Senin, 24 April 2017

[Traveling] Japan day 3, Kyoto Toei Movie Park, 24 April 2017

Rute hari ke-3 adalah menuju Kyoto Toei Movie Park

Pagi hari saya heboh mempelajari bedanya logat Kansai dan logat Tokyo. Iseng aja sih. Maklum kebanyakan baca Conan hehe. Kesimpulan awal adalah bahwa orang Kansai kalau bicara penuh semangat, dengan intonasi tinggi dan partikel-partikel yang dihilangkan. Makanya pagi tadi gak kaget ketemu ibu-ibu yang ngasih tahu cara ke Kyoto dengan berapi-api. Padahal kita gak nanya. Love banget lah ama warga Jepang. Sejak hari pertama memang saya sangat merasakan betapa ramahnya masyarakat Jepang kepada kami.

Dari Osaka (naik Loop Osaka Line dari stasiun Imamiya), kami naik JR Kyoto sampai ke Kyoto, dengan ongkos 920 yen/orang. Rasanya kereta melesat sangat cepat. Hanya butuh waktu sekitar 25 menit mengingat JR Rapid hanya berhenti di stasiun-stasiun tertentu, misalnya stasiun Shin Osaka,  stasiun Takatsuki, dan satsiunKyoto. Selanjutnya kami naik San In line local menuju stasiun Uzumasa, maka sampailah kami di Kyoto Toei studio park, yang merupakan lokasi shooting banyak film-film Jepang. Mulai dari studio untuk film sejenis Satria Baja Hitam sampai dengan setting-setting film Samurai, Ninja dan Jepang jaman Edo. Menarik banget. 



Pertunjukan Samurai
Mengingat saya sukaaa sekali dengan hal-hal kekunoan, rasanya bahagiaaaa banget bisa ngider-ngider di setting desa jaman Edo, yang dipenuhi dengan turis-turis dan dan para staff berkostum jepang kuno, kimono, dan samurai. Bahagiaaa banget walau cuaca panas terik. Movie set park ini kayak gak ada habisnya. Rumahnya, gang gang, suasana pasar, lumbung, tempat sembahyang, balai kota, semuaaa dibuat ala jaman Edo. Serasa berada di film Jepang tempo dulu. Sesekali ada live show di berbagai lokasi, mulai dari pertunjukan samurai, ninja, sampai orasi2 yang penuh semangat walau tak kupahami. 
uNisA di salah satu setting rumah jaman Edo


Tami yang memang selalu kece!
Semacam set rumah hantu
Toko oleh-oleh
Tami dengan gaya andalan hehe
Ini juga lucu, jadul banget
Gak bisa bacanya tapi sangat menikmati gambarnya
Untuk setting jaman Edo penuuuh dengan rumah-rumah seperti ini. Happy banget!
Semacam portal di perkampungan Edo
Tami yang selalu keceh!
Di balik bunga
Langit cerah

Tak terasa sudah sore, kami balik ke Kyoto. Early dinner di Eat Paradise Kyoto, di stasiun Kyoto. Kawaaaiiii banget. Nanti diceritakan terpisah. Stasiun Kyoto sungguh banget salah satu stasiun kereta paling keren yang pernah saya jumpai. 


Eat Paradise, stasiun Kyoto

Suatu sudut di stasiun Kyoto

Suatu sudut di stasiun Kyoto

Suatu sudut di stasiun Kyoto

Suatu sudut di stasiun Kyoto

Suatu sudut di stasiun Kyoto

uNisA di stasiun Kyoto

Tami di Stasiun Kyoto

Yang jelas hari ini sangat menyenangkan. Jangan-jangan ntar saya mimpi lagi jalan-jalan di jaman Edo...


Minggu, 23 April 2017

[Traveling] Japan day 2, Iga, 23 April 2017

Rute hari ke-2 adalah menuju desa asal-usulnya Ninja, yaitu ke Iga, di Prefecture Mie.
Terus terang paginya lumayan banyak waktu dihabiskan untuk nyari rute. Sempat bolak balik kebingungan di stasiun. Bolak balik naik turun Yamatoji Line, Osaka Loop Line, sampai 3 kali salah hehehe. Tetapi jadi nambah ilmu ttg J train. Walaupun kalau ditanya sekarang ya udah lupa lagi wkwkwk.
Papan penunjuk arah

Dari stasiun Imamiya kami naik Yamatoji Line sampai ke Kamo (Kyoto) selama 75 menit. Di sepanjang jalan Osaka - Kamo sesekali kereta kami melewati Yamatogawa river, diselingi pemandangan traktor dan petani menanam padi. 
uNisA di Stasiun Kamo
Sesampai di staisun Kamo, kami naik Local train dari Stasiun Kamo ke stasiun Iga Ueno 40 menit. Iya betul, kami menuju pedesaan! 
Di kereta ke-2 yang membawa kami dari Kamo ke Iga Ueno ini suasana pedesaan semakin terasa kental. Keretanya jauuuuh lebih kecil dibanding kereta-kereta standard yang kami jumpai di Osaka maupun Tokyo. Paling hanya sekitar 2 - 3 gerbong. Nyaris semua penumpangnya berpakaian khas pedesaan Jepang. Saya senang sekali, serasa berada di film-film jepang dengan suasana desa yang sangat kental. Sayangnya saya gak berani motret-motretin penumpang di kereta kecil ini, sebab akan terlalu mencolok dan rasanya bisa melanggar privacy.
Kereta membelah bukit, memasuki terowongan2 panjang dan sempit. Kiri kanan terhampar bukit-bukit yang subur dilengkapi sungai-sungai. Walau musim panas tapi warna dedaunan masih cantik beragam corak. Gak kebayang indahnya kala autumn. 
Pemandangan sepanjang jalan dari Kamo ke Iga Ueno

O iya, ongkos perjalanan dari Imamiya - Kamo -  Iga Ueno totalnya 1320 yen/orang

Selanjutnya kami naik kereta kecil (3 gerbong) menuju sta Uenoshi. Naik kereta lagi!!  Ongkosnya 260 yen. 
Kereta ke-3 ini suasananya udah mirip kereta wisata. Kecil mungil, warna warni. Khusus menuju Uenoshi, negeri asal para ninja. Di dalam gerbongnya nampak beberapa anak-anak dan dewasa dengan kostum ninja warna warni, Meriah sekali.
Kartun ninja

Di sepanjang jalan adaaaa aja ninja yang dijumpai.
Ini salah satunya. Nongkrong di atas toko!
Sahabat saya, Tami lagi excited banget!!

Semacam ada perayaan berbau ninja

Tami nemu ninja ngumpet di balik pot bunga :-)


Inilah negeri para Ninja. Negeri asal Ninja. Kami menyusuri jalanan desa yang dipenuhi orang-orang (turis maupun lokal) berkostum ninja. Mulai dari balita sampai manula. Sepanjang jalan adaaaa aja ninja-ninjaan (patung dari kain) melengkapi atribut desa. Entah di tiang listrik, di atas atap, di castle, di balik pot bunga, di depan pintu toko, juga di peron stasiun. Bahkan kalau kita jeli banyak siluet-siluet ala ninja menyebar di berbagai penjuru. Cuaca cerah namun dingin, karena lokasi desa berada di atas bukit.

Kami mengunjungi museum ninja, menyaksikan Ninja show, bahkan masuk ke Ninja house. Dapat pencerahan mengenai senjata-senjata dan spot-spot rahasia di rumah Ninja. Menarik sekali. Terasa betul kebangaan Jepang terhadap budaya aslinya. 
Lagi dengerin penjelasan Ninja beneran di rumah ninja

Ada yang mau foto ala ninja?

Salah satu kostum ninja paling kuno, di museum Ninja

Keluarga kecil dengan kostum ninja warna warni

Pewe banget duduk di sini. Adem

Suasana seputaran desa ninja



Di brosur yang saya baca ini masih banyak tempat-tempat menarik di desa asal ninja ini. Sayangnya kami harus segera kembali. Semoga lain kali ada masa ke sini lagi yaaa.
Sesampainya di Osaka baru nyadar belum makan siang (haha). Alhamdulillah ramen halal osaka yg terkenal itu hanya 1.2km dari airbnb kami. Dan porsinya jumbo! Lagi-lagi kami menutup hari dengan tersenyum. Tentunya setelah berjalan kaki menembus udara Osaka yg menggigit.

Balik ke ramen halal Osaka

[Traveling] Japan day 1, Osaka, 22 April 2017

Mendarat di Kansai

Kansai Airport

Kami, di stasiun Namba OCAT
Alhamdulillah di bulan April 2017 saya berkesempatan ke Jepang. Travelmate saya ke Jepang ini namanyaTamara aka TamiTum. Teman sejurusan di ITB yang kemudian sama-sama terdampar di NTU (dan ulang lagi s1 dari awal). TamiTum ini anaknya super imut-imut, apalagi kala itu aku lagi di kegendutan maksimal (81 kg!!), jadilah saya yakin banget saat jalan sama dia lumrah kalau ada yang nyangka kami Ibu dan anak, wkwkwkwk.

Ini sebenarnya semacam trip improvisasi. Yaitu di bulan Oktober 2016 tiba-tiba Tami nelpon saya ngasih tahu ada promo Garuda ke Jepang. Dan mengingat Jepang adalah salah 1 destinasi impian saya sejak kecil (terpengaruh oleh serial candy-candy), ditambah lagi dengan kesukaan kepada tokoh Heiji Hattori (detective Conan), jadilah tanpa ragu saya iyakan. Jadi tiket dibeli Oktober 2017 untuk perjalanan di bulan April 2017.
Dan terus terang, saya ini agak-agak free rider (maaf ya Tuuum...), nyaris segala-gala diurus oleh Tami. Dulu memang kalau EuroTour saya paling gak bisa ngurus yang namanya penginapan, tapi kalau tiket pesawat/kereta/bis boleh lah. Intinya sih memang terlalu banyak pembenaran. Sabar yaaaa, Tuuuuuum....

Pesawat kami transit di Denpasar, untuk kemudian melanjutkan perjalanan ke Kansai, OSAKA!
OSAKA!!!! Oh my God, rasanya gak percaya bahwa saya akan mengunjungi kota kelahiran Heiji Hattori. Bahagia banget. Bahkan selama perjalanan Denpasar-Osaka saya sama sekali gak mabok kepayang kayak biasanya kalau lagi di pesawat, padahal perjalanan lumayan panjang, 7 jam.

Setelah mendarat di bandara Kansai pukul 08.00 waktu setempat, kami (saya dan Tami) nyari bis menuju Namba OCAT (Osaka city air terminal). Ternyata tiap jurusan bis ada mesin sendiri, yang sigap ditungguin kakek-kakek petugas. Kakek-kakek lhooo. Hebat ya orang Jepang masih bekerja keras di usia senja.
Kansai - Namba OCAT ditempuh selama 48 menit, dengan ongkos 1050 yen/orang. Di stasiun Namba OCAT kami nitip koper, 500yen/orang. Lalu lanjut jalan kaki muterin sekitarnya sampai jam 15.00, sebab kami baru bisa masuk airbnb di atas jam 15.00.

Dotonburi, OSAKA
Rute yg ditempuh muterin Namba city, Osaka prefecture. 
Bengong di sepanjang Dotonburi. Jalanan khas jepang modern yang kawaaaiii abieezz. Warung kuliner khas, toko pakaian, pernak pernik, mesin dorayaki!
Kami makan di Kenny Asia (Malaysia - Jepang), masakan melayu yg oishiiii yang kami temukan di sebuah gang di Dotonburi. Dotonburi ini ruameee banget. Hilir mudik warga modern jepang dengan kostum yang bagus dan rapi. 
TamiTum di depan Kenny Asia
Kami sempat ke PABLO (cheesetart), Namba Marui (mall), Conan store, dan tentunya gang-gang sempit khas Jepang lengkap dgn lampion besar2. Bengong juga liat harga Anello yg murah meriah .
Disempatkan juga Foto di depan GLiCO. Iconnya OSAKA. Kami kembali jalan kaki ke stasiun Namba OCAT. Mayan gempooor. Lalu naik taksi ke airbnb di Minami (Imamiya - subway Midosuji Line, Daikokucho sta), dengan biaya taksi 680 yen. Ada hamparan sakura di depan jendela kamar!

Sebuah gang di sepanjang jalan OSAKA

Mampir di Conan Store di Namba Marui

Icon khas OSAKA. Glico!

Pablo cheese tart

Sebuah kedai menjual cemilan jepang, tapi kami gak nyobain
Malamnya tepar. Ngemil Pablo mini cheestart (@220 yen), nyalain pemanas, berharap besok ketemu Heiji Hattori, lalu bobok...

Suka sama OSAKA!

bathtub di penginapan
Ramen HALAL Osaka


Suasana di Ramen HALAL Osaka. Harus sabar antri karena tempatnya gak luas

Oishiiiiii. Enak dan halal. Alhamdulillah

Jumat, 07 April 2017

Teko 2 dan Matematika kesukaan

Saya makin menyadari minat H2 (7 tahun) yang sangat tinggi terhadap matematika akhir-akhir ini, dan sepertinya saya harus mulai serius memikirkan penyalurannya.
Awalnya merasa lucu aja ketika di usia 5 tahun dia sangat terobsesi dengan angka2. Dia paham sendiri konsep perkalian dan pembagian saat masih di Belanda (5thn), ketika dia mengasosiasikan bahwa 3 barang @150 Euro sama dengan 900 kotak lemon tea Albert Heijn @50cent. Kemudian menjelaskan ke saya bahwa 16 kali bumi mengelilingi matahari sama dengan 192 kali bulan mengelilingi bumi setelah suatu saat nonton youtube tentang tata surya.
Masih banyak kejutan2 lainnya. Awalnya saya abaikan ketika dalam kesempatan (moment) apapun yg dia cari adalah hal yg berhubungan dengan angka, mulai dari usia, waktu, jumlah makanan, harga-harga, tinggi badan dll. Sebab terkadang kami kesulitan menikmati suasana karena lebih didominasi oleh hal2 numerik.

Suatu malam dia rewel sekali, sebab terus2an minta saya kasih soal matematika (padahal kita lagi nonton family movie di rumah). Ogah2an saya kasih soal, dan selalu dia jawab cepat dan antusias. Sebelum tidur dia maksa lagi dikasih soal perkalian. Akhirnya saya jawab sekenanya "oke deeh, 74 x 3 berapa".
Dalam 5 detik kali ya, dia jawab sambil nyengir "222, bunda!". Saya tanya gimana caranya? "Gampang, 75 x 3, yaitu 225 lalu dikurang 3". Saya tanya kenapa cepat banget tahu 75 x 3?, dia jawab "itu kelipatan 25 kan poin di game Plant vs Zombie"

Oh gitu ya. Ternyata main game bagus juga untuk melatih otak kiri yah. Ya sudahlah kita ikuti dulu kemana arah minat H2 ini yah... Gpp deh jika kamu memang sedemikian terobsesinya dengan angka-angka, asal tetap menikmati masa-masa bermain yak. Tadi dia sempat rehat mikirin angka-angka saat kakaknya ngajak baca buku kisah Nabi dan komik Doraemon (yang harus dibaca berurutan..). Doraemonnya udah banyak, tapi selama ini belum mau baca hingga jumpa no.1. Semua harus sesuai pattern banget lah!

Sehat-sehat selalu ya, Nak
Dan jangan lupa untuk bahagia :-)