Sabtu, 15 Januari 2005

Harap dan Syukur tidaklah bertepi (bag 1)

31 Desember 2004, tak akan kulupakan hari itu...

Pesawat singapore airlines tujuan Jakarta yang aku tumpangi bergerak perlahan meninggalkan Changi Airport, Singapura. Aku menoleh keluar jendela. Garis pantai terlihat makin mengecil.. mengecil. Terbayang tsunami di Aceh. Sedahsyat apa gelombang ombak yang meluluhlantakan kota sampai jarak sekian kilometer dari garis pantai. betapa kecilnya kami di hadapanMu...

Tanpa sengaja mataku tertumbuk pada layar TV mungil didepanku. Diriku, sedang menulis ini, sambil sesekali menoleh ke awan awan di luar jendela yang laksana tumpukan karpet putih indah. Menawan. betapa indah setiap jengkal ciptaanMu...

Kembali aku menoleh, memandang interior pesawat ini. Terus terang seumur2 baru kali ini naik spore airlines yg kabarnya bergengsi itu. Yang jelas kalau bayar sendiri kayanya ga sanggup deh ^_^. Untunglah salah satu point beasiswa dari Singapore Ministry of Foreign Affairs(MFA) adalah satu tiket gratis ke tanah air setamat kuliah. ajari aku cara bersyukur...

Terbayang kembali wajah wajah penuh cinta yang mengantarku sampai bandara. Sebelas orang.. subhanallah!!! serasa mau naik haji diantar sekampung min62 hehe. Sebenernya aku ga suka diantar2 begini, however yang namanya perpisahan itu bikin sedih . Makanya aku kesal juga ketika mereka bermunculan satu persatu. Kepengen marah2 juga ga tega hehehe. semoga jalinan ukhuwah yang indah ini selalu dalam ridhoMu...

Aku menoleh lagi keluar jendela. Loh.. kok gelap sekali. Hitam pekat dimana2 sejauh mata memandang. Gelap... hitam. Ah takut, kemana perginya hamparan karpet putih nan mempesona tadi?. Kenapa berganti secepat ini. Aku mengganti channel tv mungil di depanku. Hmm lagi di atas kep Riau. Berarti sebentar lagi aku berada di kota itu. Campur aduk rasa hati. betapa hidup penuh teka teki.
Lalu apalagi alasan untuk bersombong2 di hadapanMu.

......bersambung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar