Senin, 16 Mei 2016

Tumpahan susu di kamar emak

Alkisah di sebuah negeri yang jauh dan jarang tersentuh sinar matahari, berdiamlah seorang Ibu bersama anak-anaknya. Terlepas dari status ibu seutuhnya, separuh utuh, atau seperempat utuh, si ibu memang sudah beberapa hari ini nyaris gak beranjak dari sudut kamar demi memenuhi sebuah deadline dari bapak dan ibu guru. Si ibu ini hanya bergerak untuk hal-hal super wajib.
Bahkan hal-hal yang separuh wajib mulai terabaikan: semisal cucian, setrikaan, dan merapikan ceceran barang-barang di lantai. Ada kaos kaki yang mulai mempertanyakan jati dirinya karena sejak jumat malam terselip di bawah pintu. Ada ceceran lego yang mulai lelah karena kadang ketendang ke kolong kasur, kadang ketendang ke dapur, kadang dijadikan alat perang-perangan, bahkan tak jarang dimarahin oleh pemilik 2 pasang kaki-kaki kecil yang gak sengaja nginjak si lego malang. 

Ada beberapa lembar handuk kusut bertebaran di mana2 (padahal biasa tersimpan rapi dan wangi di lemari) tahu-tahu dalam 3 hari ini berubah-ubah fungsi, mulai dari jadi karpet aladin, ketapel nabi Daud, bahkan sayap Doraemon. Mungkin Doraemon pernah punya sayap. Para handuk mulai bergaul akrab dengan panci-panci, penggorengan, dan alat-alat dapur lainnya, berjejeran memenuhi ruang tengah, memainkan peran sesuai imajinasi usia dini. Alasan pemilihan alat-alat dapur kurang diketahui. Mungkin sebagi bentuk protes juga atas hasil-hasil masakan yang unyu-unyu. Mungkin.
Kemudian siang ini terjadilah tragedi. Kamar si Ibu yang harus selalu konsisten dijaga kerapiannya tiba-tiba dibanjiri tumpahan susu. Rupanya salah seorang pemilik kaki kecil menyembunyikan sekotak susu di kolong kasur, lalu dalam sebuah peran yang mengharuskan mereka 'berenang' di kolong kasur, tumpahlah susu itu dengan cantiknya.
Si ibu meradang dan mulai berpidato dalam 1 bahasa. Bahasa marah. 2 pasang kaki kecil bergotong royong dalam diam. Tidak hanya kamar TKP yang akhirnya dirapikan, juga ceceran barang-barang yang sudah 3 hari terpencar-pencar meninggalkan habitatnya masing-masing. Kaos kaki, lego, dan handuk, kembali menemukan jati diri. Setelah 15 menit yang sia-sia karena dipenuhi marah, si ibu memanggil anaknya dan bertanya.
"Nak, kenapa susu ditaruh di bawah kasur? Kan udah tahu bahwa kita harus selalu belajar menaruh barang di tempat yang baik dan benar"
Si anak kecil tertunduk, lalu menjawab
"Itu susu buat bunda, soalnya dedek takut bunda gak sempat minum dan haus. Tadi buat prezen (baca: hadiah) tapi lupa kasih tahu"
Si ibu membeku, lalu rasanya ingin menghilangkan diri karena malu. Tapi menghilangkan diri (dengan bobot badan yang besar) gimana caranya coba? Dan siapa pula besok pagi yang submit tugas? Demi nama baik bangsa, negara, dan almamater, akhirnya batal menghilang.
Ya sudahlah, adegan kali ini ditutup dengan acara maaf-maafan. Maaf lahir batin antara ibu dan anak-anaknya.
Selesai.
*nulis status sih selesai, tugas yang belum :P

Tidak ada komentar:

Posting Komentar