Senin, 14 Juli 2008

Rumah dan Kendaraan

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Akhir-akhir ini Bundo and Abah mulai serius mikirin 2 masalah ini:

1.       Masalah kendaran
Kita ga punya kendaraan apapun, baik itu sepeda, sepeda motor apalagi mobil. Dulu sebelum nikah, Abah memang punya sepeda motor. Tapi karena bundo paranoid dengan sepeda motor dan suka cemas sendiri memikirkan kondisi jalan raya dan dunia persilatan motor di Jakarta ini (Suka deg deg an euy, jadi ga tenang), maka bundo minta agar abah gak bergaul lagi dengan sepeda motor, daripada bundo kepikiran terus. Alhasil kita berdua kemana-mana naik kendaraan umum dan suka ‘terpaksa’ naik taksi. Nah, kondisi terpaksa nya ini yang tanpa disadari lama-lama jadi pembenaran tersendiri.
Ditambah dengan kondisi angkot yang jarang banget dari kontrakan kita di Setiabudi ke Sudirman, kita juga jadi sering naik Ojek. Tahu kan, ojek suka lebih mahal dari taksi. Bundo sebenernya ga keberatan jalan kaki untuk jarak yang ga begitu jauh (karena selama kuliah juga terbiasa jalan kaki menempuh jarak yang cukup jauh sebab tinggal di kompleks kampus yang luas). Namun kondisi di karet belakang memang tidak mengkondisikan kita untuk berjalan kaki dengan nyaman. Trotoar mulai dari pasar mencos nyaris sampai ke kolong karet dipakai untuk berjualan. Kalau mau jalan kaki ya arada di tengah jalan. Dag dig dug deh

Masalah lainnya timbul ketika beberapa kali kita punya pengalaman yang tidak menyenangkan di atas Kopaja no 19 dan 604. Walaupun jarak Setiabudi-Thamrin cuma ‘sejengkal’, namun potensi kriminalnya memang tidak bisa dianggap remeh. Sejak itu bundo hampir selalu dianter abah ke kantor. Pertimbangan lain yang perlu diperhatikan juga adalah karena sekarang sudah ada pendatang baru yang mungil dan lucu. Hafidz!!! ^_^ Juga ibu yang selalu stand by ngejaga Hafidz. Ini juga harus jadi bahan pertimbangan. Dan tentunya juga budget harus sesuai :)

2.       Masalah Rumah
Abah dan Bundo so far cukup nyaman ngontrak di daerah Setiabudi sini. Selain karena rumahnya bersih, cukup lega, pengelolanya professional, lingkungannya bagus, ga jorok, dan bisa taruh kendaraan (kalau punya). Yang paling penting deket banget ke  Thamrin, sehingga dalam 15 menit Bundo sudah bisa ketemu Hafidz sayang :), tidak stress di jalan karena kelamaan dst dst.
Namun tentu saja lambat laun harus mulai nyari2 rumah sendiri. Nah, pertanyaan pentingnya adalah: LOKASI. Beli rumah di Jakarta (dalam kota), almost imposible. Selain karena harganya pasti selangit, juga ga jelas potensi banjirnya. Ga jelas peta daerah2 yang aman banjir.. siapa yang menjamin?

Pilihannya tentu di pinggir atau di luar kota (depok, bogor, bekasi, tanggerang). Moga-moga nemu kompleks perumahan yang cukup bagus dan bersih dan harus memikirkan suasana sekolahan buat Hafidz juga, ya nak J. Saat ini lagi cenderung pengen tinggal di Bogor kelak. Selain karena udaranya relative lebih bersih, mestinya aman dari banjir. Bundo dan Abah ke Jakarta tinggal naik kereta.
Selain itu harus dipikirkan juga kemungkinan bundo untuk sekolah lagi dan mungkin di tempat yang agak jauh. Lalu bagaimana jika rumahnya ditingal kosong untuk waktu yang lama. Hmm memang banyak yang perlu dipertimbangkan

Begitulah, sekarang lagi mencari solusi-solusi yang memungkinkan untuk 2 hal di atas.Sharing disini barangkali ada masukan. Doakan ya :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar