Rabu, 24 September 2003

[Cluster]: Sebuah Mutiara

//ini hasil migrasi blog, 7 Juli 2015. Pindahan dari unisa81.net//

Tulisan bulan August 2003
Pernah dimuat di Eramuslim, Publikasi: 24/09/2003 12:25 WIB

"Nama saya Rita mbak, umur 23 tahun. Anak saya umurnya udah 5 tahun sekarang, ditinggal di Indonesia. Saya ingin belajar islam yang benar..."

"Insya Allah...," sahutku sambil menatap di kedalaman matanya yang tulus dan berbinar binar. "Memangnya selama ini islamnya bagaimana mbak?" sahutku pelan. Bagian lain dari diriku masih bingung, takjub dan terheran-heran. Usianya cuma setahun lebih tua dariku, tapi sudah dikaruniai buah hati sebesar itu, kisah hidupnya pasti luar biasa, bisikku dalam hati.

"Saya sholat dan juga berpuasa, tapi saya belum pernah benar-benar masuk Islam karena agama yang diturunkan orangtua bukan islam..., saat ini saya benar-benar ingin jadi muslimah sejati... karena...," ucapnya terhenti, ada bening di dua sudut matanya.

Aku cuma diam membiarkan keheningan menyelimuti kami. "Karena... karena saya ingin punya anak anak yang sholeh mbak..." lirihnya pelan.

Subhanallah... sebaris kalimat sederhana dan datar, tapi cukup menyentakkan hatiku saat itu. Keharuan merayapi ruang-ruang hatiku. Cerita hidupnya yang berliku kemudian mengalir deras. Cerita-cerita yang tak akan pernah kita dengar di sinetron Indonesia yang penuh mimpi. Cerita hidup sarat perjuangan yang seakan menyadarkanku dari lamunan panjang bahwa beragam kisah terbentang di luar sana. Menunggu untuk dicermati dan dijadikan pelajaran.

Diusir dari keluarga karena menikah dengan seorang muslim. Belajar Islam otodidak dan merangkak. Bekerja di negara sekuler dan mendapat majikan keluarga muslim yang tidak pernah sholat. Tapi hidayah Allah memang maha indah, justru dari lingkungan yang tidak kondusif inilah beliau merasakan nikmatnya berislam dan keinginan itu semakin besar ketika dikait-kaitkan dengan si buah hati. Berapa banyak diantara kita yang ingin menjadi muslim/muslimah sejati dengan tujuan mulia agar kelak nantinya bisa membentuk anak-anak yang sholeh dan menjadi rahmatan lil 'alamin? Sudahkah keinginan semulia itu mendapat tempat khusus di hati kita? Anak sholeh, investasi abadi dunia akhirat, subhanallah, siapa yang tidak merindukannya.

"Saya ingin belajar sholat yang benar mbak, saya merasa sholat saya selama ini tak pernah benar karena kan belajar sendiri," lanjutnya dengan logat melayu yang kental.
"Rasanya saya ingin sholat sesering mungkin, menurut saya sholat itu kebutuhan, bukan kewajiban..." lanjutnya mantap.

Jleb.. lagi lagi kalimat ajaib meluncur dari mulutnya. Aku terpana. Aku menjelaskan rukun-rukun sholat, dan hal-hal lainnya tentang pelaksanaan sholat, tapi sesungguhnya batinku tidak disana. Aku serasa disindir habis-habisan. Pernahkah terfikir olehku konsep pemahaman sholat seindah yang dimilikinya. Sudahkah selama ini aku menganggap sholat sebagai suatu kebutuhan. Aku yang dilahirkan dari keluarga muslim. dibesarkan dalam lingkungan yang sangat islami. Rasanya aku menjadi tidak ada apa-apanya dibanding dia.

Berkali-kali dia menyatakan rasa rendah dirinya karena statusnya sebagai PRT di sini, tapi dimataku dia sungguh wanita yang sangat mulia. Dirinya bagai mutiara yang tersimpan di tengah lumpur hitam pekat. Hari ini cerita hidupnya, dan kalimat-kalimat tulusnya telah kucatat baik-baik dalam hati ini.
Akan kusimpan di salah satu bagian paling penting dalam memori hatiku, dan tak kan kulupakan selamanya. Insya Allah.

Saudariku, percayalah... satu satunya pembeda manusia di hadapan Allah hanyalah taqwanya.

uNisA
August 2003 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar