanti (jika lah baduo) Allah mengaruniai keturunan seperti Pingkan yang terjaga akidahnya, sholehah dan mujahidah.
Amin."

Amin...
seperti bunga islam yang bertaburkan benih iman pilihan. Begitu mungkin ya uni maimon? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar