Selasa, 04 Juli 2006

angin dan hujan, begitu berkabut...

... lewat seketika... tidak lama...

Seperti angin. Datang dari padang pasir. Dengan azzam yang melangit dan cita cita yang tinggi. Laksana putaran topan yg menggulung-gulung dan sederas aliran sungai menuju air terjun. Seperti itu hawa terbawa. Bergelora seperti pusaran magma di pusat bumi. Menyala nyala seperti bara api, lalu membumbung tinggi bergema ke sanubari. Menyisakan segores warna merah tua. Lalu pergi..

Seperti hujan. Bersama pelangi. Kelembutan yang mencengangkan laksana tetesan wudhu. Membiaskan segar ke ubun ubun. Sederhana, bersahaja, namun selalu berjalan menuju terang Cahaya. Sejarahnya tertutup awan berarak di sore yang menjingga. Tidak semanis madu. Namun terpetakan pada satu ruang abu abu. Telah hilang kuncinya. Tapi tatanan di sudut sana tak terganggu gugat oleh tempias hujan lebat. Mungkin belum. Meski tlah lama pergi juga...

Seperti kabut. Menularkan keceriaan pada daun daun, pada burung burung di taman dan pada butir-butir embun. Namun masih semu dan tertutup tanya. Samar segala dibaliknya. Ketika cerita angin dan hujan meluruh lalu tersapu kabut yang merayap perlahan, mungkin kan tinggal, mungkin juga kan hilang. Tak ada yang paham, kecuali kabut itu sendiri.

Lalu dilukisnya pelangi, dirajutnya hari-hari bersama bintang bintang yang jatuh dan sepotong rembulan ungu yang menghias bingkai bingkai jendelanya. Di sana banyak tanda tanya. Yang mungkin tak kan terjawab. Karena seperti angin dan hujan, tadi malam kabut itupun pergi. Menyisakan tetesan-tetesan air pertanda ia pernah ada. Air di mata, air di hati. Tak seperti angin dan hujan yang dilepas dengan sukacita.

Tercenung...
Merenung...
hati bersenandung..
Maafkan,
Tolong maafkan
Ternyata skenarioNya mengalahkan cita

Mungkin memang masih banyak PR, banyak amanah, atau belum dipercaya olehNya

SebrangMonas, 4july2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar